Denis menatap lekat manik mata yang indah disuguhkan di hadapannya, tidak bisa dia berkata bohong mengenai perasaannya yang sebenarnya.
"Sudah cukup kau memandangku seperti itu, saatnya kita pulang."
"Pulang? Bukankah aku masih sakit? Mengapa di pulangkan?" Denis mengerutkan kening karena belum memahami, dia hanya sedikit bingung apalagi melihat Anya yang sudah mengemasi semua barang-barangnya.
"Otakmu terluka tidak parah, dan dokter sudah memberikan izin untuk kau di rawat jalan saja." Balas Anya yang menutupi kalau dirinya sudah tidak mempunyai uang untuk membayar rumah sakit.
"Benarkah? Atau keuanganmu yang terkuras habis karena ku?" terka Denis yang mulai curiga akan lari masalah ekonomi.
Anya menghentikan aktivitasnya sementara, apa yang di katakan Denis memang benar. Tapi, dia segera berbalik badan menghadapi keraguan dan kecurigaan dari pria tampan itu. "Dasar konyol, jangan asal menebak atau aku akan memukulmu!" ancamnya yang berpura-pura dalam menggertak. "Aku melakukan ini supaya pekerjaanku tidak di ganggu, kau tahu sendiri bagaimana pemilik swalayan yang selalu mencari cara untuk mengejekku. Aku hanya ingin bekerja, jarak dari rumah sakit ke tempat kerja sangatlah jauh."
"Benarkah? Sepertinya kau berbohong. Aku mulai mengerti karakter mu itu, sebenarnya kau sangat peduli apda orang lain tapi tak pernah ingin memperlihatkannya."
"Hentikan ini, Denis. Ayo kita pulang!" anak Anya yang membantu pria itu untuk beranjak dari atas brankar.
"Apa ini masalah ekonomi? Aku yakin begitu," batin Denis yang tahu alasan sebenarnya, tapi berusaha mengikuti permainan dari gadis itu yang berpura-pura kalau semuanya baik-baik saja.
"Maafkan aku yang tidak bisa memberikanmu pelayanan rumah sakit, tapi aku janji akan merawatmu seperti yang lalu." Gumam Anya di dalam hati, sungguh dia merasa bersalah dengan apa yang terjadi ini tidaklah benar.
Keduanya terdiam di sepanjang perjalanan, Denis alias Delano memahami keuangan gadis itu. Dia merasa bersalah, selama tinggal di sana dia banyak sekali menuntut dan membuat gadis itu kehabisan uang. "Aku sangat malu padanya, aku pria yang di segani semua orang, uang segitu bukanlah apa-apa bagiku. Semua wanita yang aku kenal selalu memandang dan mengukur dengan uang juga pekerjaan, tapi selama tinggal dengannya, aku bisa menikmati bagaimana kehidupan rakyat kecil yang tinggal di pedesaan. Amnesiaku membawa berkah, bisa bertemu dengannya saja aku sudah bersyukur." Batinnya, kali pertama mengucapkan kalimat panjang mencatat rekor dalam sejarah.
Delano merupakan seorang CEO dari perusahaan DZ Group, dihormati dan juga disegani oleh orang-orang di kota. Dirinya selalu menjadi buah bibir masyarakat, dan menjadi idola para wanita dari berbagai kalangan. Kini dia mengetahui kalau namanya dan juga wajahnya ternyata sangat aneh di desa itu, tidak ada yang mengenalnya.
"Mereka yang bermain-main denganku akan mendapatkan hal yang setimpal, tunggu aku kembali." Gumamnya yang terdengar sayup di telinga Anya.
"Kau mengatakan sesuatu?"
"Tidak, aku tidak mengatakan apapun." Jawab Denis yang mengelak, tersenyum saat melihat ekspresi dari Anya yang seakan tidak peduli padanya, tapi jauh di lubuk hati terdalam kalau gadis itu sangat mengkhawatirkannya. Perlahan dia memegang jari jemari lentik itu untuk mendapatkan kekuatannya kembali, menghadapi orang-orang yang pernah mencelakai nya.
Sesampainya di rumah, Anya membantu Denis untuk berbaring diatas tempat tidur. "Beristirahatlah!" Anya tersenyum dan hendak melangkah keluar, tapi Denis lebih dulu memegang tangannya.
