Kekasihku Pria Amnesia
Assalamualaikum pembaca setiaku
Ini novel baru ya mohon dukungannya berupa vote, gift atau like serta komen yang banyak.
Terima kasih
Selamat Membaca
...♥️♥️♥️...
"Ma, aku berangkat dulu," pamit Zidan seraya mencium tangan ibunya.
"Kamu nggak sarapan dulu?" Tanya Raina sang ibu.
Zidan melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. "Aku sudah telat, Ma. Papa pasti akan marah jika aku datang terlambat ke peresmian hotel baru kita."
"Baiklah, hati-hati," pesan sang ibu. Ia membalas lambaian tangan putranya.
Zidan Putra Juliar adalah pemuda 27 tahun yang membantu ayahnya mengurusi perusahaan turun temurun yang diwariskan sang kakek.
Awalnya Zidan kuliah di bidang psikologi mengikuti jejak sang kakak. Namun, karena suatu hal ia harus pindah ke luar negeri dan memilih kuliah di jurusan bisnis seperti saran sang ayah.
Drrt drrtt drrtt
Ponsel Zidan berdering. Ia hendak mengambil ponsel yang ia letakkan di dashboard mobilnya dengan satu tangan. Sayangnya ponsel itu terjatuh ke bawah. Zidan berusaha mengambil ponselnya tapi tangannya tak sampai.
Karena tidak memperhatikan jalan, ia hampir saja menabrak seorang anak kecil yang melintas di jalan raya. Guna menghindari kecelakaan, Zidan membanting setir ke kiri. Alhasil mobilnya pun menabrak sebuah pohon besar.
"Ah, kepalaku." Zidan memegang kepalanya yang terasa sakit akibat benturan yang keras.
Kepulan asap keluar dari bagian depan mobilnya. Zidan segera melepas sabuk pengaman yang masih terpasang di dadanya lalu keluar secepat mungkin.
Duarr
Mobil Zidan meledak hebat. Semua orang yang berada di sana langsung berkerumun. Tubuhnya tergeletak begitu saja di jalan.
"Tolongin, tolongin!" Seru salah seorang warga.
Lalu mereka menghentikan sebuah mobil agar mau mengantarkan Zidan yang tak sadarkan diri. Warga menggotong tubuh Zidan masuk ke dalam mobil.
"Siapa yang mau menemani?" Tanya salah seorang warga.
Pengasuh anak yang hampir tertabrak itu mendekat. "Pak, biar saya saja yang menemani. Kecelakaan ini terjadi karena anak asuh saya menyeberang sembarangan."
"Baiklah, cepat masuk!"
Wanita itu pun masuk bersama anak kecil yang diasuhnya. Dia duduk di bagian depan dekat pengemudi sedangkan Zidan direbahkan di kursi bagian belakang.
Sesampainya di rumah sakit. Sang pengemudi memanggil para perawat agar menolong laki-laki yang menjadi korban kecelakaan itu.
"Hei, kamu lihat apa sih?" Tanya Selly pada teman satu profesinya.
"Itu, aku lihat anakku sama pengasuhnya. Kenapa mereka di sini?" Gumam Safa.
Safa Kamila adalah seorang janda berusia 29 tahun beranak satu yang berprofesi sebagai dokter bedah plastik di sebuah rumah sakit ternama di kotanya.
Safa pun berjalan lebih cepat menghampiri anaknya dan meninggalkan temannya. "Willa," panggil Safa pada anak perempuan berumur lima tahun yang sedang digendong oleh pengasuhnya.
"Bunda." Willa turun dari gendongan Asih lalu ia berhambur ke pelukan sang ibu.
"Mbak apa yang sebenarnya terjadi, kenapa kalian bisa ada di rumah sakit?" Safa memberondong pertanyaan pada pengasuh Willa.
"Kami mengantar korban kecelakaan yang hampir saja menabrak Willa, Bu. Tapi pengemudi itu memilih banting setir sehingga Willa baik-baik saja," terang Asih.
"Hah? Bagaimana bisa Willa main ke jalanan. Apa kamu tidak menjaganya dengan baik?" Geram Safa saat mendengar anaknya hampir saja mengalami kejadian naas.
Asih terisak karena ia merasa bersalah. "Maafkan saya, Bu."
"Bunda, jangan marahi mbak Asih. Ini salah Willa. Willa nggak mau nurut kata mbak Asih." Willa mencoba membela pengasuhnya.
"Ya sudah. Willa pulang sama mbak Asih dulu, Bunda mau lihat keadaan orang yang mengalami kecelakaan tadi."
"Mbak, ajak putriku pulang pastikan kamu menjaganya dengan baik," ucap Safa memperingatkan. Asih mengangguk patuh.
Asih menggandeng tangan Willa agar berjalan keluar. Willa terlihat melambaikan tangan pada ibunya sambil tersenyum. Safa pun membalas lambaian tangan anaknya.
