Anya tanpa berpikir lagi langsung menyelamatkan pria yang tengah membutuhkan pertolongan darinya, berlari menyelamatkan pria itu dan segera memberikan pertolongan pertama. Ya, dia menekan dada pria malang itu dan memompanya seperti di film-film. "Astaga…kenapa dia belum sadar juga, apa yang harus aku lakukan?" monolognya yang berpikir. Hingga terbesit di pikiran, namun cara itu dianggap tidaklah relatif dan merugikannya saja.
"Apa aku harus mencium pria ini? Hah, kenapa menyelamatkannya membuatku harus berkorban? Aku masih menjaga ciuman pertamaku hanya untuk suamiku kelak, lalu dia siapa hingga aku memberinya secara percuma?" Anya tidak ingin dirugikan dan kembali memompa dada pria itu, berharap air yang tertelan segera keluar. Butuh tenaga ekstra yang membuatnya kelelahan, tapi terus berusaha dan berakhir saat melihat seonggok air yang baru saja keluar dari mulut pria malang itu. "Nah, begini lebih baik." Lirihnya yang memuji diri sendiri.
Pria itu terbatuk dan Anya tidak sabar untuk menginterogasi layaknya polisi, bisa saja itu hanya modus untuk meremasnya. "Apa dia penjahat yang mencoba untuk menipu dengan motif tenggelam?" pikirnya sembari mencermati wajah tampan dari pria yang terus batuk tanpa membuka mata. "Hai kau! Buka matamu itu, kamu pasti seorang penjahat dengan motif baru. Tapi sayangnya aku tidak akan mudah ditipu olehmu." Ketusnya yang terus menggoyang tubuh pria yang masih lemah.
"Hah, sepertinya dugaanku benar. Yang penting aku sudah menolongmu, lebih baik aku pergi." Anya segera berdiri dan hendak meninggalkan pria itu, tetapi merasakan tangan yang menghentikan langkahnya. Dia melihat sumber permasalahan, karena pria itu menggenggam pergelangan kakinya, berusaha agar dia bisa terlepas, tetapi genggaman itu sedikit menyulitkannya. "Sebenarnya apa yang kau inginkan?" ketusnya seraya menatap wajah sang tersangka, pria yang tidak dikenal dan bahkan menyulitkan hidupnya.
"Ja-jangan tinggalkan ak-aku." Lirih pelan pria itu, kemudian melepaskan cengkraman dan pingsan tidak sadarkan diri.
Anya menghela nafas dengan jengah, menendang pelan kaki pria itu yang tidak menimbulkan respon apapun. Dengan berat hati dia membantu, walau sedikit menimbulkan kecurigaan. Jika dia melihat kondisi keuangannya yang sekarang, sudah pasti pria itu tidak mempunyai alasan apapun untuk memeras nya. "Hah, kenapa hidupku selalu mempunyai rintangan yang tersendiri? Baru saja aku putus dengan Hendra, dan sekarang aku harus menampung pria yang tidak dikenal ini ke rumahku. Ck, sangat menyusahkan saja."
Awalnya Anya ingin meninggalkan pria itu tergeletak di pinggiran sungai, tetapi hati nuraninya tergerak untuk menyelamatkan pria itu dan membopong tubuh berat untuk sampai ke rumahnya. "Astaga… tubuhnya sangat berat sekali, mungkin saja semasa hidupnya dia mempunyai banyak dosa." Racau nya yang menumpahkan kekesalan. Bagaimana tidak? Kalau sepulang bekerja dari swalayan membuat tubuhnya sangat lelah, dan ingin sekali berbaring di atas tempat tidur berukuran untuk dua orang saja sudah membuatnya nyaman. Tapi kali ini dia malah terjebak dengan seorang pria yang tidak dikenal, dan terpaksa membawanya pulang.
"Hai kau! Bukalah matamu! Apa kau tidak tahu, kalau bobot tubuhmu itu sangatlah berat, bahkan tiga kali lipat lebih besar dari tubuhku. Kau hanya menyusahkanku saja, kalau sampai kau macam-macam nantinya aku akan membuatmu menyesal." Anya mengeluarkan semua kekesalannya mengenai bobot tubuh dari pria yang tidak dikenal, menyeretnya dengan perlahan membutuhkan waktu satu jam hingga sampai ke depan pintu rumah nya.