"Jangan pergi dulu, temani aku sampai tertidur saja!" Denis memelas menggunakan raut wajah seimut dan senatural mungkin, terlihat sangat menggemaskan bagai seorang anak kecil. Mungkin orang yang mengenalnya akan sangat terkejut dengan apa yang dilakukan olehnya, apapun itu dia tak akan peduli.
"Dia sangat menggemaskan," batin Anya yang membuat jiwanya meronta-ronta ingin sekali mencubit pipi pria tampan itu. " Aku tidak bisa."
"Ku mohon!" bujuk Denis mengeluarkan jurusnya, sedangkan Anya menghela nafas dengan pelan sembari menganggukkan kepala. Seketika itu pula dia meraup keuntungan, memeluk gadis itu dengan sangat erat berharap kalau waktu terhenti. "Aku tidak ingin waktuku berlalu dengan sia-sia, mengapa aku harus kembali mendapatkan ingatan ini. Tidak bisa aku bayangkan akan kehilangannya, pasti dia menghindariku setelah mengetahui siapa aku." Gumamnya di dalam hati.
Anya menurut bagai anak yang patuh, diam-diam dia menikmati pelukan dari pria itu yang sangat nyaman.
Denis menikmati setiap waktu dan detiknya bersama Anya, dia selalu menunggu kepulangan dari gadis itu dan bercanda membuat mereka sangat dekat.
Kini Denis alias Delano sangat bosan di rumah yang tengah menunggu kepulangan dari gadis yang membuatnya kembali jatuh cinta. Namun sangat terkejut saat melihat seorang pria yang berpenampilan seperti preman menendang pintu untuk menggertaknya. "Kau merusak pintunya."
"Aku tidak peduli!" sahut Hendra yang sudah muak melihat pria asing yang tinggal bersama Mantan kekasihnya, semenjak putus dirinya hidup terlunta-lunta akibat tidak adanya yang membiayai hidupnya lagi. "Pasti kau mengenalku, aku kekasihnya Anya. Jadi, aku minta agar kau tahu diri dan segera pergi dari tempat ini. Jangan menguji kesabaranku atau aku akan menghajarmu disini!"
"Oho, jadi kamu sedang mengancamku?"
"Bukan hanya mengancam, tapi itu sebuah peringatan untukmu. Pergilah dari sini sebelum aku mematahkan lenganmu itu," usir Hendra yang songong dan sombong.
"Jadi kamu menantangku? Maka baiklah, aku akan memberikanmu pelajaran." Hendra melayangkan kepala tangan, tapi Denis lebih dulu menangkis dan membalikan serangan tepat mengenai perut pria itu.
"Ayolah, jangan kalah dengan tampilan mu yang seperti gembel itu." Cibir Denis yang menyunggingkan senyuman.
"Sial, aku belum pemanasan saja tadi." Hendra kembali melayangkan pukulan tapi tidak pernah berhasil mengenai lawannya, tapi serangana itu hanya berbalik padanya.
Cukup mudah bagi Delano melumpuhkan pria itu, menatap Hendra dengan tajam sambil memelintir tangan pria malang yang sok jago. "Aku harap kamu tidak melakukan kesalahan yang sama dan menghilanglah dari hadapanku. Kalau kau tetap ngeyel, jangan salahkan aku bertindak tegas padamu!"
Hendra terdiam setelah Denis melepaskan nya, dia pergi dari tempat itu dalam amarah dan juga kekesalan mendalam. "Berani sekali bajingan itu mengancam preman sepertiku!" geramnya gang kembali berjalan dengan perut yang kosong.
Di malam hari, Hendra memutuskan untuk pergi ke klub. Dimana dia ingin menenangkan diri mengenai masalah yang terjadi, penyesalan karena sumber keuangannya sudah lepas.
Dari kejauhan dia melihat segerombolan orang berbaju hitam yang menanyai orang-orang di tempat itu hingga tiba gilirannya.
"Ada apa ini?" jujur saja Hendra sangat takut karena banyak pria berbadan kekar tengah mengintrogasinya sebagai sang tersangka.
"Apa anda melihat orang ini?" tanya salah satu pria itu sambil memperlihatkan foto seseorang.
Hendra sangat terkejut saat melihat dengan jelas siapa yang sedang dicari oleh segerombolan pria berbaju hitam. "Dia mencari Denis rupanya," gumamnya seraya tersenyum licik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments