Anya masih memikirkan bagaimana Denus yang bersikap dan juga merasa asing dengan makanan yang selalu dia sediakan, selalu berkomentar bukan karena hasil masakan saja melainkan dari segi berpakaian yang menurut pria itu usang dan tidak layak.
Untung saja mereka sudah gajian, dan hal pertama kali yang dirasakan pria itu begitu bahagia. "Kenapa butuh waktu lama untuk bersiap-siap?" Denis sengaja mengeraskan volume suaranya agar gadis yang berada di dalam kamar segera keluar, sedari tadi dia menunggu di luar.
"Tunggu sebentar lagi!" ucap Anya yang segera menyelesaikan polesan make up tipis, dia begitu bersemangat saat Denis akan mentraktirnya makan siang di luar setelah mereka sengaja mengambil cuti.
Denis menghela nafas seraya melihat jam dinding yang sudah setengah jam dia menunggu dan sangatlah membosankan juga jenuh. Mendudukkan diri di sofa dan sesekali melirik menit di setiap jarum jam yang terus berjalan, namun tidak melihat keberadaan Anya tak kunjung keluar dari kamar. "Kamu bersiap-siap atau sedang bersemedi?" jengkelnya.
Anya segera keluar dari kamar, setelah dia bersiap-siap membutuhkan waktu setengah jam. Menggunakan gaun diatas lutut berwarna peach membuat gadis itu terlihat mempesona, kali pertama dia berpenampilan feminim karena selalu saja menggunakan celana jeans dan kemeja. "Bagaimana dengan penampilanku?" ujarnya yang meminta pendapat.
Denis langsung saja berdiri dari duduknya, mata yang tidak berkedip apalagi saat melihat penampilan Anya yang jauh berbeda dari biasanya. "Wow, kau terlihat sangat cantik. Ini terasa seperti kencan," jawabnya yang berpendapat.
"Jangan memujiku, aku memiliki beberapa gaun. Tapi, aku jarang menggunakannya karena tidak ada waktu untuk berdandan dan waktu sendiri."
"Aku merasa kalau kau sedang mencoba membuatku terpana dan jatuh cinta, bukankah begitu Nona Anya?"
"Ck, inilah diriku yang asli. Karena pekerjaan yang sibuk membuat aku lupa, bukankah sudah aku jelaskan?" cetus Anya yang cemberut.
"Tersenyumlah, aku hanya bercanda." Goda Denis. "Ini seperti kencan bagiku," batinnya yang tersenyum tipis tanpa di ketahui oleh gadis di sebelahnya.
Kini keduanya berada di pusat perbelanjaan, dimana Denis memilih pakaian yang sesuai dengan style-nya. Memilih beberapa barang dengan harga yang ternyata sangat mahal, membuat Anya terbelalak kaget karena merasa semuanya mimpi.
"Sebaiknya kita pergi saja dari sini, lihatlah harga sebelum membelinya." Bisik Anya di telinga Denis.
"Memangnya kenapa?" sahut Denia yang polos.
"Dasar bodoh, kemeja yang kau ambil harganya jutaan. Apa kau ingin di tangkap dan di tuduh mencuri karena tidak bisa membayar tagihannya? Carilah pakaian dengan harga ekonomis, irit dan yang pastinya terjangkau di kantong." Segera Anya menarik tangan Denis setelah meletakkan kembali kemeja yang harganya jutaan.
Denis mendelik saat kemeja itu tidak berhasil menjadi miliknya, melihat beberapa kemeja dengan harga murah membuatnya enggan untuk memilih. Anya segera bertindak dan memilihkan salah satu yang cocok untuknya, memastikan semua aman termasuk urusan kantong rakyat jelata sepertinya.
Denis segera membayar kemeja putih lengan panjang, dia tidak tertarik dengan itu dan masih kesal sebab Anya menariknya dari pajangan kemeja yang berwarna krim.
"Sudahlah, berhenti cemberut begitu atau ketampananmu akan berkurang." Bujuk Anya.
"Hem, kamu mengacaukannya. Aku ingin kemeja krim itu!" ucap Denis seperti anak kecil yang tidak mendapatkam mainan.
