Sudah tiga bulan Zidan mengalami amnesia tapi dia seolah menikmati kehidupannya yang sekarang. Makan dan tempat tinggal semua ditanggung Safa. Bahkan Roni mendapatkan gaji lebih karena dia bekerja menjadi sopir sekaligus pengasuh Willa.
Willa anak usia lima tahun yang cerdas dan lincah. Jika di mata pengasuhnya yang dulu dia anak yang rewel dan sulit diatur tapi semenjak dia dekat dengan Roni, Willa jadi anak yang penurut dan manis. Semua yang dikatakan Roni dituruti anak itu begitu saja. Seolah mulut Roni mengandung madu yang manis.
Safa saja yang ibunya tak sepandai itu mengambil hati putri kecilnya, Willa. Karena sehari-hari Willa diasuh oleh baby sister. Sebagai dokter bedah plastik dan kecantikan, sebagian besar waktu Safa dihabiskan di klinik dan rumah sakit tempat dia bekerja.
Pagi ini seperti biasanya Roni mengantarkan Willa ke sekolahnya. Sebelum anak itu berangkat Willa mencium tangan Safa. Sesuai ajaran Roni sebagai anak harus menghormati orang tuanya.
"Willa berangkat, Bun," pamit anak kecil itu. Safa mengangguk. Ia merasa terharu selama ini dia tak sempat mengurus Willa. Namun, semenjak pengasuhnya berhenti, Safa menjadi sibuk mengurusi Willa setiap pagi.
"Ayo, non," ajak Roni. Willa berlari ke arahnya.
Setelah memastikan Willa naik ke dalam mobil, Roni mengangguk pada Safa. Sudah menjadi kegemarannya melihat wajah cantik Safa di pagi hari. Entah sejak kapan rasa itu muncul, tapi Roni merasa ia memiliki perasaan yang berbeda ketika berdekatan dengan janda beranak satu itu.
Brak
Terdengar suara tabrakan ketika mereka sudah setengah jalan menuju ke sekolahan Willa. Roni melihat sebuah motor yang ditabrak oleh mobil bak di depannya. Tiba-tiba kepala Roni terasa pusing. Kejadian masa lalu yang pernah ia alami seolah-olah berputar di kepalanya.
Roni terus memegangi kepalanya. "Om, om kenapa?" Willa panik melihat laki-laki di depannya itu kesakitan. Ia bahkan sampai menangis.
Mendengar panggilan Willa, Roni menjadi tersadar. Tiba-tiba sakit kepalanya menghilang. "Tapi dimana aku?" Batin Zidan.
Tin tin tin
Suara klakson dan teriakan orang-orang di luar sana menyuruh mobil Roni agar segera jalan. "Om Roni tidak apa-apa?" Tanya Willa memastikan.
"Roni? Ah aku ingat dokter itu memberiku nama Roni. Dan sekarang aku bekerja sebagai SOPIR?" batin Zidan. Ia nampak terkejut.
"Ayo om jalan!" Perintah Willa.
"Ah aku akan cari tahu nanti." Roni pun menurut pada Willa.
Tak lama kemudian mereka sampai di depan sekolah Willa. Willa turun dan meraih tangan Zidan. Zidan tersentak kaget. Ia hampir saja melupakan sesuatu kalau selama ini ia tinggal di rumah Safa sebagai pengasuh Willa.
Willa tersenyum pada Zidan membuat hati Zidan meleleh melihat senyum tulus anak lima tahun itu.
Setelah memastikan Willa masuk ke sekolahnya, Roni hendak masuk lagi ke dalam mobil. Namun, saat ia tak sengaja melihat ke arah spion mobilnya, Zidan lagi-lagi terkejut. Ia meraba wajahnya.
"Wajahku, kenapa berubah seperti ini?" Ia tampak frustasi. Bagaimana ia akan kembali dengan wajah yang berbeda. Keluarganya pasti tidak kan percaya.
"Mas Roni," panggil seorang ibu-ibu yang mengenalnya. Roni alias Zidan pun menoleh.
"Jangan ngaca terus, saya tahu mas Roni ganteng. Apa mas Roni takut gantengnya hilang ya?" Ledek ibu-ibu itu.
Roni hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya melihat tingkah absurb ibu-ibu bertubuh gempal itu. Tak menghiraukan omongannya, Roni masuk ke dalam mobil. Ia mencoba mengingat-ingat kembali tapi tidak bisa walau dipaksakan.
"Sial, apa yang terjadi padaku." Zidan yang kesal memukul kemudi mobil."
"Ah, ponsel dan dompetku, apa mereka menyimpannya?" Gumam Zidan di dalam mobil. Lalu ia menyalakan mesin mobil menuju ke suatu tempat.
Zidan menghentikan mobil tak jauh dari lokasi hotel yang tak lain adalah milik ayahnya. Tak lama kemudian, Zidan melihat orang yang sangat dia kenal keluar dari hotel lalu memasuki mobilnya.
Zidan tampak berkaca-kaca. "Ayah," panggilnya lirih. "Sementara ini aku tidak bisa membuktikan kalau aku ini Zidan. Tunggu saja, Yah. Aku pasti akan kembali."
Setelah itu ia kembali ke sekolah Willa. Ternyata Willa sudah ada di depan gerbang sedang menunggu Roni.
