Bab 20. Ada Yang Hilang

"Iya Nak Tata, tetapi punggung dan pinggang kami encok kalau begini setiap hari," ucap Bu Loli membuat semua orang tertawa mendengarnya.

"Sabar Bu yang penting cuan mengalir deras," ucap Tata dan langsung menutup mulutnya karena hampir saja akan tertawa.

"Mengalir seperti air di lautan ya Nak Tata," kelakar Bu Loli.

"Ada pasang surut pastinya seperti ombak di lautan," ujar Rifa.

"Maksudnya?" tanya Tata tak mengerti.

"Rejeki kami bergantung pada buih di lautan. Kalau hasil tangkapan laut banyak ya hidup kami sejahtera, begitupun sebaliknya kalau hasil tangkapan laut zong jangankan emas

bisa-bisa panci dan piring kita melayang," ucap Rifa lalu tertawa.

"Apa sih maksudnya? Maksud kalian kalau para suami pulang tidak membawa hasil akan dilempar panci ataupun piring oleh para ibu-ibu?" tanya Tata tak mengerti.

Semua orang yang ada di tempat itu tertawa mendapatkan pertanyaan konyol seperti itu dari Tata.

"Eh saya salah ya," ujar Tata menyadari dirinya menjadi bahan tertawaan orang-orang.

"Tidak sepenuhnya salah sih," jawab Rifa.

"Jadi benar?" Kali ini Tata malah terlihat kaget.

"Sebenarnya sih yang saya maksud tadi dengan panci dan piring itu melayang adalah kita para ibu di sini bisa menjual ataupun menggadaikan alat-alat dapur saat kami tidak memiliki uang untuk membeli kebutuhan pokok," jelas Rifa.

"Oh begitu ternyata," ucap Tata paham.

"Tapi ada juga sih yang memang main lempar-melempar pada suami. Biasa bak yang akan dijadikan alat untuk melempar saat istri-istri mereka kesal suami pulang tidak membawa tangkapan. Namun, itu hanya berlaku buat istri-istri yang sadis bukan istri yang kalem-kalem seperti kita," ucap Rifa lalu tertawa lepas.

Semua orang pun ikut tertawa dan menggeleng mendengar perkataan Rifa.

"Awas kedengaran orangnya. Kalau kamu kena marah jangan bawa-bawa kami," ujar Bu Loli dan semua orang mengangguk membenarkan.

"Aku bantuin ibu yang itu saja ya," ucap Tata melihat salah seorang ibu belum selesai memilah ikan berdasarkan jenisnya satu-satu padahal yang lainnya sudah fokus menyilap ikan.

"Baik sana kamu bantuin dia saja," ucap bu Loli yang pekerjaannya sendiri hampir saja selesai.

Tata mengangguk dan langsung bangkit dari duduknya dan mendekati arah ibu yang dimaksudnya tadi.

"Saya bantuin ya Bu." Tata menawarkan diri.

"Oh iya Nak. Ikan yang ini taruh di tempat ini ya dan yang itu di sana."

"Iya Bu, dikumpulkan berdasarkan jenis ikannya ya."

"Iya Nak." Wanita itu tampak mengangguk.

Tata pun mulai membantu perempuan setengah baya itu.

"Oh ya Bu kenapa ibu belum selesai sedangkan yang lain sudah hampir kelar semua?" tanya Tata penasaran.

"Iya Nak sebab bapaknya baru datang paling akhir tadi dan yang biasa membantu ibu memilih ikan ini saat ini tidak bisa membantu ibu sebab mengambil pesanan membuat krispi ikan," jelas ibu tersebut.

"Krispi Ikan? Berarti dari ikan dong Bu. Mama saya dulu suka beli krispi teri rasa balado loh Bu. Kalau di sini ada yang jual saya mau beli saja."

"Bukan krispi teri Nak karena sekarang belum musim teri," terang si ibu.

"Terus krispi apa dong Bu?"

"Ini, krispi nya ikan ini." Ibu itu menunjuk salah satu jenis ikan.

