Keputusan Anya

Seorang wanita yang sangat kesal saat seorang pria yang tiba-tiba saja datang di tempat kerjanya, menjadi pusat perhatian semua orang yang memandangnya sangat rendah. "Sudah aku katakan, pergilah dari sini! Apa kau ingin membuatku kehilangan pekerjaan?" kesal Anya yang menatap pria itu dengan raut wajah jengkel. 

"Jika kau dipecat, maka cari saja pekerjaan yang lain. Mudah bukan?" sahut pria itu yang tidak peduli, di otaknya hanya ada uang dan uang. 

"Apa kau pikir mencari pekerjaan itu gampang, hah? Buktinya sampai sekarang kau tidak bekerja dan menumpang hidup denganku." Tegas Anya sambil menarik tangan Hendra agar menjauh dari orang-orang yang mempertontonkan drama mereka sedari tadi. 

"Jadi kau malu mempunyai kekasih pengangguran sepertiku, begitu?" sarkas Bram yang sangat ketus, padahal dia hanya ingin sedikit uang untuk membeli pakaian baru dan juga sepatu baru. 

"Hendra, aku tidak mengatakan itu. Tolong mengertilah posisiku sekarang, aku benar-benar tidak punya uang lagi dan belum gajian." Ujar Anya yang menerangkan. 

"Halah, itu hanya akal-akalan mu saja untuk tidak memberiku uang. Bukankah kau masih mempunyai simpanan uang? Pakai itu saja dulu, nanti kalau aku sudah bekerja akan menggantinya beserta bunganya, kau tidak perlu khawatir masalah itu." 

"Kau selalu saja mengatakan hal itu setiap membutuhkan uang, carilah pekerjaan dan berhentilah nongkrong dengan teman-teman pengangguran mu." 

"Bilang saja kalau kau tidak ingin meminjam uangmu padaku, dasar pelit!" ujar Hendra yang sudah muak dengan kekasihnya yang selalu saja mempertanyakan pekerjaan. 

"Sekali saja kau mengerti aku, selama ini biaya kehidupan sehari-harimu, akulah yang menanggungnya. Aku merasa kalau kau hanya memanfaatkanku untuk biaya kehidupan mu sehari-hari. Apa seharusnya aku membiayai segala keperluanmu? Saat ini kau hanya nongkrong tidak jelas hingga larut malam dan tidak bekerja." Anya mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini tertahan di dalam hatinya, dia sudah cukup sabar dengan Hendra yang menumpang hidup padanya bagai benalu. 

"Jadi kau mengungkit segalanya sekarang? Kau sangat kejam sekali, apa ini karena hasutan Kiki yang meracuni otakmu dan membenci aku. Dulu kau tidak seperti ini, tapi semenjak menjalin persahabatan dengannya, kau mulai memusuhi ku." Hendra sangat marah karena dirinya tidak bisa mendapatkan uang dari kekasihnya itu atas hasutan dari sahabat Anya. 

"Kiki tidak menghasut ataupun mencuci otakku, tapi mataku sekarang sudah tidak lagi buta dengan apa yang kamu lakukan padaku. Setidaknya kamu mengerti dengan situasiku saat ini, kesulitan ekonomi dan bahkan membuat aku bekerja bagai kuda dengan istirahat beberapa jam saja. Lihatlah dirimu sendiri, selalu meminta uang dan mengatakan aku pelit saat tidak memberikannya. Carilah pekerjaan apa saja yang menghasilkan," terang Anya yang mencoba memberi Hendra pengertian. 

"Apa kau tidak melihat, sudah banyak perusahaan yang menolakku. Lalu, usaha apa yang kamu maksudkan itu, heh?" Hendra mendekatkan wajahnya dan menatap lekat wajah kekasihnya. 

"Itu karena kau terlalu memilih pekerjaan."

"Aku hanya ingin pekerjaan yang duduk di ruangan ber AC dan hanya memegang komputer saja, tidak sepertimu yang bekerja di swalayan dan juga di tempat lain. Kapan kayanya?" ledek Hendra yang berlalu pergi karena tidak mendapatkan apa-apa. 

Anya menghela sambil memegang dadanya, menggelengkan kepala karena pria yang menjadi kekasihnya begitu pemilih dan bahkan menganggapnya sebagai pohon uang kehidupan. "Ya Tuhan, mengapa aku bisa mencintai pria sepertinya?" gumamnya seraya berlalu pergi meninggalkan tempat itu, kembali melanjutkan pekerjaannya. "Setelah istirahat nanti, aku akan menghampirinya dan mencoba untuk berbicara dengan baik. Semoga saja dia berubah menjadi baik seperti dulu lagi." Begitu menyimpan kenangan manis bersama dan tersenyum saat mengingatnya. 

