Akhirnya motor yang dikendarai oleh Hendra dengan Lina, bisa menyusul Jamal. Yang pura-pura tidak mendengar panggilan mereka berdua.
"Woiii! Jamal berhenti sebentar! Kamu gak dengar sedari tadi kami panggil-panggil?" teriak Hendra, dengan menyalip dari arah kanan. Kemudian memotong ke tengah.
"Eh... eh, awas!"
Brakkk!
Jamal yang berusaha untuk menyeimbangkan laju motornya, supaya tidak menabrak motor Hendra yang berhenti mendadak di depannya, harus rela membelokkan stang motor ke arah kiri. Di mana ada pagar bambu rumah penduduk.
Motor Jamal oleng dan tak bisa di rem secara mendadak, sehingga terpaksa membentur pagar bambu tersebut.
Begitu juga dengan barang-barang bawaannya yang dari sawah. Ikut berserakan di sekitarnya. Mengaktifkan beberapa penduduk berlarian ke arah Jamal. Bermaksud untuk membantunya.
Hendrawan dan Lina, tentu tidak pernah menyangka jika keinginannya untuk menghentikan Jamal justru membuatnya kecelakaan.
Mereka berdua juga diomeli warga sekitar yang ikut menyaksikan kejadian tersebut.
"Eh... gimana sih ini!"
"Berhenti kalian berdua! Enak saja buat keributan. Kasian ini Mas nya jatuh."
"Bisa naik motor gak sih!"
"Mentang-mentang bawa pacar sok jagoan pula dia."
Hendra dan Lina saling pandang. Padahal sebenarnya, mereka berdua juga turun dari jok motor dan berjalan menuju ke tempat Jamal jatuh. Karena ingin ikut menolongnya.
Tapi ternyata omelan warga sekitar, terutama ibu-ibu, tetap tidak bisa mereka hindari.
"Gak apa-apa kok, ini salah Saya sendiri. Rem motor Saya bermasalah." Jamal berusaha untuk mencairkan suasana tegang dan salah paham mereka semua.
"Maaf mas Jamal."
"Maaf ya Mal."
Keduanya, Hendra dan Lina, sama-sama mengucapkan permintaan maaf mereka para Jamal. Yang sekarang sudah duduk di bangku milik warga.
"Lho, Kamu kan Hendra. Anaknya kang Kasan ya?" tanya salah satu warga yang mengenal Hendra, sebagai putranya kang Kasan.
Akhirnya kesalahpahaman antara mereka semua bisa dihindari. Karena para warga juga mengenal mereka, Jamal dan Hendra. Yang sama-sama satu desa dengan mereka juga. Meskipun beda kampung atau RW.
Jamal istirahat sebentar di rumah penduduk yang pagar bambu rumahnya tadi dia tendang. Dua juga sudah minta maaf pada si empunya. Dan berjanji akan memperbaiki nanti.
Tapi ternyata yang empunya tidak mempermasalahkan.
"Gak apa-apa Jamal. Namanya juga gak sengaja. Besok biar di perbaiki suamiku."
Begitulah kebaikan warga desa. Jika kerugian yang dialami tidak seberapa, mereka mengikhlaskan tanpa meminta ganti rugi.
Hendra yang merasa tidak enak hati, memberikan uang cuma-cuma. Untuk menganti pagar bambu yang rusak. "Buat beli paku nya Bulek," ujar Hendra dengan memaksa orang tersebut menerima uangnya.
Tak lama kemudian, Jamal pun pulang ke rumahnya sendiri. Di kawal oleh Hendra dari belakang. Sedangkan Lina, sedari tadi hanya diam saja. Karena merasa bersalah dengan semua kejadian ini.
"Mas Hendra. Lina takut nih, jika mas Jamal malah benci sama Lina."
"Udah-udah, gak apa-apa. Nanti biar Aku yang memberikan penjelasan kepada Jamal. Dia pasti bisa mengerti dengan keadaan kita ini."
Hendra berusaha untuk menenangkan hati Lina, yang merasa khawatir. Seandainya Jamal tidak menerimanya, dan menyalahkan dirinya juga atas kejadian yang tadi dia alami.
Akhirnya motor Jamal dan Hendra sampai juga di depan rumahnya Jamal.
"Maaf ya, Aku beresin ini dulu," pamit Jamal, tanpa melihat ke arah Lina. Dia langsung bergegas pergi ke belakang rumah, merapikan beberapa barang dan alat pertanian yang tadi dia bawa.
Sedangkan Hendra dan Lina duduk di bangku panjang bambu, yang ada di teras depan rumah Jamal.
"Mas. Bagaimana ini jadinya?" Lina masih merasa was-was, seandainya Jamal tidak mau menerima alasan yang akan mereka sampaikan nanti.
Tapi sebelum Hendra menjawab, Jamal sudah muncul di antara mereka berdua.