"Oh yang tadi disilap oleh ibu-ibu di sana."

"Iya setelah dikeringkan ikan ini dikasih bumbu-bumbu dan tepung sehingga bisa dijadikan camilan ataupun lauk yang enak."

"Oh ini yang katanya tadi kalau dikeringkan harganya mencapai empat puluh lima ribu kalau di krispi kira-kira dijual berapa ya Bu?"

"Sembilan puluh ribu," jawab si ibu.

"Wah enakan di krispi kalau begitu ya Bu. Bisa meningkatkan kwalitas harga."

"Ia sih cuma yang bikin seperti itu kebanyakan yang suaminya tidak melaut seperti kami sebab kalau seperti kami sangat sibuk dan tidak ada waktu," jelas perempuan itu.

"Ibu benar memilih dan menyilap saja sudah memakan banyak waktu apalagi kalau harus ditambah tugas lain," ujar Tata.

"Iya benar. Seharusnya masih bisa membuat ikan krispi malam hari sih cuma punggung dan pinggang sudah tidak bersahabat tidak dapat ditawar ingin segera menyentuh bantal." Ibu itu terlihat tertawa kecil.

"Iya Bu, jangan diforsir kerja itu penting biar bisa memenuhi kebutuhan hidup, tetapi menjaga kesehatan diri jauh lebih penting," ucap Tata bijak.

"Kamu benar Nak dalam pekerjaan itu tidak boleh tamak dalam artian memaksakan diri toh rezeki sudah di atur oleh Tuhan."

"Benar Bu."

Ibu itu mengangguk. Setelah ini tidak ada yang bicara lagi. Mereka berdua fokus pada pekerjaan masing-masing tak terkecuali Bu Loli dan yang lainnya.

Saat fokus pada pekerjaannya masing-masing tiba-tiba konsentrasi mereka pecah saat melihat pak Bakri mondar-mandir tak tentu arah.

"Mau ngapain dia?" tanya seorang ibu saling senggol dengan yang lainnya.

"Mana kutahu, tapi kok kayak gelisah gitu ya dia?" sambung yang lain.

"Iya. Kalau begini nih pasti ada yang bakal meninggal lagi," tebak yang lain.

"Hus jangan su'udhzon kamu," tegur yang lain.

"Tapi memang begitu kan biasanya?"

"Entahlah, ya Allah semoga tidak ada tumbal lagi," ucap salah seorang ibu dan langsung menutup mulutnya karena keceplosan.

"Ada apa ya Bu?" Tata yang tidak paham dengan pembicaraan semua orang menjadi penasaran.

"Biasa kalau pak Bakri itu nampak berkeliling-keliling tidak tentu arah dan gelisah seperti itu akan ada orang yang meninggal," bisik ibu yang mempunyai ikan yang dipilih oleh Tata tersebut.

"Dia dukun, tukang sihir atau indigo sih Bu?" Tata masih saja penasaran.

"Bukan, tetapi menurut tebakan kami pak Bakri itu melakukan pesugihan dan bisanya memakan tumbal," jelas ibu tersebut sambil bergidik ngeri begitupun dengan Tata. Dia khawatir karena dia sendiri dan teman-temannya malaj menumpang di rumah milik Pak Bakri.

"Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada Lisa dan Topan." Mentari mengkhawatirkan dua orang tersebut karena kedua temannya itu telah makan di rumah Pak Bakri tadi pagi dan yang dimakan mereka menurut penglihatan Tata bukanlah makanan melainkan hewan-hewan menjijikkan. Bisa saja kan Tata dan Topan keracunan makanan.

Saat sedang gusar memikirkan nasib Lisa dan Topan, tiba-tiba ada perahu besar yang mendarat. Semua orang menoleh pada orang-orang yang turun dari perahu tersebut.

"Ada apa?" tanya para ibu-ibu yang melihat muka orang-orang yang turun dari perahu tersebut pucat dan sedih.

"salah satu teman kami ada yang hilang di tengah laut."

"Apa?!"

Semua orang terlihat panik dan gusar mendengar kabar buruk itu.

