Bertengkar

Keesokan harinya, seperti biasa Anya mempersiapkan sarapan pagi dan juga kotak makan siang. Menyiapkan segalanya dengan dua porsi, Denis yang menjadi tamu terpaksa dia suguhkan pada pria itu. 

"Kau masak apa? Kenapa baunya sangat menyengat?" sarkas seorang pria yang baru saja selesai mandi, bahkan handuk masih melingkar di pinggang menutupi area sensitif. Denis menggosok hidungnya dan bersin-bersin saat mencium aroma yang baru baginya. 

"Ck, dasar lemah. Ini hanya ikan asin, tapi reaksimu di luar nalar." Balas Anya ketus tanpa menghiraukan protes pria yang menjadi tamu atau lebih tepatnya harus membayar uang sewa dan makan karena tidak ada yang gratis di dunia ini. 

"Ikan asin? Apa itu?" 

"Ikan yang dikeringkan dan rasanya sangat asin, sudahlah! Jangan banyak bertanya, aku tidak tahu prosesnya." 

"Apa ini akan menjadi bekal makan siang?" tanya Denis yang merasa terkejut, mencium aroma semerbak membuatnya bersin apalagi memakannya. 

"Memang kau pikir apa, hah? Tentu saja ini akan menjadi santapan makan siang." 

"Tapi itu__."

Dengan cepat Anya memperlihatkan kelima jari sebagai isyarat agar pria itu tidak melanjutkan perkataannya. "Dilarang protes, masih syukur aku memberikanmu tempat tinggal, sandang, dan pangan. Jangan banyak bertingkah kalau uangmu belum punya, menyusahkan saja." Ucapnya yang membuat Denis terdiam dan kemudian cengengesan.

"Wah, sepertinya makanan itu terlihat nikmat." 

"Ck, berhentilah bersikap manis seperti itu. Apa ingatanmu sudah pulih?" 

"Belum."

"Hah, aku memikirkan beberapa cara agar ingatanmu segera kembali." 

"Bagaimana caranya?" Denis sangat antusias dan berjalan menghampiri Anya, tapi kesialan terjadi saat lilitan handuk di pinggang terlepas hingga membuat belalai tanpa gading terekspos dengan sangat jelas. 

Keduanya terdiam sambil melirik satu sama lain, dan seketika itu pula mereka berteriak dengan sangat keras. 

"Argh, kau menodai mataku!" pekik Anya yang segera membalikkan badan sambil menutupi wajah menggunakan kedua tangannya.

Dengan cepat Denis memungut handuk yang tergeletak diatas lantai, kembali menutupi bagian sensitif dengan perasaannya bercampur aduk menjadi satu. "Itu kecelakaan." 

"Kecelakaan apanya? Aku melihat dengan sangat jelas, bagaimana bentuknya." Balas Anya yang tidak ingin berbalik. 

"Anggap saja sebagai amunisi pagi, setidaknya otakmu berisi hal lain selain pekerjaan saja." Sahut Denis yang santai dan berjalan keluar dari dapur, berlari menuju kamar dan menyembunyikan wajahnya yang sangat malu. "Astaga…kenapa dia mengatakan hal itu. Sepertinya aku sudah kehilangan wajahku sendiri, bagaimana kalau dia terus mengungkit kejadian ini? monolognya yang merutuki kesialan di pagi hari.

Anya sangat shock dengan apa yang baru saja dia melihat untuk pertama kali, namun segera mengembalikan mood agar tidak memikirkan kejadian yang sangat memalukan itu. "Sial, mataku di nodai." 

Di sepanjang perjalanan, keduanya hanya terdiam dan tidak ada yang ingin membuka suara, mereka terfokus pada kejadian itu. Namun, Anya tidak ingin kejadian memalukan itu teringat kembali, dan terpaksa membuka suara. 

"Aku tahu bagaimana mengembalikan ingatan mu." 

"Apa kau yakin?" 

"Entahlah, hanya saja aku melihat cara ini di buku dan beberapa ritual kuno. Bisa disembuhkan asal kau meyakini nya," jelas Anya yang mulai bersemangat ingin menunjukkan cara yang ada di buku. 

"Baiklah, aku akan mencobanya."

Anya menarik tangan Denis dan kembali membawa pria itu ke pinggir sungai, berharap cara yang digunakan efektif. "Coba kau ingat lagi, mungkin saja itu membantu." 

