Setelah operasi pencangkokan ginjal Anisa benar-benar dilakukan dan kondisi Anisa semakin membaik, Olivia merasa sangat bahagia.
iya tidak bisa melukiskan seberapa besar kebahagiaan yang dirasakannya demi melihat senyuman dari kakaknya Anisa yang ceria.
kini Anisa dan ibu Nurhayati telah pindah ke kontrakan yang disewa oleh Daniel. Tentu saja kontrakan itu sangat bagus dan nyaman. ada TV yang bisa mereka tonton, tidak seperti kontrakan mereka sebelumnya yang minim perabotan.
dan yang paling membuat Olivia semakin Bahagia adalah Roberto. Ayah kandung Olivia sudah tidak muncul lagi di kehidupan mereka. mungkin karena Pak Roberto tidak tahu menahu mengenai kepindahan mereka.
"Tuan Daniel itu baik ya,"sampai-sampai mau menyewakan kontrakan yang bagus untuk kita,"tiba-tiba Anisa membahas tentang Daniel di hadapan Olivia yang sedang menatap ke layar televisi.
Olivia menoleh, iya bisa melihat tersenyum sumringah di wajah kakaknya saat ini. walaupun mereka tidak mengetahui apa yang menjadi imbalan Daniel melakukan itu semua.
"Apa kau merasa nyaman tinggal di sini Kak? tanyanya sambil memeluk Anisa.
Anisa mengangguk. Tentu saja dek. di sini serba enak. Tidak seperti dikontrakkan kita yang dulu. Kalau di sini aku bisa menonton TV. bisa tidur di ranjang yang bagus, kamar mandinya juga bagus.Atap kontrakannya pun tidak bocor."
Olivia hanya menyunggingkan senyum pahit mendengar celotehan kakaknya. Anisa sama sekali belum mengetahui apa yang terjadi kepada adiknya Olivia saat ini. untuk memperjuangkan hidup Anisa sang kakak yang ia sayangi.
Di balik kebahagiaan Anisa yang menikmati kehidupan barunya di kontrakan yang bagus, Olivia justru berdarah-darah merelakan dirinya menjadi boneka Daniel di apartemen lelaki itu selama dua Minggu.
Tak lama kemudian ibu nurhaida datang dari dapur menghampiri Olivia dengan membawakan sebuah rantang makanan.
"Olivia, bawa ini ke apartemen mu!"Ibu Nurhaida memberikan rantang makanan itu ke tangan Olivia. sementara Olivia mengerutkan keningnya bingung.
"Ini apa,Bu?"
"Itu kari kambing, kesukaan kamu. Ibu sengaja membuatkannya untukmu. Kau bisa memakannya di apartemen."
Olivia menghela menatap ibu nurhaida dengan terenyuh. "Mengapa ibu harus repot-repot membuatkan ini untukku? Ibu cukup memperhatikan kak Anisa saja. ku sudah dewasa, sudah bisa mengurus diriku sendiri. Aku tidak ingin membuat Ibu kerepotan."
"Apanya yang repot? kau tidak pernah membuat Ibu kerepotan Olivia,"Ibu Nurhayati menatap Olivia dengan tatapan lembutnya, tangannya menyentuh pundak kanan Olivia.
"Ibu tahu, kerja di perusahaan besar itu pasti sangat melelahkan. Kadang Ibu berpikir, kau pasti merasa kesepian di sana. Andai boleh memilih, Ibu ingin kau tinggal di sini saja bersama dengan kami. Tapi Ibu tidak boleh menolak Tuan Daniel. dia sudah sangat baik membantu Anisa dan keluarga kita."
Olivia terdiam, menundukkan kepalanya setelah mendengar ucapan ibu Nurhaida.
Ya!" Daniel memang sudah sangat banyak membantu keluarga mereka. Tetapi itu semuanya tidak gratis! Olivia membayarnya dengan sesuatu yang berharga di dalam tubuhnya.
"Maka dari itu ibu sengaja membuatkan kari daging kambing khusus untukmu, Olivia. ini adalah makanan kesukaan kamu. dulu kau pernah bilang kalau kari buatan Ibu sangat enak. Jadi ibu meminta, bawalah makanan ini untuk makan malam."
"Terimakasih, Bu."Olivia menatap ibu nurhaida dengan Raut wajah haru. Meskipun ia telah tumbuh menjadi gadis yang dewasa. Tetapi cinta dan kasih ibunya tak pernah berkurang sedikitpun.
"Olivia bersyukur memiliki Ibu seperti Ibu Nurhaida walaupun ia memiliki Ayah yang sangat jauh dari kata tanggung jawab. Tetapi ibu nurhaida membuat Olivia merasakan cinta kasih yang lengkap dengan seluruh perhatiannya kepada kedua putrinya.