Dulu Hendra merupakan kekasih ideal dan juga sangat sempurna di matanya, hingga pria itu hanya menjadi benalu membuat responnya biasa saja. Tapi, lama kelamaan hal itu berubah dan membuat hubungannya sedikit renggang saat kekasihnya itu di PHK dari perusahaan yang mengurangi karyawan besar-besaran. Semenjak hari itu, kekasihnya berubah seratus delapan puluh derajat dengan sifat dan sikap bertolak belakang. 

Di saat jam makan siang, Anya memutuskan untuk mencari kekasihnya yang berada di tongkrongan seperti biasanya. Dia sudah hafal dan masih mencintai pria itu dengan segala kekurangan. Membawakan bekal yang dimasak olehnya, dengan senyum yang terukir di wajah. "Semoga dia senang dengan bekal makan siang ini." Dia melirik bekal itu, berniat untuk makan bersama-sama seperti dulu. 

Dia melihat seorang pria dengan pakaian seperti preman, menghampirinya dengan perlahan berniat untuk memberikan kejutan. Tapi niatnya terhenti di saat mendengar obrolan Hendra lewat telepon. 

"Aku tahu, dia kekasihku. Dia sangat pelit dan tidak memberikanku uang sepeserpun, jadi aku akan membayar hutangku esok saja." 

"Tidak bisa begitu, perjanjiannya hari ini, kau tidak bisa menundanya lagi karena sudah jatuh tempo. Jangan meminjamnya saja kau cepat, tapi kembalikannya sesuai jadwalnya."

"Sumber keuangan ku hanya Anya saja, dan sekarang dia tidak memberiku uang."

"Kau sangat lemah sekali."

"Hai, aku tidak lemah seperti yang kau kira. Kau tenang saja, aku akan membayarnya besok, Anya akan memberikan uangnya. Lagipula kau itu temanku, berikan sedikit waktu sampai hari esok."

"Hah, baiklah. Tapi mengapa kau masih mempertahankan Anya yang hanya seorang wanita miskin?"

"Pertama dia sumber keuanganku, aku bergantung padanya. Dia memang cantik, tapi wajahnya terlihat sangat tidak terawat membuatku sangat bosan, kalah cantik dengan Intan, si kembang desa." 

Anya meremas kotak makan siang dan tak sengaja terjatuh, sontak Hendra mematikan teleponnya beranggap tidak terjadi apapun.

"Anya, kau disini?" 

"Oho, jadi begini kau yang menjelekkan aku?"

"Bu-bukan maksudku begitu, kau hanya salah paham saja." Bujuk Hendra seraya memegang tangan Anya. 

Anya segera menghempaskan tangan pria itu dan memungut kotak makan siang yang tumpah. "Kita putus!" sarkasnya tegas menjauh dari Hendra yang bahkan tidak mengejarnya sama sekali. 

"Hah, palingan nanti dia akan datang dan memohon untuk balikan denganku, lagu lama." Lirih Hendra yang acuh. 

Anya yang kembali ke swalayan menjadi tidak fokus menjalankan pekerjaan yang memberinya uang. 

"Ada apa? Mengapa kamu melamun?" tanya Kiki yang mencolek pinggang sahabatnya. 

"Bukan apa-apa."

"Pasti karena Hendra, sudah aku katakan kalau pria itu tidak baik dan memanfaatkanmu saja."

"Jangan membahasnya lagi, aku sudah putus dengannya."

"Akhirnya matamu terbuka juga, itu pilihan yang sangat tepat."

Di malam harinya, Anya berjalan seorang diri untuk pulang kerumah. Menikmati suasana yang berjalan di pinggiran sungai, sangat menyejukkan dan juga membuatnya tentram.

Matanya tak sengaja melihat seseorang yang mengapung, membuat bulu kuduknya berdiri takut kalau itu adalah setan penunggu sungai. Rasa penasaran yang begitu besar membuatnya untuk memberanikan diri berjalan mendekat. Hingga melihat seorang pria yang mengapung dan segera ditolong tanpa memikirkan bajunya yang basah. 

Terpopuler

Comments

Hawa

Hawa

maraton baca, thor alnya penasaran

2022-10-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!