Mendengar perkataan orang tersebut, Jamal pun merasa sangat senang. Karena dia tidak perlu mencari pembeli lagi.
Apalagi, jika dibeli masih dalam keadaan ada di sawah. Dia tidak perlu repot-repot lagi, memikirkan banyak hal. Untuk panen yang harus dilakukan beberapa hari kemudian.
"Padinya mau ditawarkan berapa?" tanya orang itu lagi, masih dengan melihat pagi yang menguning di pohonnya.
'10 juta bisa gak ya?' tanya Jamal asal. Tapi hanya di dalam hatinya.
[ Ding ]
[ Tuan, Anda belum cek in hari ini ]
'Oh iya, Aku lupa.'
[ Klik ]
[ Cek in selesai. Poin bertambah 1 ]
'Aku mau menjual padi seharga seratus juta. Tapi sawahku ini cuma satu petak. Bagaimana caranya ini?'
[ Tenang Tuan ]
[ Tuan bisa gunakan sistem jual beli hasil panen dengan harga tertinggi ]
'Benarkah?'
[ Silahkan Tuan tentukan, harga untuk padi yang ada di sawah ]
'Aku mau menjual padi ini sebesar 10 juta rupiah.'
[ Sedang diproses ]
1%
10%
20%
30%
40%
50%
65%
80%
95%
100%
[ Sempurna ]
"Bagaimana Mas, berapa mau dijual padi ini?" tanya orang itu lagi, karena Jamal masih diam saja. Dan tidak menjawab pertanyaan yang dia ajukan.
"10 juta Pak."
Jamal menjawab pertanyaan tersebut, sesuai dengan keinginannya. Yang tadi dia katakan saat cek in harian pada sistem bertani yang dia miliki.
"Ok. Deal ya, 10 juta rupiah."
Jamal melongo, mendengar perkataan orang tersebut. Dia tidak percaya, dengan apa yang dia dengar barusan.
"Benar Pak?" tanya Jamal memastikan.
"Iya Mas, 10 juta. Apa Mas gak percaya, jika Saya akan membeli padi ini dengan harga segitu?"
"Jika Mas gak percaya, Saya akan melakukan pembayaran hari ini juga. Biar Mas tidak menjualnya pada orang lain."
Begitulah akhirnya. Padi yang masih ada di sawah, di beli orang yang tidak dikenal Jamal dengan harga 10 juta rupiah. Hal yang tidak pernah dia sangka-sangka. Karena biasanya, harga tertinggi untuk padi sepetak hanya sekitar 2 atau 3 juta rupiah.
Itupun jika padinya benar-benar berkualitas bagus.
Jamal pun tersenyum senang, kemudian mengucapkan syukur atas anugrah ini.
"Alhamdulillah..."
"Ami. Rumah kita jadi direnovasi, dan bisa buka toko juga untuk Ami." Jamal bergumam seorang diri, setelah orang tadi selesai melakukan pembayaran lewat transfer ke rekening bank milik Jamal.
Besok, orang itu akan membawa para pekerjanya sendiri. Untuk memanen padi yang dia beli dari Jamal.
Jadi, Jamal tidak perlu repot-repot lagi memikirkan untuk memetik hasil panen di sawah. Karena sudah di atur oleh orang tadi.
Sekarang, Jamal ingin pulang ke rumah. Dia ingin memberikan kabar pada Ami nya, jika padinya sudah laku terjual. Dan kabar yang lebih baiknya lagi adalah, harga yang sangat baik untuk padi sepetak milik mereka ini. Mengalahkan harga padi-padi di sawah yang lainnya.
"Aku harus pulang dengan cepat. Ini adalah kabar yang bagus untuk Ami."
Jamal kembali bergumam seorang diri, kemudian berjalan menuju arah kembali pulang ke rumah.
"Jamal, mau ke mana?" tanya seseorang, yang baru saja turun ke pematang sawah.
Orang itu adalah pak Kasan. Tetangga jauhnya, yang memiliki cukup banyak sawah di daerahnya ini.
"Pulang pak Kasan," jawab Jamal polos.
"Kok pulang? Kan masih pagi," tanya pak Kasan lagi.
"Iya Pak Kasan. Gak apa-apa," ucap Jamal, yang sudah tidak ada keinginan untuk berlama-lama berada di sawah.
Dia tidak sabar ingin segera pulang, untuk memberikan kabar tentang hasil penjualan padi ini pada Ami nya di rumah.
Jamal pun akhirnya berlalu menuju ke arah jalan desa, karena area persawahan ini memang lumayan jauh dari tempat tinggal para penduduk.
Dengan langkah yang ringan, Jamal berjalan menuju ke rumah.
