Amnesia

Anya menganga karena mendengarkan perkataan dari pak RT, benar-benar membuat emosinya hampir saja menyeruak keluar. "Bagaimana mungkin Bapak bisa mengatakan itu dengan mudahnya, bagaimana kalau dia memanfaatkan kesempatan dan mencoba untuk melecehkan ku." Protesnya yang tidak ingin kalau pria yang baru saja ditemukan menginap di rumahnya. 

"Lalu pria itu mau diungsikan kemana malam-malam begini?" sahut pak RT yang tidak ingin kalah. 

"Biarkan saja dia tinggal semalam di rumahmu, apa yang kamu takutkan, pos ronda juga tidak jauh dari rumahmu." Sela pak RW yang mengeluarkan ultimatum mutlak.

"Sebaiknya pak RT dan juga pak RW mengungsikan pria itu ke mana saja asal jangan di rumahku, apa kata tetangga kalau aku membawa laki-laki lain masuk di dalam rumah." Anya juga tidak ingin kalah berdebat argumen, namun akhirnya di keputusan final dia tetap saja tidak bisa menang. 

Anya akhirnya terpaksa membiarkan pria itu untuk tinggal semalam di tempatnya, di sepanjang perjalanan menuju ke rumah dia selalu saja mengumpat rasa kekesalan dan juga kecewa dengan pejabat setempat seperti pak RT dan pak RW, yang tidak mempunyai ketegasan tersendiri dan membiarkan seorang pria asing menginap di rumahnya. 

"Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi. Mereka mengambil kesempatan dengan memakan gaji buta, lupa akan kodrat untuk mengayomi tetangga dan warga sepertiku ini." Racau nya seperti burung beo yang tidak diberi makan, ingin memangsa siapa saja yang menghalangi jalannya. 

Akhirnya dia sampai di depan pintu rumah dan membuka kunci, masuk ke dalam. dua sudut matanya menangkap seorang pria yang masih terbaring lemah di atas sofa. Dia kembali menjadi kesal seraya menghentakkan kakinya saat menatap wajah tampan pria itu, yang benar-benar membuatnya sangat repot. Melihat jam dinding yang sudah menunjukkan waktu malam yang semakin larut. 

Anya yang tidak bisa tidur karena takut jika sewaktu-waktu pria itu melecehkannya, apalagi kamar yang tidak mempunyai pintu membuatnya begitu was-was. Kedua matanya tidak bisa mengatur dengan benar memikirkan praduga yang menurutnya akan terjadi, kalau dia benar-benar memejamkan mata. Tapi, dia bukanlah robot yang bisa menahan rasa kantuk, itu sangat berat baginya. 

Beberapa kali Anya menguap karena sudah tidak tahan lagi dengan rasa kantuk, dia memutuskan untuk berjaga di sofa sambil memakai selimut dan membiarkan pria itu kedinginan untuk sementara waktu. "Astaga…kenapa aku begitu tega dengannya, bagaimana kalau dia mati dan semakin menyulitkan aku, bisa-bisa semua warga malah mengira kalau aku membunuh pria ini. Ini tidak bisa dibiarkan," gumamnya pelan seraya berjalan menuju ke dalam kamar, mengambil selimut tebal dan melepaskan jas pria itu yang masih basah. 

"Dia akan masuk angin kalau tidur dengan pakaian yang basah, apa yang harus aku lakukan? Tidak ada pria yang bisa diminta tolong. Hah, Sepertinya harus aku yang turun tangan." Perlahan Anya membuka kancing kemeja pria itu dan juga melepaskan kaos kaki, dia sedikit terpanah saat melihat tubuh atletis yang berbentuk kotak-kotak, hampir saja menggugah imannya yang sangat dangkal itu. 

"Wow, sepertinya pria ini menjaga bentuk tubuhnya hingga sempurna." Tiba di bagian akhir, yaitu melepaskan celana pria itu, membuatnya sedikit ragu. "Tidak mungkin aku melakukan hal itu, tapi bagaimana kalau dia sakit, dan semakin tinggal lama di rumahku? Oh tidak, itu tidak bisa aku biarkan." 

Anya memejamkan kedua matanya, melepaskan ikat pinggang pria itu dan melepaskan celana pria itu dengan suara cekikikan, kali pertama dia melakukannya. "Semoga tanganku tidak nakal dan tanpa sengaja memegang rudalnya, bisa rusak negara ini." Batinnya yang merasa geli jika sampai memegang benda keramat pria itu. 