Tapi saat ia baru melepas sabuk pengamannya, Roni melihat seorang laki-laki mendekati Willa.
"Willa, pulang bareng Ayah mau nggak?" Willy mencoba mengambil hati anaknya.
Willa membuang muka dan menyilangkan tangannya. "Nggak mau," tolaknya.
Willy habis kesabaran. Ia pun menarik tangan Willa dengan kasar. "Ayo ikut!" Paksanya. Lalu Roni menghalangi langkah Willy.
"Lepaskan dia!" Bentak Roni pada laki-laki yang tidak pernah ia temui sebelumnya itu.
Willa berlari ke belakang Roni saat Willy lengah. Willy tersenyum kecut. "Biarkan dia ikut denganku," ucap Willy dengan penuh penekanan.
Roni melihat ke arah Willa. Anak kecil itu menggeleng. "Tidak bisa," bantah Roni tak mau kalah.
"Kamu tahu siapa aku sehingga berani membawa Willa?" Tanya Willy. "Aku ayahnya," imbuh laki-laki yang berlagak angkuh tersebut.
Roni menarik ujung bibirnya. "Tapi saya yang lebih memiliki kewenangan menjaga Willa," ucapnya percaya diri.
"Memangnya apa hubunganmu dengan mantan istriku? Apa kau menyukainya?" Tebak Willy.
"Bukan, saya hanya seorang sopir dan pengasuh Willa," sanggah Roni. Ia berbalik dan mengajak Willa masuk ke dalam mobil tanpa memperdulikan Willy.
Willy mengepalkan tangannya. Dia juga meninju udara karena kesal pada Roni. "Tunggu saja aku akan cari tahu siapa kamu sebenarnya?" Gumam Willy dengan seringai licik.
Sesampainya di rumah rupanya Safa sudah pulang lebih dulu. "Bunda," Willa berhambur ke pelukan ibunya.
Safa menjadi kaget. Lalu ia menoleh ke arah Roni dan meminta penjelasan dalam diam.
"Tadi Willa bertemu dengan ayahnya di sekolah," jawab Roni. Safa membelalakkan matanya.
Safa berjongkok menyamakan tingginya dengan Willa. "Kamu masuk ke kamar dulu ya, taruh tasnya lalu buka sepatunya sendiri. Anak Bunda bisa kan?" Tanya Safa pada Willa. Willa hanya mengangguk.
Setelah memastikan Willa masuk ke dalam kamar, Safa berbicara pada Roni. "Lain kali jangan biarkan Willy mendekati putriku." Safa memberi peringatan.
"Tunggu, apa aku boleh bertanya?" Tanya Roni. Safa heran karena laki-laki itu tiba-tiba berbicara dengan nada yang berbeda.
"Ya, silakan!" Safa memberikan kesempatan pada Roni.
"Ap anda tahu kenapa wajahku berbeda?" Pertanyaan Roni membuat Safa terkejut.
"Apa kau sudah mengingat semua?" Tanya Safa pada Roni. Safa reflek mendekat tapi Roni memundurkan langkahnya.
"Ah tidak, saya hanya ingat waktu itu wajah saya rusak dan penuh luka," kilahnya.
Safa mengembuskan nafasnya kasar. Ia mengira ingatan laki-laki itu sudah kembali. "Waktu itu wajahmu rusak sebagian tapi cukup parah. Aku tidak mau waktu kau bangun, kau merasa frustasi ketika mendapati wajahmu yang tak berbentuk. Menurut informasi waktu itu mobilmu meledak setelah menabrak pohon ketika kau menghindari Willa yang menyeberang sembarangan. Aku merasa bersalah jika tidak menolongmu. Maafkan aku yang tidak meminta izin padamu saat mengoperasi plastik wajahmu."
Zidan memperhatikan wajah Safa. "Sepertinya dia berkata jujur," batin Zidan.
"Saya berterima kasih karena sudah menolong saya dan menampung saya di sini," ucap Roni.
"Tidak masalah, kamu juga berguna untukku. Kamu bersedia menjadi sopir dan pengasuh untuk Willa. Aku sangat berterima kasih," ucap Safa dengan tulus.
*
*
*
Willy kembali ke kantor.
Brak
Mantan suami Safa itu menggebrak meja karena kesal mengingat dia tidak bisa mengambil hati Willa. Terlebih ada laki-laki yang selalu di dekat anaknya.
Lalu ia menyalakan televisi. Ia mengganti Chanel yang berbeda-beda. Saat itu ia tak sengaja melihat tayangan televisi yang menyiarkan kabar tentang seseorang yang hilang.
Lalu ia mencocokkan berita tersebut dengan informasi yang didapat mengenai Roni dari orang suruhannya. "Kemungkinan besar sopir Safa itu adalah orang yang mereka cari. Tapi tunggu dulu wajahnya berbeda apa Safa mengubahnya?" tebak Willy karena ia tahu betul pekerjaan mantan istrinya itu. Ia menyeringai licik.
Tak buang waktu Willy pun mendatangi rumah orang yang diduga keluarga Roni. "Apa benar dia berasal dari keluarga kaya? Ah tidak masalah darimana dia berasal asal di menjauh dari anak dan mantan istriku," gumam Willy yang masih berada di dalam mobil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
Ita rahmawati
bisa salah faham nih
2023-11-23
0
Ririe Handay
wehhh apa maumu willy
2022-12-06
1