'Ami. Kita bisa mewujudkan impian kita ami.'
[ Ding ]
[ Misi harian dimulai Tuan ]
'Misi hariannya apa untuk hari ini?'
[ Rencana direalisasikan Tuan ]
'Cuma itu?'
[ Tuan perlu alat canggih untuk musim tanam nanti ]
'Tentu saja Aku ingin alat-alat tersebut. Tapi yang canggih tentunya.'
[ Selesaikan misi dan hadiah diterima ]
'Benarakah?'
[ Tentu saja Tuan ]
[ Apakah sistem pernah membuat prank ]
'Emhhh... gak pernah sih.'
[ Selesai misi hadiah diterima ]
'Kapan?'
[ Langsung di kirim ke rumah Tuan ]
[ Tapi jika misi tersebut dilaksanakan ]
[ Ding ]
"Huhfff..." Jamal membuang nafas panjang, saat selesai berinteraksi dengan sistem yang dia miliki.
Sekarang, dia sudah tiba di rumah.
"Ami... Ami!"
Jamal berteriak-teriak memanggil ibunya, yang saat ini sedang merapikan beberapa barang yang dia keluarkan dari dalam rumah.
"Jamal. Kok sudah pulang?" tanya Umi, yang heran karena melihat Jamal kembali pulang ke rumah.
"Padi kita laku Ami. Harganya juga tinggi. Melebihi harga padi yang biasanya," sahut Jamal, dengan cepat.
Dia merasa sangat bahagia, dengan memberikan kabar baik ini pada Ami nya.
"Yang benar Mal? Emang berapa harganya?" tanya Umi ingin tahu, berapa anaknya ini melepas harga padi yang masih ada di sawah.
Sebenarnya, Umi merasa khawatir. Dia takut jika, anaknya yang tidak tahu apa-apa ini akan melepas hasil kerjanya dengan harga yang murah.
"10 juta Ami."
"Hah! 10 juta?"
Umi tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh anaknya itu. Dia berpikir bahwa, Jamal hanya sedang bercanda saja. Karena dia merasa jika, Jamal tidak mungkin bisa membuat harga sendiri. Karena para petani kecil seperti mereka ini, hanya ikut dengan harga pasaran yang sudah ditentukan oleh para tengkulak.
"Iya Ami. 10 juta."
Jamal masih kekeh dengan jawaban yang dia berikan. Karena memang seratus juta juga, uang yang tadi dikirimkan ke rekening bank miliknya.
"Kamu gak sedang bermimpi kan Jamal? gak bohongi Ami kan?" tanya Umi dengan tatapan menyelidik.
Tapi dia juga sangat tahu, bagaimana anaknya itu. Jamal tidak pernah berbohong kepadanya. Jadi mau tidak mau, Umi pun tersenyum senang. Karena ternyata, anaknya itu sudah bisa melakukan apa-apa yang selama ini tidak bisa dilakukan.
"Lihat Ami!"
Jamal menunjukkan layar handphone miliknya, agar Ami nya bisa melihat sendiri. Pesan terakhir yang dia terima dari notifikasi yang dikirimkan oleh pihak bank.
"Tadi, Jamal ketemu seseorang di sawah. Dia senang dengan padinya Jamal Ami. Terus dia tanya, ini padi siapa?"
"Jamal jawab, padi ku. Terus... terus, dia tanya lagi. Kamu mau jual padinya berapa?"
"Jamal kembali jawab, 10 juta."
"Dan dia mengiyakan Ami. Dia juga langsung membayar padi itu, lewat transfer Ami. Kan dia gak mungkin bawa-bawa uang banyak begitu ke sawah tadi."
Umi terdiam, mendengar semua penjelasan dan cerita dari Jamal. Dia kini merasa terharu, dengan apa yang terjadi pada anaknya itu.
"Alhamdulillah ya Allah... Jamal bisa belajar banyak dari semua kejadian yang terjadi pada kami selama ini."
Umi sujud syukur. Begitu juga dengan Jamal.
Mereka berdua, saling berpelukan, dengan rasa penuh haru.
"Kamu harus selalu bersyukur Jamal. Karena tanpa Kamu harus pergi ke kota, Allah masih tetap menyayangi dirimu. Dengan semua rejeki dariNya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Emil Djibran
10 juta apa 100 juta sih thor ?
Trus total uang jamal skrg berapa ?
2023-11-28
2
Taufik Hidayat
harusnya Cek in itu semakin lama cek in semakin besar hadiah yang didapat
2023-07-23
0
KING LIVERPOOL
jan remehkan petani. sa pu om petani lombok sebulan bisa 20 juta+ hasil bersihnya. kalo kerja dikota palingan 6-10 juta paling mentok.
2022-12-28
4