Setelah mengganti semuanya, Anya memutuskan untuk tertidur karena waktu sudah menunjukkan jam tiga subuh, dia tidak sadar dan tidur di sebelah pria itu. Tentu saja dia mengganti menggunakan daster milik mendiang ibunya, hanya itu yang di rasa cocok. 

Anya terbangun dari tidurnya dan melirik jam yang sudah sangat terlambat untuk masuk bekerja, dia segera menelpon sahabatnya, Kiki. Mengatakan untuk cuti sehari saja, karena selama ini dia tidak pernah mengambil cuti, untung saja sahabatnya itu bisa diandalkan dan akhirnya dia bisa bernafas dengan lega. 

"Ini kali pertama aku mengambil cuti, dan semua berkat pria itu." 

Anya memperhatikan wajah tampan dari pria itu, namun sedikit terkekeh dengan penampilan yang sudah diganti menggunakan daster milik mendiang ibunya, menunggu di saat pria itu sadar dan segera memberikan identitas. 

"Akhirnya kamu sadar juga," hanya melipat kedua tangan di depan dadanya sambil menatap bagai elang yang ingin memangsa. 

"Aku ada dimana?" lirik pria itu sambil memegang kepalanya dan melihat situasi di sekeliling yang sangatlah asing. 

"Semalam aku menemukanmu di pinggiran sungai, aku tidak tahu apa yang terjadi sebenarnya. Tapi siapa kau dan di mana kau tinggal?" Anya langsung saja mengatakan ke intinya tanpa berbasa-basi, karena dia bukanlah tipe wanita seperti itu.

"A-aku tidak tahu siapa aku dan dimana aku tinggal." Jawab pria itu yang merasakan sakit di bagian kepala.

"Jangan bercanda denganku, siapa namamu dan dari mana kau berasal?" pulang Anya yang menginterogasi sambil meninggikan intonasi. Dia semakin kesal karena pria itu tampak kebingungan dan tidak menjawab pertanyaannya. "Karena ulahmu, aku harus mengambil cuti sehari dan itu artinya gajiku dalam sehari dipotong. Karena kau sudah sadar, maka sebaiknya pergilah dari rumahku!" dia soalnya seperti ibu kos yang kejam dengan menagih uang kos-kosan kepada si penghuni, tidak ada belas kasihan karena dirinya benar-benar terhimpit ekonomi yang sulit. 

"Tolong jangan usir aku, berbaik hatilah sedikit. Aku benar-benar tidak tahu siapa aku dan di mana aku berasal, aku tidak berbohong kepadamu." Ucap pria itu yang memohon belas kasih dari Anya. 

"Kau lihatlah wajahku! Apa di wajahku terlihat mempedulikan dengan nasibmu itu? Tidak. Mungkin saja kau pria jahat dan berpura-pura seolah-olah melupakan identitasmu sendiri, jaman sekarang amnesia sangatlah tidak mungkin dan bahkan sulit ditemukan."

"Mungkin saja kau menemukan kartu identitasku di pakaianku," pria itu segera melihat bajunya yang sudah berganti menjadi daster berwarna kuning dan juga sedikit bolong. Sontak, pria itu menjerit karena merasa dirinya telah dilecehkan. "Argh, kenapa aku memakai pakaian ini?" tanyanya yang menatap wajah hanya dengan rasa penasaran.

Anya terkekeh dan tertawa geli, melihat ekspresi dari pria itu yang membuatnya merasa terhibur. "Pakaianmu sudah aku jemur, tidak mungkin kamu memakai pakaian yang basah di saat tidur. Lalu, aku menggantinya." 

"Menggantinya? Apa kamu melihatnya?" berisik pria itu yang menutupi tubuhnya menggunakan kedua tangan. 

"Memangnya ada orang lain yang bisa mengganti pakaianmu itu selain aku."

"Kau sudah membuatku kehilangan kehormatan, biarkan aku tetap tinggal di sini untuk sementara waktu saja." Pria itu mempunyai cara agar bisa tinggal di kediaman Anya.

Anya awalnya menolak, tetapi akhirnya pasrah di saat pria itu mempunyai seribu satu alasan agar bisa tinggal di rumahnya. 

 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!