"Semua kemeja sama saja, mau itu mahal atau murah, yang terpenting sesuai dengan budget. Jangan menyiksa diri dengan barang mahal kalau makan saja kita pakai telur ceplok dan juga mie instan." Jelas Anya yang bijak, seraya membingkai wajah pria itu dengan gemas.
"Aku lapar, ayo kita makan di sana!" tunjuk Denis yang kembali berulah, tempat mahal yang pastinya membuat kantong terkuras.
"Itu tidak enak, percayalah!"
"Aromanya saja tercium dari sini, sebaiknya kita makan di sana saja." Bujuk Denis, sedangkan Anya menghela nafas.
"Makanan disana sangat mahal, ingat bagaimana kau mendapatkan gaji dalam satu bulan. Mendapatkannya membutuhkan waktu yang sangat lama, menghabiskannya paling mudah. Ingatlah menabung dan juga semua hutangmu dala tiga kali cicilan." Anya terpaksa mengungkit hal itu, agar Denis bisa mengerti bagaimana sulitnya mencari uang di ekonomi sekarang ini, semua bahan pokok melonjak naik setelah bahan bakar minyak naik.
"Aku lapar, kita mau makan dimana?"
"Aha, aku punya solusi dari masalah ini." Anya terus menarik tangan Denis keluar dari pusat perbelanjaan, mereka memilih untuk makan di pinggir jalan.
"Makan di pinggir jalan?"
"Semangkuk siomay membuat perutmu kenyang, makanlah selagi hangat."
Denis yang menyuapi mulutnya dengan siomay sayur dengan kuah kacang, awalnya dia ragu untuk menelannya tapi rasa yang enak membuatnya begitu bersemangat. "Wah, ini sangat lezat. Apa ini sehat?"
"Aku rasa begitu, tapi entahlah bagaimana mereka mengolahnya." Sahut Anya yang santai. Dia juga ikut menikmatinya, sambil memikirkan asal usul Denis yang belum juga ditemukan hingga saat ini.
"Apa ini tidak masalah kalau di makan di waktu siang?"
"Tidak masalah, asal perutmu terasa kenyang." Jawab Anya yang asal, dia juga tidak tahu apakah sesuai atau tidak. "Aku ingin ke toilet dulu!" ucapan berpamitan, tak tahan dengan desakan alam yang mengganggu makannya.
"Hem." Denis melihat kepergian Anya yang menyebrang jalan, namun karena tidak hati-hati membuat nyawa gadis itu dalam bahaya.
"Anya, awas!" teriak Denis yang berlari menyelamatkan Anya yang hampir saja tertabrak oleh mobil, namun naas saat dirinya yang menjadi korban hingga kepalanya terbentur keras.
"Denis!" pekik Anya yang berteriak histeris, menyaksikan bagaimana pengorbanan Denis yang sekarang bergelimangan darah di jalan. Dengan cepat dia berdiri dan tak memikirkan kakinya yang sedikit pincang, menghampiri pria itu dan mencoba untuk menyadarkan saat kedua mata telah mengatup.
Beberapa orang mulai berdatangan, namun sayangnya mobil yang menabrak Denis memutuskan untuk kabur rak ingin berurusan dengan kantor polisi.
"Kalian jangan diam saja, bantu aku untuk bawa dia ke rumah sakit!" pekik Anya yang geram melihat beberapa orang berdatangan hanya sebagai penonton saja dan beberapa orang juga mengabadikan kejadian naas itu untuk di upload ke sosial media.
Salah satu pemilik mobil berhati mulia, membantu kesulitan Anya dan tidak mempermasalahkan noda darah yang nantinya akan menempel di kursi mobilnya. "Masukkan dia ke dalam mobilku saja."
Anya menganggukkan kepala, tidak berpikir panjang dan segera membawa Denis di larikan ke rumah sakit terdekat.
"Denis, buka matamu. Ku mohon! Jangan bercanda seperti ini padaku." Anya meneteskan air mata dan mengingat bagaimana pria tampan itu membuat hari-harinya lebih berwarna dan tidak membosankan. Dia sangat terluka saat melihat tubuh yang bergelimang darah dan juga tidak sadarkan diri bagai mayat, berharap kalau semuanya baik-baik saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments