Flash off
"lalu.... Bagaimana dengan pekerjaanku? apa aku tetap dipecat?"
Daniel Gladuks tertawa pelan.
"Jika aku memecat Mu, Lalu siapa yang akan melayani hasratku saat aku di kantor? Aku membayarmu bukan hanya untuk dipajang di apartemenku. Tapi untuk melayaniku selagi aku menginginkanmu di manapun dan kapanpun."ucap Daniel Gladuks penuh
penekanan.
Olivia terhenyak.
Dimana pun dan kapanpun katanya? Bagaimana jika Daniel Gladuks minta dirinya melayaninya Daniel Gladuks di tempat dan waktu yang tak terduga?
"Apa kata-kata aku cukup jelas untuk kau pahami Olivia? kau mengerti dengan yang aku maksud?"
Olivia mengangguk pelan. Itu artinya, ia tidak jadi dipecat. Tapi kabar buruknya bukan tidak mungkin Daniel Gladuks akan memanggilnya sewaktu-waktu ke ruang kerja lelaki itu, hanya untuk menuntaskan hasratnya yang seperti singa kelaparan.
"Aku mengerti," ucap Olivia sambil menganggukkan kepalanya dengan pelan
"Bagus!" sekarang keluarlah dan lakukan pekerjaanmu seperti biasa. Sebelah tangan Daniel Gladuks mengibaskan di depan Olivia.
Olivia baru akan berbalik, ketika Daniel Gladuks mendudukkan dirinya kembali di kursi kerajaannya. Namun saat tangan Olivia hendak membuka daun pintu, suara bariton itu kembali terdengar memanggilnya.
"Olivia!"
Olivia menoleh menatap dengan raut penuh tanya.
"Ya,Tuan?"
Daniel Gladuks tidak langsung menjawab pertanyaan Olivia. Ia tampak berdehem sejenak sebelum kemudian berbicara apa yang ingin Ia sampaikan kepada Olivia.
"Saat datang ke apartemenku Nanti malam, aku ingin kau tidak usah menggunakan dalaman apapun di tubuhmu.
Seketika bola mata Olivia membeliak lebar.
mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Bos songong Nya itu. Yang jika dapat memilih Olivia akan menggampar mulut Daniel Gladuks yang membuat dirinya semakin kesal dan geram. Karena Daniel Gladuks terus merendahkannya menatap Olivia dengan tatapan hina.
***
Olivia kau mau pergi ke mana? tidak bisanya kau dandan malam-malam begini?"
spontan Olimpia Jason menghentikan gerakan tangannya, yang sedang mengoles bedak dan lipstik di depan cermin. Ketika tiba-tiba ibu Nurhaida datang memergokinya di dalam kamar.
"Ibu!" aku pikir Ibu sudah tidur dengan kak Anisa.
Bu nurhaida mengangguk mengelap keningnya yang sedikit berkeringat sambil menghampiri Olivia yang sibuk dengan peralatan make up ala kadarnya. Make up murah seadanya yang ia miliki.
Anisa memang sudah tidur tapi Ibu belum bisa tidur. Tidak tahu kenapa malam ini rasanya Ibu susah sekali untuk tidur. Padahal hanya tinggal memejamkan mata. Hati Ibu seperti merasa tidak tenang Olivia," rasanya resah sekali. Perasaan Ibu tidak enak. Ibu juga bingung Mengapa ibu merasakan perasaan aneh seperti ini.
Mendengar itu Olivia gugup di tempatnya berdiri. Matanya menatap nyala pada cermin yang memantulkan bayangan dirinya. Ia khawatir kalau ibu Nurhaida akan curiga kepada Olivia.
Ibu tidak tahu sebenarnya apa yang sedang ibu rasakan adalah sebuah firasat buruk. Sesuatu yang buruk akan menimpa diri Olivia. Malam ini aku akan menyerahkan kehormatan Ku dan menjadi wanita murahan bagi bosku sendiri. Yang memberikan biaya pengobatan untuk kak Anisa. "Maafkan aku bu!" Olivia melakukan ini semua hanya untuk kak Anisa. Olivia ingin kak Anisa cepat sembuh, dan dapat beraktivitas kembali seperti semula." Olivia membatin.
Dengan alasan akan menginap di rumah teman rekan kerjanya, akhirnya Ibu Nurhaida mengizinkan Olivia keluar rumah malam ini.
Padahal ibu Nurhaida tidak tahu, jika sebenarnya Olivia akan pergi ke apartemen Daniel Gladuks yang notabennya bos yang menginginkan mahkotanya malam ini. Dengan bayaran uang 500 juta dan biaya pengobatan Anisa akan ditanggung olehnya, jika Olivia bersedia menjadi teman tidurnya selama dua Minggu penuh.
