Rumah Jamal mulai direnovasi, hari ini. Tapi karena tidak dibongkar habis, hanya tempat-tempat tertentu yang mendapatkan perhatian dari pihak tukang.
Untuk atap rumah, semuanya di bongkar. Karena genteng dan beberapa kayunya memang sudah tidak layak pakai.
"Yang ini harus di ganti Mas. Jika tidak, takutnya musim hujan malah roboh."
"Iya Pak, gak apa-apa. Ganti aja yang memang perlu diganti."
Jamal pun menurut saja, apa yang dikatakan oleh pihak tukang. Karena dia juga sadar jika, rumahnya ini sudah sering bocor pada musim penghujan.
Umi sibuk merapikan beberapa barang yang ada di dalam rumah, supaya aman. Karena dia takut jika barang-barang tersebut rusak pada saat rumahnya di renovasi.
"Ami. Barangnya banyak yang di ungsikan ke luar rumah?" tanya Jamal, pada saat melihat Ami nya sibuk dengan barang-barang miliknya.
Seperti panci, dandang dan peralatan dapur serta pribadi yang memang wajib diamankan.
"Dari pada nanti rusak Mal," jawab Ami nya, masih dengan mengerjakan pekerjaannya.
"Ya sudah Jamal bantu Ami."
"Ehhh, gak usah Mal. Mending Kamu pergi aja ke sawah. Kan udah selesai dipanen. Kamu belum liat kan dari kemarin?"
"Oh iya Ami. Kalau begitu, Jamal ke sawah saja dulu. Di rumah sudah di tangani sama tukang."
Umi hanya mengangguk saja, kemudian melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Jamal, berjalan menuju ke arah jalan sawah. Setelah berpamitan dengan para tukang di rumahnya.
Tapi sebelum dia tiba di jalan utama, ada penjual alat-alat pertanian yang lewat.
"Cangkul... Sabit..."
"Cangkul... Sabit..."
[ Ding ]
[ Peralatan untuk musim taman di kirim setelah cek in ]
'Eh, Aku belum cek in?'
'Baiklah. Aku cek in sekarang.'
[ Ding ]
[ Cangkul yang di bawa penjual itu, beli dan ambil yang dipilihkan oleh penjualnya ]
'Maksudanya... Aku dikasih cangkul untuk peralatan musim taman ini?'
[ Ding ]
[ Benar Tuan. Tapi cangkul itu sudah disatukan dengan sistem. Jadi cangkul tersebut bukan cangkul biasa ]
'Tapi... bagaimana dengan orang-orang yang ada disekitar sini? Apa mereka akan tahu?'
[ Ding ]
[ Tenang Tuan. Orang lain hanya melihat jika cangkul itu hanya sebuah cangkul biasa. Tapi tidak jika untuk Tuan ]
'Baguslah kalau begitu. Aku akan menghampiri penjual cangkul tersebut.'
[ Ding ]
[ Silahkan Tuan ]
"Cangkul... Sabit..."
"Cangkul... Sabit..."
"Pak. Cangkul!" panggil Jamal pada penjual cangkul.
"Eh, iya-iya."
Penjual peralatan pertanian tersebut berhenti. Dan memberikan sebuah cangkul yang dia pilihkan, pada Jamal tanpa memilih terlebih dahulu.
"Ini cangkul untuk Tuan."
"Oh, ini cangkulnya... Terima kasih ya Pak." Jamal pun menganggukkan kepalanya, sambil mengucapkan terima kasih. Saat menerima cangkul tersebut.
"Sama-sama Tuan. Mari," pamit penjual cangkul.
"Oh ya Pak, mangga."
Jamal pun melihat-lihat cangkul yang saat ini ada di tangannya. Tapi dia tidak menemukan keistimewaan apa-apa di cangkul tersebut.
"Jamal!" panggil kang Wahid, di saat melihat Jamal baru saja membeli cangkul.
"Eh kang Wahid. Ada apa ya Kang?"
"Itu berapa Kamu beli cangkulnya? Aku mau beli juga," jawab kang Wahid, kemudian memanggil penjual tadi.
"Aku ke sana dulu ya Mal!"
Jamal pun tersenyum dan mengangguk mengiyakan. Dia bersyukur, karena ternyata memang tidak ada yang tahu. Jika cangkul yang sedang dua pegang ini adalah cangkul hadiah dari sistem.
"Aku akan mencobanya di sawah, saat ini juga," gumam Jamal, kemudian berjalan dengan cepat menuju ke sawahnya.
*****
Tiba di sawah, Jamal langsung membersihkan dami. Yaitu pohon padi, sisa panen kemarin.