"Bagaimana, apa kalian mau memberiku undangan pertunangan? Atau justru langsung undangan pernikahan?" tanya Jamal to the point.
Dia tidak mau mengulur waktu, karena merasa jengah dengan kehadiran Lina. Yang membuatnya merasa sedih, kecewa dan kesal. Jika ingat waktu penolakannya dulu.
Sebenarnya Jamal ingin melupakan Lina. Tapi ternyata hatinya tidak bisa dia bohongi. Bahwa sebenarnya dia masih ada rasa cinta dengan gadis yang akan segera menjadi istrinya Hendra.
"Jamal. Bukan itu maksud kami datang mencarimu." Hendra berusaha untuk menenangkan Hendra.
"Maaf mas Jamal," ucap Lina dengan menundukkan wajahnya.
Lina tidak berani menatap wajah Jamal. Dia takut, jika dia tidak kuasa menahan air matanya. Menyesali sikap dan perilakunya waktu itu.
Meskipun sebenarnya, dia ingin sekali menghambur ke dalam pelukannya Jamal. Yang terlihat lebih jantan, dengan penampilannya yang deso. Menurutnya dulu, sewaktu dia katakan untuk menolak Jamal.
Padahal sebenarnya, dia juga ingin memuji Jamal yang sederhana dan apa adanya. Sayangnya, yang keluar dari mulutnya justru sebuah olok-olok. Yang tentu saja menyakiti hatinya Jamal.
"Maksudnya apa ya? Kok pada minta maaf," tanya Jamal, yang tidak mengerti arah tujuan dari kedua sejoli didepannya ini.
"Begini Mal. Sebenarnya..."
"Aku itu cintanya sama Mas Jamal. Hiks..."
"Eh Lin!"
Lina justru memotong kalimat Hendra, yang ingin memberikan penjelasan kepada Jamal tentang hubungannya dengan Lina.
Tapi setelah selesai mengatakan kalimat yang sebenarnya, Lina langsung berlari. Pergi dari hadapan kedua pemuda yang dia permainan perasaannya.
Dalam kebingungannya, Jamal meminta pada Hendra untuk mengejar Lina. "Hen, kejar sana! Kalian berdua pasti sedang salah paham kan? Maksudnya apa coba itu tadi?"
Tapi Hendra tidak menuruti perkataan Jamal. Dia tetap duduk di tempatnya, dan mengelengkan kepalanya beberapa kali.
"Biarin sajadah. Ini kesalahpahaman memang ulah dia sendiri kok."
"Maksudnya apa sih? malah bikin Aku bingung dengan semua tingkah Kalian."
Akhirnya, Hendra memberikan penjelasan kepada Jamal. Dengan apa yang sebenarnya terjadi pada Lina dengan dirinya.
"Apa?" Jamal bertanya dengan tidak percaya, jika semua yang dikatakan oleh Hendra adalah kebenaran yang sesungguhnya.
"Iya Mal. Suwe deh, Aku gak boong kali ini."
Jamal mengelengkan kepalanya beberapa kali, mendengar penjelasan yang diberikan oleh Hendra padanya.
*****
Malam harinya, Jamal ingin bicara pada Ami nya. Begitu dia selesai makan malam.
"Ami. Jamal mau cerita."
"Cerita apa Mal?"
Dengan sedikit ragu, Jamal akhirnya menceritakan tentang kejadian antara dirinya, Hendra dan Lina. Hingga menjadi lebih rumit seperti sekarang ini.
"Hemmm... kok Ami jadi ikut ribet ya Mal," ujar Umi menerawang.
"Maksud Ami?"
"Itu lho, kang Kasan. Bapaknya Hendra, tadi ke sini juga. Saat Kamu baru saja pergi ke sawah. Dia... itu kang Kasan, minta Ami jadi istrinya. Kan aneh ya Mal? Kok bisa barengan dengan masalah kalian."
Jamal mengerutkan keningnya, mendengar perkataan yang diucapkan oleh Ami nya.
"Ini ada apa ya Ami? Kok kang Kasan tiba-tiba minta Ami jadi istrinya. Bukannya ibunya Hendra belum lama meninggalnya?"
Umi mengeleng beberapa kali, karena tadi, dia juga tidak memberikan jawaban apa-apa pada kang Kasan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Jung kookie😘😘🥰
itu kang kasan mahu ambil ksempatan tuh dgn ami sama jamal..jgn dtrima tuh lamaran..sama dgn si lina..dia tahu yg jamal dpt jual padi 10juta..
2024-04-16
1
Ahmad Najih
ini autor goblok bikin cerita gajelas kek gak ada cewek laen dasar jomblo wibu autor
2023-07-21
0
Yoni Hartati
paling bapa hendra pingin tau yg membeli padi dgn harga mahal
2023-04-24
1