Safa memasuki ruang UGD. "Bagaimana keadaannya, Dok?" Tanya Safa pada dokter yang menangani.
"Kamu kenal dia?" Tanya Dokter Fahri yang berprofesi sebagai dokter umum di bagian UGD.
Safa menggeleng. "Tidak, tapi dia hampir menabrak anak saya," jawab Safa. Dokter Fahri terkejut mendengarnya.
"Dia kehilangan banyak darah. Kita butuh donor darah selain itu wajahnya rusak parah sepertinya terkena ledakan karena sebagian wajahnya melepuh," terang dokter Fahri.
Safa menelan salivanya dengan susah payah setelah mendengar penjelasan dokter Fahri. "Apa separah itu?" Batin Safa.
Kekhawatiran tumbuh di hatinya. Gara-gara anaknya, nyawa laki-laki itu hampir saja melayang.
"Tolong lakukan yang terbaik, Dok. Saya yang akan menanggung semua biaya pengobatannya sampai dia sembuh. Selain itu saya akan bantu cari pendonor. Golongan darahnya apa?" Tanya Safa.
"Golongan darahnya A."
"Wah kebetulan sekali, golongan darah saya juga A. Ayo kita lakukan transfusi darah!" Desak Safa. Dokter Fahri pun tak berpikir panjang. Ia segera melakukan transfusi darah.
Meski tidak ada anggota tubuh lainnya yang patah. Namun, cedera di kepalanya cukup parah. Bahkan lima puluh persen wajah Zidan rusak akibat ledakan mobil yang mengenai dirinya.
"Dok, apa aku boleh melakukan bedah plastik?" Tanya Safa meminta izin pada dokter yang merawat Zidan. Ia ingin memastikan agar tidak terjadi kesalahan saat operasi berlangsung.
"Apa kau yakin? Bukankah kamu akan menanggung biaya yang sangat mahal untuk operasi bedah plastik yang akan kamu jalankan untuknya?" Dokter Fahri mengingatkan Safa agar dia tidak salah menyesal di kemudian hari karena telah berkorban demi orang asing yang belum diketahui identitasnya.
Safa mengangguk. "Saya bisa pastikan dia akan syok setelah sadar jika melihat wajahnya yang rusak parah. Saya hanya ingin bertanggung jawab atas kesalahan anak saya yang mengakibatkan kecelakaan yang menimpanya."
Dokter Fahri hanya bisa menghela nafas. "Lakukanlah sesukamu! Jangan menyesal jika dia tidak mampu membalas jasa atas semua yang telah kamu lakukan untuknya." Dokter Fahri meninggalkan Safa setelah memperingatkan dirinya.
Safa menyiapkan meja operasi. Awalnya pihak rumah sakit menentangnya tapi setelah ia berjanji menanggung semua biayanya, mereka mengizinkan Safa melakukan operasi plastik.
Operasi yang dikerjakan oleh Safa berjalan dengan lancar. Ia pun melepas sarung tangan plastik yang melekat di tangannya.
"Bagaimana operasinya?" Tanya Selly pada sahabatnya.
"Alhamdulillah lancar," ucap Safa yang bernafas lega. Akhirnya ia bisa lepas tanggung jawab setelah mengerahkan seluruh kemampuan yang bisa dia lakukan.
Dua hari Zidan dirawat di ruang sakit itu. Selama itu tidak ada keluarga yang mencarinya.
"Dok, pasien sudah siuman," kata suster yang merawatnya.
Lalu Dokter Fahri memeriksa keadaan Zidan. Wajahnya masih terbalut perban yang menutupi seluruh kepalanya lepas operasi.
"Bagaimana perasaan anda?" Tanya Dokter Fahri untuk memastikan kesadaran pasiennya.
Zidan hanya terdiam seperti orang linglung. "Aku dimana?" Ucapnya lirih. Dokter Fahri mengerutkan keningnya. Ia curiga pasiennya itu mengalami amnesia karena benturan yang keras di kepalanya.
"Apa anda tidak ingat mengenai kecelakaan yang menimpa anda?" Tanya Dokter Fahri. Zidan menggelengkan kepalanya.
"Berapa usia anda? Apa anda ingat siapa nama anda?" Cecar Dokter Fahri.
Zidan memegangi kepalanya yang terasa sakit. Lalu perawat memberikan obat yang disuntikkan melalui selang infus. Setelah itu Zidan tertidur.
Dokter Fahri menemui Dokter Safa. "Dokter Safa, bisa kita bicara sebentar?" Dokter Fahri nampak serius.
"Ada apa, Dok?"
"Pasien itu mengalami amnesia," ungkap Dokter Fahri.
Jeduaarr
Safa rasanya ingin pingsan. Lalu apa yang akan dilakukan pada laki-laki itu. Safa menghela nafas berat. "Apa aku juga harus menampungnya?" Batin Safa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
maulana ya_manna
mampir thor
2023-06-06
0
Hanuna Fiza
lanjut
2023-01-05
1
Ririe Handay
mampir
2022-12-06
1