[ Ding... misi harian selesai ]
[ Kotak hadiah misteri diterima ]
'Aku buka sekarang ya? Aku perasaan dengan isi kotak misteri tersebut.'
[ Silahkan Tuan buka ]
'Bismillah...'
Jamal membuka kotak hadiah misteri yang dia terima, karena berhasil menyelesaikan tugas misi harian dari sistem bertani.
[ Ding... Kotak hadiah misteri dibuka ]
[ Tuan dapat hadiah poin sebesar 10 poin ]
'Hah... benarkah?'
'Berarti, jumlah poinku sekarang ini ada 20 poin?'
[ Benar Tuan ]
'Sedikit sekali. Padahal Aku ingin mencairkan poin tersebut. Aku ingin membelikan Ami sesuatu, agar Ami bisa melakukan apa-apa di rumah.'
'Ami tidak perlu ke sawah orang lain untuk bekerja.'
[ Tenang Tuan, Anda bisa mencairkan poin tersebut sekarang ]
[ Dengan membuat ibu Tuan senang, bukankah poin Tuan juga akan bertambah lagi ]
'Ah iya benar. Kalau begitu, Aku ingin mencairkan poinnya. Bisa di kirim ke rekening bank milikku kan? Sama seperti yang dulu?'
[ Tentu saja Tuan ]
'Baiklah. Aku mau mencairkan poin sekarang.'
Jamal pun memutuskan untuk menekan tombol merah, agar bisa menukarkan poin miliknya menjadi uang.
[ Ding... proses pencairan poin dilakukan ]
1%
10%
20%
30
50%
65%
80%
90%
100%
[ Ding... Pencairan selesai ]
Dan uang tersebut, akan langsung masuk ke rekening bank miliknya.
Ting!
Notifikasi pesan yang masuk ke dalam ponselnya, memberikan tanda bahwa, ada pesan dari bank.
Dan benar saja, yang Jamal yang ada di bank sudah bertambah sebesar 2 juta rupiah.
Jika ditotal dengan sisa uang yang masih dia miliki, saat ini dia memiliki tabungan sebesar 2,5 juta rupiah.
Dulu, awal-awal mencairkan poin, Jamal tidak tahu apa-apa. Bagaimana caranya dapat uang tersebut dan sebagainya. Yang berurusan dengan bank.
Tapi ternyata, ada petugas bank yang datang ke rumah. Memberikan buku tabungan atas namanya sendiri, dengan sejumlah uang yang ada di dalam tabungan tersebut.
Jamal merasa beruntung, karena dapat kemudahan dalam segala hal. Karena dia menyadari bahwa, dia bukanlah orang yang pandai. Karena sedari kecil, dia memang bodoh dan dari keluarga yang miskin.
*****
Flashback ke masa lalu Jamal.
Jamal ada di kelas tiga SD. Dan dia tidak naik kelas, pada saat tahun ajaran baru. Dia bahkan sudah tinggal kelas untuk tahun yang lalu.
Jadi, sudah dua tahun Jamal ada di kelas tiga, dan sekarang ini adalah tahun ke tiga dia ada di kelas yang sama.
"Jamal di sayang Bu guru. Jadi tetap ada di kelas yang sama."
Begitulah Ami nya berkata, mencoba untuk menenangkan hati dan juga memberikan Jamal semangat. Karena pada saat itu, dia pulang dari sekolah dalam keadaan menangis.
"Huhuhu... Jamal dikatain bodoh Ami. Teman-temannya Jamal nakal. Huhuhu..."
Ami nya hanya bisa tersenyum, sambil mengelus-elus rambut anaknya itu. Untuk menenangkan hati dan pikirannya Jamal.
Sebenarnya, umi juga merasa sangat miris. Anaknya itu tidak bisa belajar dengan baik, sama seperti teman-temannya yang lain. Bahkan, Jamal baru bisa lancar membaca, saat dia ada di kelas tiga.
Tapi untuk pelajaran matematika, yang mengharuskan siswa siswi tahu cara menghitung dengan tepat, Jamal tidak bisa mempelajarinya dengan mudah.
Otaknya terlalu lemah, untuk di ajak berpikir lebih keras. Dan jika dipaksakan, Jamal akan jatuh sakit.
Badannya panas, dan akhirnya demam hingga seminggu.
Itulah sebabnya, ayah dan Ami nya tidak pernah memaksa Jamal untuk giat belajar. Yang penting masih mau berangkat ke sekolah, itu sudah cukup bagi mereka.