Anya mengatur nafas yang tidak beraturan dan mendudukkan dirinya di sofa, sangat tidak percaya kalau dia membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke rumah. Jika saja dia tidak menolong pria itu, hanya memakan waktu lima belas menit saja. "Aku tidak bisa percaya hal ini, tubuhku benar-benar sangat pegal dan itu semua karena ulahmu. Bisakah kau bangun dan langsung pergi dari rumahku?" itulah kata-kata pedas yang disampaikan olehnya kepada pria yang masih belum sadarkan diri, mencoba membangunkannya dengan menepuk kedua pipi pria itu, berharap kalau pria yang baru saja dia selamatkan membuka mata.
Hanya mencoba untuk mengompres dahi pria itu menggunakan handuk kecil yang dibasahkan dengan air hangat, merawatnya dan bahkan lupa untuk beristirahat. Hanya satu tujuannya, setelah pria itu sembuh dan sadar dia bisa mengusirnya dari rumah. "Aku sudah seperti suster saja, tapi memang itulah cita-citaku yang belum tercapai." Monolognya yang terus berbicara seorang diri, kalau sampai ada yang melihat mengira kalau dirinya kurang waras.
"Apa aku harus membawanya ke rumah sakit? Sepertinya dia cukup terluka di bagian dalam dan itulah yang membuatnya kesulitan sadar. Tapi, bagaimana mungkin keuanganku sekarang dalam keadaan terjepit, ekonomi yang sulit benar-benar membuatku tak ajak bisa berkutik. Kalau aku memaksakan diri membawanya pergi ke rumah sakit, itu akan membuatku bisa berpuasa untuk tidak makan selama seminggu penuh. Hah dunia ini benar-benar kejam, dadi maafkan aku yang tidak bisa membawamu ke rumah sakit." Anya menatap wajah pria tampan dan memperhatikan nya. "Ternyata dia tampan juga," pujinya yang hanya setengah-setengah saja.
Lama Anya termenung memikirkan cara untuk membangunkan pria tampan dan setelah itu mengusirnya, hingga terbesit di dalam pikirannya dengan RT dan RW
setempat. "Astaga aku hampir lupa, aku harus melapor kepada pak RT dan juga pak RW, takutnya mereka mengira kalau aku berbuat serong dengan pria ini."
Tanpa menunggu waktu lagi, Anya segera pergi setelah mengunci pintu terlebih dahulu, membiarkan pria itu di dalam rumahnya dan segera melapor, menuju rumah pak RT dan pak RW yang tidak jauh dari rumah.
"Akhirnya saya menemukan Bapak di sini." Anya mengatur nafasnya yang tersengal-sengal saat melihat pak RT dan pak RW berada di satu tempat tengah bermain domino, di sebuah warung kopi teh Sulis.
"Tarik nafas dan buang, lakukan hal itu sebanyak tiga kali." Ucap pak RT yang memberikan tutorial yang sedikit membantu kesulitan Anya.
"Ada apa? Kau datang seperti orang yang baru dikejar anjing." Sewot pak RW yang tidak ingin permainan domino-nya diganggu oleh siapapun juga.
"Begini Pak, beruntung saya menemukan kalian di warung kopi teh Sulis, saya ingin melapor ada seorang pria yang ditemukan di pinggir sungai dan saya menyelamatkannya, membawanya ke dalam rumah. Karena takut nantinya kalian akan menggerebek saya," jelas Anya yang berterus terang.
Kedua pria itu memperhatikan Anya yang berbicara dan manggut-manggut kan kepala. "Baiklah, begini saja, besok pagi kembali datang ke sini dan minta identitas dari pria itu. Bisa saja dia pria jahat dan mengecohkan desa ini." Jawaban cerdas yang diberikan oleh pak RT membuatnya tidak habis berpikir, bagaimana dengan begitu mudahnya pria paruh baya itu mempercayakan pria yang dia selamatkan berada semalam di rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Dapur Ibu
chapter awal yg bagus thor
2022-12-23
0