Denis kembali mencoba dengan cara yang sama seperti kemarin, namun tidak berhasil karena hanya menimbulkam kepalanya yang sangat sakit. "Tidak membantu, malah kepalaku terasa berat dan juga pusing. Apa ada cara lain?" 

"Tentu saja ada, aku sudah mengisi beberapa list agar kau mengingat segalanya." Ucap Anya dengan penuh keyakinan, memperlihatkan beberapa daftar untuk membantu pemulihan pria itu. 

Akhirnya mereka memutuskan untuk kembali melanjutkan perjalanan menuju swalayan, Anya membiarkan Denis berjalan lebih dulu, sementara dirinya fokus dengan rencana kedua setelah rencana pertama dianggap gagal.

"Mungkin ini akan terasa sakit, tapi aku berharap kau mengerti. Pasti keluargamu tengah mencarimu saat ini, dan aku harus melakukan ini sebagai manusia yang baik." Batin Anya yang yakin. 

Tanpa diketahui Denis, Anya berjalan mengendap-endap saat mereka hampir sampai di swalayan. Dia memukul kepala pria itu menggunakan kayu yang ditemui di pinggir jalan, hingga pria malang itu meringis kesakitan dan menoleh ke arahnya. 

"Kenapa kau memukul kepalaku?" Denis merasakan kepalanya sangat sakit, memegang kepala bagian belakang yang mengeluarkan sedikit darah segar. Tiba-tiba tubuhnya ambruk membuat Anya segera menangkap tubuh kekar itu dan sedikit takut kalau rencana berbahayanya bisa melayangkan nyawa dan memakan korban. 

"Maafkan aku, Denis…buka matamu!" ucap Anya sembari menepuk pipi pria yang ada di hadapannya. Sebenarnya dia sangat takut, namun buku mengatakan kalau sang penderita amnesia harus mengalami kecelakaan pertama yang membuatnya hilang ingatan. Karena tidak tahu kronologinya, dengan terpaksa dia memukul menggunakan kayu berharap kalau rencana itu berhasil.

Beberapa saat kemudian, perlahan Denis membuka kedua matanya dan melihat seorang wanita dengan raut wajah penuh amarah. Dia segera duduk dan masih melemparkan tatapan sinis penuh emosi, karena tak menyangka kalau Anya akan berbuat nekat dengan melukainya. 

"Apa kau gila? Bagaimana kalau aku tiada?" erang Denis dengan sarkas. 

"Itu salah satu cara agar ingatan mu kembali." Balas Anya yang memelankan suaranya.

"Cara kau bilang? Tapi sangat berbahaya, kalau aku tiada mungkin tak lama lagi akan mendekam di sel penjara. Atau jangan-jangan ini hanyalah akal-akalan mu saja, agar aku tidak tinggal di rumahmu." Denis mencoba membalik kan keadaan sebagai korban tindak kejahatan. 

"Maaf, niatku baik hanya untuk membuatmu mengingat segalanya. Itu saja!" ujar Anya.

"Aku sudah tahu niatmu yang hanya ingin aku pergi dari rumahmu, mencari sebuah alasan dengan menggunakan hilang ingatan ini." 

Terjadilah perdebatan antara keduanya, Denis terus menyalahkan Anya yang mencari alasan untuk mengusirnya dari rumah, sementara sang empunya rumah ingin membantu. 

"Ya, aku ingin mengusirmu dari rumah. Apa jawaban itu yang kau inginkan? Apa kau sudah puas sekarang?" balas Anya yang tak ingin mengalah. 

"Jika aku adalah beban bagimu, maka baiklah. Aku akan pergi dari rumahmu!" tegas Denis yang pergi meninggalkan gadis itu. 

Anya tidak menyangka kalau Denis bisa semarah itu hanya salah paham dengan maksudnya. Memang dia ingin pria itu pergi dari rumahnya, tapi bukanlah gadis yang kejam. Sebelum pria itu sembuh dan mengingat segalanya, maka barulah dia biarkan pria itu untuk pergi dari rumahnya. 

Denis sangat marah, berpikir hanya ingin mengusirnya namun beberapa meter jarak mereka membuatnya kembali berpikir ulang. "Walau gadis itu jarang bersikap ramah padaku tetapi hatinya sangat baik, mungkin saja apa yang dia katakan memang benar." Gumamnya yang luluh mengingat kebaikan dari Anya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!