Dia menyisihkan dami-dami tersebut ke tegalan atau pematang sawah. Tapi ada juga sebagian yang dia kumpulkan di tengah-tengah sawah. kemudian dia bakar.
Sambil mengamati proses pembakaran dami-dami tadi, dia mencoba untuk mencangkul tanah sawah akan dibuat untuk menyemaikan benih padi besoknya.
Tapi keanehan yang tidak pernah dibayangkan oleh Jamal terjadi tanpa dia sangka-sangka.
Pada saat cangkul yang tadi dia terima dari penjual cangkul, tanah yang berhasil dibalik, atau dicangkul Jamal, tidak hanya satu cangkul_an saja. Tapi langsung satu baris hingga ujung pematang yang lain.
Jamal pun melongo melihat kejadian ini. Dia lupa, jika cangkulnya itu memang sudah menyatu dengan sistem bertani miliknya.
'Apa ini kecanggihan cangkul yang dikirim oleh sistem untukku?'
[ Ding ]
[ Benar Tuan ]
'Tapi... bukannya ini aneh, dan akan menjadi pertanyaan orang lain jika melihatnya sendiri?'
[ Ding ]
[ Tenang Tuan. Sistem sudah melakukan semua hal yang tidak akan bisa dilihat orang lain ]
'Maksudnya... hanya Aku yang tahu dan melihatnya bekerja seperti tadi?'
[ Ding ]
[ Benar Tuan ]
'Syukurlah kalau begitu. Aku takut, jika orang lain akan tahu. Sehingga bertanya-tanya tentang apa yang telah tidak bisa Aku terangkan.'
[ Ding ]
[ Tidak akan ada yang tahu Tuan ]
[ Selamat bekerja Tuan ]
[ Ding ]
Jamal menghela nafas lega. Dia tidak merasa khawatir lagi, jika apa yang terjadi di sawahnya ini diperhatikan orang lain. Sehingga mereka akan banyak memberinya pertanyaan.
Jadi, cangkul itu jika di lihat orang lain hanya sebuah cangkul biasa. Digunakan Jamal juga tetap sama seperti biasanya. Tidak ada keistimewaan apa-apa, bagi orang lain.
Tapi tentu saja tidak untuk Jamal.
Pekerjaannya di sawah, jadi lebih cepat dibanding biasanya. Dia bisa melakukan pekerjaan ini hanya dalam waktu lima menit saja.
Padahal biasanya, dia membutuhkan waktu seharian penuh. Agar sawah miliknya ini bisa diolah tanahnya, untuk masa tanam selanjutnya.
"Alhamdulillah... terima kasih ya Allah atas semua yang sudah Kamu berikan padaku ini."
Jamal mengucapkan rasa syukur dan berterima kasih pada Tuhan. Yang sudah memberikan banyak anugrah untuknya.
Sekarang, dia bisa pulang ke rumah dengan cepat. Tapi karena memikirkan apa yang akan dikatakan oleh orang lain, akhirnya Jamal berkeliling ke sawah orang-orang.
"Wah, Aku juga ingin punya sawah yang luas. Sama seperti punya kang Kasan, kang Wahid. Juga sawahnya kaji Romli yang ada di mana-mana. Aku akan jadi petani yang sukses kedepannya nanti."
Jamal bergumam dengan semua mimpi dan harapan yang dia miliki.
Dia tidak tahu, jika sistem menerima sinyal dari apa yang dia ucapkan. Kemudian memprosesnya. Setelah itu, sinyal tersebut disampaikan pada sistem di planet XMoon.
Dan di planet XMoon sana, sinyal itu diterima dengan baik dan sedang dilakukan penelitian. Mungkin saja, apa yang tadi diucapkan oleh Jamal, bisa menjadi kenyataan.
Tapi tetap saja dengan aturan dan ketentuan yang berlaku dari sistem bertani. Yang ada di planet XMoon.
"Ahhh... ya Allah. Aku pasti akan senang dan Ami juga pastinya senang. Jika kami bisa punya sawah yang luas dan bisa hidup dengan berkecukupan."
Jamal kembali berandai-andai. Dengan apa yang dia inginkan serta bayangkan.
Setelah puas berkeliling sawah, Jamal akhirnya pulang ke rumah. Karena pagi sudah mulai beranjak siang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 147 Episodes
Comments
Malomo Lomo
wkwkw seharusnya mc berterima kasih kepada sistem bukan tuhan soalnya bukan tuhan yg memberikan itu kepd si mc,,,..ni novel seharusnya jgn bawa2 nama tuhan segala gx cocok
2022-12-13
3
Nurul
Orang Jawa bilang Damen/pohon padi yang sudah di panen
2022-10-19
4
Nurul
Apel, semangka dls
2022-10-19
1