****
Tepat pukul 09.00 malam, Olivia baru pulang ke apartemen Daniel. Ia masuk sembari menenteng rantang makanan dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya mengusap keringat yang sedikit membasahi pelipisnya.
"Tubuhku keras sekali. aku perlu membersihkan diri malam ini. Nanti setelah selesai mandi, Baru aku akan makan kari buatan ibu." Olivia tersenyum mengangkat rantang makanannya dan menatapnya senang.
Akan tetapi langkahnya terhenti, saat tiba-tiba Daniel menuruni anak tangga dan berseru memanggilnya.
"Dari mana saja kau, Olivia?
Tubuh Olivia menegang seketika. suara bariton itu terdengar tegas. Olivia menolehkan kepalanya. Dan hatinya terkesiap melihat Daniel yang kini tengah menatapnya dengan tatapan yang amat mendalam.
"Kau tidak menjawabku?" tanya Daniel lagi.
"Aku baru saja dari kontrakan ibu. Aku hanya ingin melihat kondisi kak Anisa saat ini. Bukankah kau sendiri yang bilang, jika hari Minggu kau akan membebaskanku untuk bertemu ibu dan adikku di kontrakan mereka."Olivia mencoba membelah diri.
Daniel tidak jadi marah.Ia memang pernah mengatakan itu. Hanya hari Minggu saja Olivia bisa bebas menjenguk ibu dan adiknya.
"Aku tahu. Tapi apa harus sampai selarut ini?" Daniel mengangkat jam tangannya mengetuknya dengan telunjuk di depan Olivia.
Olivia menelan silvanya. Ia tahu, pasti habis ini Daniel akan memarahinya habis-habisan. sekarang Daniel tampak seperti orang suami yang sedang menegur istrinya karena pulang larut malam.
"Aku memang membolehkanmu menemui ibu dan adikmu di hari Minggu. Tapi dengan catatan, kau Harus ingat waktu untuk kembali ke sini. Kau lupa kalau tubuhmu sudah menjadi milikku? Dalam perjanjian kita, Aku memiliki hak penuh atas dirimu selama dua Minggu penuh.
Olivia mengangguk lemah, kepalanya tertunduk. Meski hatinya ingin sekali memberontak. Lagi pula ini baru pukul 09.00 malam. Tetapi Daniel sudah meradang seperti ini.
"Aku terlalu merindukan ibu dan kak Anisa. aku terlalu sibuk bercanda dengan mereka."
"Lalu akhirnya kau melupakanku?"Daniel memotong ucapan Olivia. sambil tangannya merenggut lengan Olivia hingga tubuh mereka merapat.
"Daniel..... Lepaskan!"kau terlalu kuat mencengkram lenganku."
Daniel tidak menghiraukan. iya menunduk menatap tajam wajah Olivia dengan matanya yang tajam.
"Lain kali aku tidak ingin kejadian seperti ini terulang lagi. Aku membebaskanmu bukan berarti kau bisa berbuat semuanya sesukamu,"ucap Daniel. kemudian ia menjepit dagu Olivia dengan ibu jari dan telunjuknya, membawa kepala Olivia hingga ke dua bola mata mereka saling bersinggungan.
Olivia menebuk ludahnya kasar ketika nafas Daniel yang sangat hangat menerpa kulit wajahnya.
"Apa kau lupa aku juga membutuhkanmu, Olivia?"lebih tepatnya membutuhkan tubuhmu."Daniel memperjelas ucapannya.
Wajah Olivia memerah, Ia merasa ulu hatinya dicabik oleh tangan yang tak kasat mata. Tak jarang ucapan Daniel membuatnya merasa terhina.
"Aku tidak lupa. Sudahlah. sekarang Aku sudah pulang ke apartemen Mu. kau bisa melakukan apapun sesukamu sekarang."suara Olivia terdengar berat. Seakan ia terpaksa mengatakannya.
Dengan mendengar itu, membuat sebelah ujung bibir Daniel terangkat. Membuat senyuman miring.
Daniel memandang wajah Olivia, menyusuri kening, hidung beserta bibir manis Olivia dengan jemarinya. Olivia bergeming memejamkan matanya.
Bersambung......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓💓🙏 i
JANGAN LUPA, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Chelsea Tiara ™©🍼🍼
Ihh Daniel pake acara marahi Olivia
Emang Olivia istri mu apa
2022-09-30
0
Aldo Nainggolan
sialan ini Daniel suka suka jidatnya saja
2022-09-03
2
Siregar
emang lo lakinya?
2022-09-03
0