Enam bulan kemudian.
Jamal tersenyum senang, melihat keadaan sawahnya yang sudah siap untuk dipanen. Karena padinya sudah menguning, dengan bulir-bulir padi yang gemuk dan padat berisi.
"Wah... Jamal. Panen besar kali ini ya," sapa kang Wahid, yang baru saja datang.
Kang Wahid juga sedang menengok keadaan sawahnya. Karena saat ini, sudah memasuki masa panen juga. Sama seperti sawahnya Jamal.
"Iya Kang, Alhamdulillah... Bersyukur banget ini Jamal."
Jamal pun tersenyum, mendengar perkataan kang Wahid yang ikut tersenyum melihat sawahnya. Karena menang baru kali ini, Jamal bisa panen dengan hasil yang maksimal.
"Sukses ya Mal. Kamu pasti bisa menjadi seorang petani yang sukses di masa depan."
"Aamiin... aamiin Kang. Terima kasih atas doanya."
Jamal merasa sangat senang, karena dia tidak harus pergi ke luar kota, untuk bekerja mencari uang. Sama seperti yang dilakukan oleh teman-temannya yang lain.
Bahkan anaknya kang Wahid, juga ada yang pergi bekerja di luar kota. Agar bisa membantu keluarganya dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sekeluarga.
"Hanya Kamu Mal, pemuda yang masih mau bekerja di sawah. Anakku saja, ikut-ikutan pergi merantau. Gak mau kerja dengan lumpur sawah katanya."
Kang Wahid mengeluhkan sikap anaknya, yang menolak untuk ikut bekerja di sawah.
"Jamal juga sebenarnya pengen Kang kerja di kota. Tapi, kasian sama Ami. Dia sendiri di rumah. Jika ada sesuatu yang terjadi pada Ami, Jamal tidak bisa melakukan apa-apa. Seandainya ada jauh di kota sana Kang."
Kang Wahid menganggukkan kepalanya, menyetujui perkataan Jamal. Dia kagum dengan anak tetangganya itu. Karena meskipun Jamal adalah anak yang bodoh, tapi selalu menurut dengan perkataan ibunya.
"Ya sudah Mal. Aku tak pergi ke sawahku dulu ya!"
"Iya Kang. Itu sebentar lagi juga panen Yo Kang!"
Kang Wahid hanya mengangguk saja, dengan tetap melangkah di atas pematang sawah.
Jamal melihatnya dengan rasa syukur, karena sebenarnya, kang Wahid itu adalah panutannya selama ini.
Dia belajar bagaimana mengolah tanah, benih dan sebagainya dari kang Wahid. Meskipun akhirnya dia selalu gagal dalam panen yang seharusnya.
Tapi Jamal tidak pernah menyalahkan kang Wahid. Dia sadar, jika semua itu bukan kesalahan kang Wahid. Tapi kesalahannya sendiri. Yang tidak bisa mengerjakan pekerjaan sawah dengan baik.
Untungnya, dalam keputusasaan yang dia rasakan. Alam semesta memberinya kesempatan, untuk bisa bersatu dengan sistem yang tiba-tiba datang ke alam bawah sadarnya. Pada saat dia sedang dalam keadaan pingsan waktu itu.
Dan kini, dia rajin untuk cek in setiap harinya. Mengerjakan misi-misi yang diberikan oleh sistem bertani yang dia miliki.
Dia merupakan orang ke 1111, yang menerima sistem. Tapi karena dia adalah seorang petani, maka alam pun memberikan sistem bertani untuknya.
Jamal bisa berkomunikasi dengan sistem tersebut, dalam hatinya saja. Tapi itu bisa dilakukan di mana saja, yang dia inginkan.
Hari ini dia belum melakukan cek in harian. Karena itulah, sekarang dia duduk di gubuk sawahnya. Dia menghalau burung-burung yang datang untuk memakan paginya, sambil melakukan cek in dan misi harian yang ada.
[ Ding... Selamat pagi Tuan ]
'Aku mau cek in.'
[ Ding... cek in harian selesai ]
[ Poin bertambah 1 ]
Jamal memeriksa jumlah poin yang dia miliki. Ternyata sudah cukup banyak juga. Karena 1 poin tersebut, sama dengan sejumlah uang sebesar 1000 rupiah.
Sedangkan misi harian juga bisa mendapatkan kotak misteri, dengan jumlah poin yang besar.
Sekarang jumlah poin yang dimiliki Jamal ada seribu poin. Karena dia memang sudah menukar poinnya yang dari awal. Untuk biaya mengerjakan sawahnya ini.