"Mengapa tidak dicari?"

"Sudah, tetapi kami tidak bisa menemukannya."

Bersambung.

Episodes
1 Bab 1. Pikiran Buruk
2 Bab 2. Diserang Para Arwah
3 Bab 3. Saat Tata Pergi
4 BAb 4. Roh Atau Bukan?
5 BAB 5. Bangkit Kembali
6 Bab 6. Bersekutu Dengan Setan?
7 Bab 7. Berputar Dalam Tempat Yang Sama
8 Bab 8. Sampai di Kampung
9 Bab 9. Keanehan
10 Bab 10. Kecurigaan
11 Bab 11. Tebak-tebak Buah Manggis
12 Bab 12. Jeritan Tata
13 Bab 13. Diam
14 Bab 14. Kerasukan
15 Bab 15. Mengincar Janin
16 Bab 16 Pertolongan Untuk Lisa
17 Bab 17. Teringat Pada Tata
18 Bab 18. Tata Sadar
19 Bab 19. Berbaur Bersama Ibu-ibu
20 Bab 20. Ada Yang Hilang
21 Bab 21. Rencana Pencarian
22 Bab 22. Sebuah Alasan
23 Bab 23. Proses Pencarian
24 Bab 24. Makhluk Berupa Awan
25 Bab 25. Calon Penyelamat
26 Bab 26. Bukan Lisa
27 Bab 27. Diculik Sundel Bolong
28 Bab 28. Menyerah Dan Pertolongan Untuk Aldi
29 Bab 29. Mendarat
30 Bab 30. Cemas
31 Bab 31. Luwang Mayit
32 Bab 32. Cerita Masa Lalu Ibu Dari Aldo
33 Bab 33. Mimpi Apa Nyata?
34 Bab 34. Hanya Mimpi
35 Bab 35. Jejak
36 Bab 36. Pekuburan
37 Bab 37. Pocong Yang Aneh
38 Bab 38. Mengintai
39 Bab 39. Ada Yang Meniru
40 Bab 40. Rumah Pak Hasan
41 Bab 41. Pergi Ke Pabrik Petis
42 Bab 42. Kecurigaan Putri Pada Aldi
43 Bab 43. Kecurigaan Putri Pada Aldi (2)
44 Bab 44. Menemani Putri
45 Bab 45. Tebakan Putri
46 Bab 46. Tidak Semudah Itu
47 Bab 47. Mulai Siaga
48 Bab 48. Jejak Tata
49 Bab 49. Aksi Penyelamatan
50 Bab 50. Pingsan
51 Bab 51. Akhirnya Sadar
52 Bab 52. Surat Di Atas Meja
53 Bab 53. Rencana Penyelidikan (1)
54 Bab 54. Hampir Salah Paham
55 Bab 55. Rencana Penyelidikan (2)
56 Bab 56. Hanya Saksi Bukan Bukti
57 Bab 57. Satu Bukti
58 Bab 58. Hampir
59 Bab 59. Perlawanan
60 Bab 60. Racun
61 Bab 61. Mendapatkan Penawar
62 Bab 62. Kebakaran
63 Bab 63. Kematian Bu Langsa
64 Bab 64. Menghilangnya Putri Pak Langsa
65 Bab 65. Satu Selamat Satu Meninggal
66 Bab 66. Keanehan Di Dapur Bu Langsa
67 Bab 67. Mayat Bangkit
68 Bab 68. Peringatan Kakek Tua
69 Bab 69. Penemuan Mayat Aldo
70 Bab 70. Masihkah Ada Setan?
71 Bab 71. Dunia Lain
72 Bab 72. Menyeberang
73 Bab 73. Bukan Alam Kematian
74 Bab 74. Bersembunyi
75 Bab 75. Goa Bawah Tanah
76 Bab 76. Tertangkap
77 Bab 77. Ketahuan
78 Bab 78. Melarikan Diri
79 Bab 79. Kabur Bersama
80 Bab 80. Pertarungan Kembali
81 Bab 81. Ambulance Untuk Aldi
82 Bab 82. Identitas Aldi
83 BAB 83. Desa Wisata (Tamat)