Kedua orang tuanya berpikir jika, Jamal juga akan bisa mengikuti pelajaran. Meskipun waktunya memang lamban. Tidak sama seperti teman-temannya yang lain.
Ibarat batu yang terus-menerus terkena tetesan air, sekeras apapun batu itu, tetesan air akan melunakkan_nya.
Begitulah kata pepatah, yang diyakini oleh ayah dan Ami nya Jamal. Karena dengan berjalannya waktu, anaknya itu akan bisa mengikuti pelajaran sedikit demi sedikit.
Mereka berdua berpikir bahwa, yang penting anaknya itu menurut. Tidak patah arang, dan bisa memiliki jiwa sosial yang tinggi.
Ibarat kata, kecerdasan otak yang tidak ada akhlak, juga tidak berguna. Tapi jika ada akhlak, otak pasti masih bisa digunakan untuk berpikir.
Orang cerdas tanpa attitude yang baik juga kosong. Tapi jika punya attitude yang baik, bisa dipastikan jika otaknya tidak kosong.
Begitulah kira-kira pemikiran mereka, ayah dan Ami nya Jamal.
Dan benar saja, meskipun Jamal termasuk anak yang tidak cerdas. Tapi dia selalu menuruti perkataan ayah dan Ami nya. Mau membantu pekerjaan rumah dan tidak banyak menuntut.
Hal yang patut disyukuri oleh kedua orang tuanya Jamal.
Ini juga terjadi, pada saat Jamal ingin pergi kerja ke kota. Sama seperti yang dilakukan oleh teman-teman sebayanya di desa.
Karena banyak pemuda yang pergi bekerja di kota besar, untuk bisa mendapatkan uang yang banyak.
"Kerja di desa, apalagi jadi petani, hanya dapat kotor saja. Berkutat dengan lumpur, dan bergaul dengan jangkrik serta keong sawah."
"Ayo Mal, ikut kita ke kota. Kamu bisa beli baju yang bagus-bagus. Cewek juga cantik-cantik Mal."
"Iya Mal. Di kota, Kamu bisa dapat uang yang banyak. Gak kayak di desa. Kerja apa? cuma di sawah sepanjang hari, kepanasan tapi zonk hasilnya."
"Gaul juga cuma sama kambing, sapi dan kotorannya juga."
Pada saat itu, Jamal hanya bisa diam dan menganggukkan kepalanya. Mengiyakan perkataan teman-temannya. Karena memang seperti itulah pada kenyataan yang ada di desanya ini.
Tapi Jamal juga tidak langsung mengiyakan ajakan mereka.
"Aku tanya Ami dulu ya? kan kasian Ami, gak ada teman di rumah." Begitulah yang dikatakan Jamal, sebagai jawaban atas ajakan mereka.
"Ah, cemen Kamu Mal."
"Mana bisa Kamu merubah keadaan keluarga Kamu, jika hanya sawah dan sawah lagi yang Kamu kerjakan."
"Iya Mal. Coba sebutkan contoh, ada gak petani yang sukses?"
"Gak ada kan?"
"Yang sukses itu orang-orang kota, yang punya banyak uang dan usaha di kota sana Mal!"
Teman-temannya, masih mengobarkan api semangat. Untuk mengajak Jamal kerja di kota.
Tapi Jamal tetap saja tidak mau asal pergi. Dia ingin meminta ijin pada Ami nya terlebih dahulu. Karena dia takut jika, dia akan jadi anak yang durhaka. Seandainya tidak menuruti kemauan Ami nya.
Pada malam hari, dia sengaja mengajak Ami nya untuk bicara sebentar, sebelum mereka makan malam.
"Ami. Jamal mau minta ijin Ami."
"Ijin apa Jamal?" tanya ibunya lembut, sama seperti biasanya. Jika anaknya itu menginginkan sesuatu.
"Jamal boleh ya kerja ke kota?"
Umi justru terdiam dan tidak langsung menjawab pertanyaan dari anaknya itu.
"Kenapa harus ke kota Mal?" tanya Umi balik bertanya.
"Jamal ingin punya uang banyak, agar bisa membahagiakan Ami."
Umi tersenyum, tapi matanya berkaca-kaca menahan diri. Dia terharu, mendengar jawaban yang diberikan oleh anaknya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Cagur Ozone
selama 6. ulan 2000 poin ditambah bonus 20 poin
2024-03-17
0
tedyyyyyyyyyy
bukannya 1 poin itu senilai 1.000 rupiah? kalo 20 bukannya jadi 20.000 rupiah ya?
2023-07-13
1
Prasasti Yan
parah arang atau patah arang Thor???
2023-03-03
0