'Misi apa untuk hari ini'
[ Tuan bisa melakukan pekerjaan menghalau burung-burung itu untuk mengerjakan misi harian ]
'Ini kan sudah Aku lakukan. Apa tidak ada yang lain, yang bisa mendapat hadiah lebih besar lagi?'
[ Misi harian ini harus diselesaikan terlebih dahulu, supaya Tuan bisa menerima misi lainnya nanti ]
'Hah, sudahlah. Aku menerima misi harian ini. Tapi ingat, Aku ingin hadiah yang besar. Untuk misi selanjutnya!'
[ Sistem akan mencarikan misi dengan hadiah besar ]
[ Ding... pencarian dilakukan ]
1%
15%
25%
35%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
[ Pencarian ditemukan ]
'Apa misinya itu?'
[ Buat hati ibu Tuan merasa bahagia untuk hari ini ]
Jamal bingung dengan jawaban sistem. Dia tidak tahu, bagaimana cara untuk membuat Ami nya merasa bahagia. Karena selama ini, ibunya selalu tersenyum, setiap melihatnya.
'Bagaimana caranya?'
[ Pikirkan sendiri Tuan ]
'Hemmm... baiklah. Semoga saja, apa yang Aku lakukan nanti bisa membuat Ami tersenyum dengan kebahagiaan yang sebenarnya.'
[ Ding... selamat bekerja Tuan ]
Sekarang, Jamal menghela nafas panjang. Dia mulai berpikir, bagaimana caranya agar ibunya merasa sangat bahagia. Dengan apa yang dia lakukan nanti.
"Hiaaaa.... Horeee...."
Jamal berteriak-teriak untuk membuat burung-burung yang datang pergi. Karena mereka, burung-burung tersebut, memang datang untuk memakan padi yang masih ada di pohon.
Dia menunggui padinya, supaya tidak di makan burung-burung itu. Dan ini dia kerjakan, karena ada misi juga yang harus dia selesaikan.
*****
"Ami... Ami..."
Jamal berteriak-teriak memanggil ibunya, sedari dia tiba di halaman rumah.
Umi tergopoh-gopoh, menyambut kedatangan anaknya. Dia pikir telah terjadi sesuatu pada diri anaknya itu, karena memangilnya dengan berteriak.
"Jamal, ada apa Nak?" tanya Umi, sambil melihat Jamal yang baru saja datang.
Jamal membawa seikat kacang panjang, dan satu tundun pisang. Dia mengambilnya dari pematang sawah miliknya.
"Jamal bawa sayur untuk Ami. Dan ini, ada pisang untuk nanti dijual Ami."
"Alhamdulillah..."
Umi tak lupa mengucapkan rasa syukur, atas semua yang sudah dia terima dari Tuhan.
"Ami senang kan? Ami bahagia dengan yang dilakukan Jamal ini kan Ami?" tanya Jamal, yang ingin tahu. Bagaimana perasaan ibunya saat ini.
"Ami sangat bahagia Jamal. Kamu adalah anak Ami yang baik dan sholeh. Ami senang, karena Kamu selalu menurut dengan perkataan Ami."
Dengan berkata demikian, Umi mengelus-elus rambut anaknya itu. Yang satu ini duduk di bawah bale-bale yang ada di teras rumah. Sedangkan dia sendiri, duduk di atas bale-bale tersebut.
"Panen sebentar lagi Ami. Kita tidak gagal lagi seperti dulu."
Umi kembali tersenyum. Dia merasa sangat senang, karena Jamal masih tetap bertahan bersamanya untuk hidup di desa.
Mengerjakan pekerjaan sawah, dengan bersemangat lagi. Dan melupakan keinginannya untuk bisa pergi ke kota. Sama seperti yang dilakukan oleh teman-temannya yang lain,. yang sebaya dengan Jamal.
"Ingat ya Jamal. Kita hidup itu pasti ada cobaannya. Yang penting, kita tetap sabar dan tidak putus asa."
"Selalu berdoa kepada Allah SWT, agar bisa merubah keadaan dan kehidupan kita ini."
Jamal mengangguk mengiyakan perkataan dan nasehat yang diberikan oleh Ami nya. Dia pun memeluk kaki ibunya, yang memang ada duduk tak jauh dari tempatnya berada.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Cagur Ozone
memakan padinya
2024-03-16
0
kang Deden
ko lompat
2023-08-12
1
Don T
padahal asik banget bacanya jika dari awal dia make sistem trus nanem padi super.... eeeehhhhh malah lewat 6 bulan.... jadi gelisah ntar man nyampe lvl 20 bacanya trus ditinggal lagiii
2023-04-02
1