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1. Pikiran Buruk
2
Bab 2. Diserang Para Arwah
3
Bab 3. Saat Tata Pergi
4
BAb 4. Roh Atau Bukan?
5
BAB 5. Bangkit Kembali
6
Bab 6. Bersekutu Dengan Setan?
7
Bab 7. Berputar Dalam Tempat Yang Sama
8
Bab 8. Sampai di Kampung
9
Bab 9. Keanehan
10
Bab 10. Kecurigaan
11
Bab 11. Tebak-tebak Buah Manggis
12
Bab 12. Jeritan Tata
13
Bab 13. Diam
14
Bab 14. Kerasukan
15
Bab 15. Mengincar Janin
16
Bab 16 Pertolongan Untuk Lisa
17
Bab 17. Teringat Pada Tata
18
Bab 18. Tata Sadar
19
Bab 19. Berbaur Bersama Ibu-ibu
20
Bab 20. Ada Yang Hilang
21
Bab 21. Rencana Pencarian
22
Bab 22. Sebuah Alasan
23
Bab 23. Proses Pencarian
24
Bab 24. Makhluk Berupa Awan
25
Bab 25. Calon Penyelamat
26
Bab 26. Bukan Lisa
27
Bab 27. Diculik Sundel Bolong
28
Bab 28. Menyerah Dan Pertolongan Untuk Aldi
29
Bab 29. Mendarat
30
Bab 30. Cemas
31
Bab 31. Luwang Mayit
32
Bab 32. Cerita Masa Lalu Ibu Dari Aldo
33
Bab 33. Mimpi Apa Nyata?
34
Bab 34. Hanya Mimpi
35
Bab 35. Jejak
36
Bab 36. Pekuburan
37
Bab 37. Pocong Yang Aneh
38
Bab 38. Mengintai
39
Bab 39. Ada Yang Meniru
40
Bab 40. Rumah Pak Hasan
41
Bab 41. Pergi Ke Pabrik Petis
42
Bab 42. Kecurigaan Putri Pada Aldi
43
Bab 43. Kecurigaan Putri Pada Aldi (2)
44
Bab 44. Menemani Putri
45
Bab 45. Tebakan Putri
46
Bab 46. Tidak Semudah Itu
47
Bab 47. Mulai Siaga
48
Bab 48. Jejak Tata
49
Bab 49. Aksi Penyelamatan
50
Bab 50. Pingsan
51
Bab 51. Akhirnya Sadar
52
Bab 52. Surat Di Atas Meja
53
Bab 53. Rencana Penyelidikan (1)
54
Bab 54. Hampir Salah Paham
55
Bab 55. Rencana Penyelidikan (2)
56
Bab 56. Hanya Saksi Bukan Bukti
57
Bab 57. Satu Bukti
58
Bab 58. Hampir
59
Bab 59. Perlawanan
60
Bab 60. Racun
61
Bab 61. Mendapatkan Penawar
62
Bab 62. Kebakaran
63
Bab 63. Kematian Bu Langsa
64
Bab 64. Menghilangnya Putri Pak Langsa
65
Bab 65. Satu Selamat Satu Meninggal
66
Bab 66. Keanehan Di Dapur Bu Langsa
67
Bab 67. Mayat Bangkit
68
Bab 68. Peringatan Kakek Tua
69
Bab 69. Penemuan Mayat Aldo
70
Bab 70. Masihkah Ada Setan?
71
Bab 71. Dunia Lain
72
Bab 72. Menyeberang
73
Bab 73. Bukan Alam Kematian
74
Bab 74. Bersembunyi
75
Bab 75. Goa Bawah Tanah
76
Bab 76. Tertangkap
77
Bab 77. Ketahuan
78
Bab 78. Melarikan Diri
79
Bab 79. Kabur Bersama
80
Bab 80. Pertarungan Kembali
81
Bab 81. Ambulance Untuk Aldi
82
Bab 82. Identitas Aldi
83
BAB 83. Desa Wisata (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!