Dengan menggunakan taksi online, Olivia pun sampai di depan pintu apartemen milik bosnya. Dengan ragu-ragu memencet bel sampai akhirnya daun pintu berayun terbuka. dan sosok Daniel Gladuks masih lengkap dengan kemeja kerjanya, kini berdiri menjulang tepat di hadapan Olivia Jason.
Kupikir kau tidak akan datang katanya pada Olivia. Bibir menyinggung senyum kemenangan. "Masuklah Selamat datang di tempat kerjamu yang baru." ledek Daniel Gladuks sembari membuka pintu lebih lebar. Olivia membuang nafasnya pelan merasa kesal tetapi kakinya tetap melangkah masuk. dan mata Daniel menatap Olivia memindai tubuh bagian belakang. Olivia yang tampak ramping dan anggun.
Apa kau ingin minum?"Daniel Gladuks sudah duduk kembali di Sofanya. Tangannya mengangkat gelas berisi minuman yang biasa diminum Daniel Gladuks ketika pikirannya sedang kacau.
Olivia yang masih berdiri di tempatnya. Hanya menggeleng. "Tidak terimakasih." jawabnya sembari mengalihkan pandangan dan mengusap lengannya sendiri.
Daniel Gladuks meminum minumannya cepat. Sementara matanya masih lekat menatap wajah Olivia.
"Duduklah Olivia!" Jika kau terus berdiri nanti darahmu akan turun. Jadi lebih baik kamu duduk di sampingku. Daniel Gladuks mengedipkan dagu ke arah sofa di sampingnya.
Olivia hanya terdiam dan menuruti Apa yang diperintahkan Daniel kepadanya. Ia menghempaskan bokongnya di sana. Namun seketika itu juga Olivia menjadi semakin takut dan gelisah.
Menyadari bahwa mereka hanya berdua saja di apartemen ini. Membuat Olivia menelan Silvanya berat.
Daniel Gladuks terus saja menatap Olivia setajam itu. Olivia tahu kalau malam ini, Olivia sudah tidak bisa melepaskan diri darinya. Karena Olivia sudah menjatuhkan pilihan dengan menjadi teman tidur Daniel Gladuks hanya dua minggu penuh. "Olivia semua ini hanya dia minggu saja. Setelah itu Olivia bisa bebas dari laki songong ini." Olivia bermonolog di dalam hatinya sendiri.
Olivia berusaha menyemangati dirinya sendiri meski ia tak bisa menyembunyikan. Kegelisahan luar biasa yang sedang ia rasakan saat ini. Setelah berada di apartemen milik Daniel Gladuks
"Mengapa kau terlihat gugup? apa Karena ini yang pertama kalinya bagimu?" tanya Daniel Gladuks kepada Olivia yang sedari tadi gugup dan tertunduk tidak berani sama sekali menatap Daniel.
Olivia menoleh pada Daniel. lelaki itu sedang tersenyum meledeknya.
"Tenang saja Olivia!" aku bukan seorang lelaki yang bercinta sambil menyakiti. Aku tidak akan menyakitimu saat melakukannya nanti. aku pastikan kau pun akan menyukainya. Bahkan mungkin kaulah yang akan candu denganku tersenyum." ucap Daniel. Daniel kembali meneguk minumannya dalam sekali teguh isi dalam gelasnya habis ludes.
Olivia memainkan jemarinya gelisah di atas paha. Perutnya terasa bergejolak.
Daniel menaruh gelas kosong di atas meja. matanya terangkat menatap pada Olivia yang sudah berkeringat dingin.
Kenapa kau diam saja?mana Olivia pemberani yang biasanya menyela ucapanku?" Daniel mengangkat sebelah alisnya. Sejak tadi Ia hanya melihat Olivia dan membisu.
Padahal saat di kantor kemarin, wanita itu tampak berani berdebat dengannya. Bahkan menantang Daniel Gladuks dengan beraninya.
Olivia tak menanggapi ucapan Daniel.Ia tetap diam. Olivia takut jika ia bicara malah membuat Daniel marah. lalu membatalkan janjinya untuk membiayai seluruh pengobatan kakaknya Anisa. Kakak yang selama ini ia perjuangkan agar kakaknya sembuh dari penyakit yang dialaminya.
Sungguh miris seharusnya Roberto lah yang bertanggung jawab untuk membiayai pengobatan kakaknya Anisa. Tetapi Roberto malah tidak pernah peduli akan hal itu.
Bersambung......
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏🙏🙏🙏🙏🙏
JANGAN LUPA, LIKE, COMMENT, VOTE DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 175 Episodes
Comments
Chelsea Tiara ™©🍼🍼
Harus nya Roberto gila yg biayai pengobatan Anisa
Roberto yang harus nya bertanggung jawab bukan Olivia
2022-09-29
0
Riana
siap siap
2022-09-05
0
Ratna Dadank
hhhuuuffffff...
olivia semoga saja tuan sombong itu nanti nya bucin akut ya
2022-09-02
0