"Daripada harus tidur beralaskan tanah, yang ini lebih baik agar tubuhku tidak pegal-pegal lagi," ucap Tata lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur tersebut.
Tata berbaring sambil menatap langit-langit gubuk tersebut dengan seksama. Gubuk kecil beratap daun rumbia itu masih tampak kokoh.
Aldi masuk dan menata dingin Tata.
"Kenapa sih Al kayak aku punya salah gitu sama kamu hingga kau menatapku seperti itu," protes Tata. Aldi tidak menjawab malah meninggalkan Tata ke belakang gubuk itu.
Tata tidak mempedulikan lagi apa yang akan dilakukan Aldi di belakang sana karena saat menyentuh kasur dirinya malah menguap. Tidak dapat menahan kantuk akhirnya Tata memejamkan mata dan tidur.
Tak terasa hari sudah mulai gelap saat Tata terbangun dari tidurnya. Tata mengintip ke arah luar ternyata hari mulai menjelang sore.
"Ya ampun ternyata aku begitu lama sekali tertidur hingga hari sudah akan malam seperti ini. Apa mungkin karena tubuhku memang tidak beristirahat sejak kemarin sehingga butuh waktu tidur begitu lama." Tata keluar dari gubuk tersebut dan mencari keberadaan Aldi.
"Kemana tuh orang suka sekali menghilang," protes Tata dengan bergumam kecil.
Tata masuk kembali ke dalam, tak baik pikirnya jika menjelang petang bermain-main di luar apalagi cuaca petang ini begitu tidak bersahabat dengan tubuhnya. Sangat dingin dan menusuk.
Beberapa saat kemudian Aldi datang dengan membawa nampan berisi piring-piring berisi makanan. Ada nasi putih dan ayam geprek sambal ijo kesukaannya membuat cacing-cacing dalam perut Tata berdisko ria ingin segera diisi.
"Makanlah!" perintah Aldi masih dengan tatapan dinginnya.
"Senyum dong Al, serius terus tuh muka dan beku gitu, kayak mayat hidup aja," kelakar Tata. Seperti biasa Aldi mengacuhkan perkataan Tata .
"Ya sudah deh lebih baik aku makan saja," ucap Tata dan langsung menggarap makanannya. Berbicara banyak dengan Aldi hanya akan menguras tenaga saja karena laki-laki itu sekarang tidak suka berbicara. Mungkin lagi sariawan pikir Tata.
"Kau tidak makan?" tanya Tata saat melihat Aldi hanya menyaksikan dirinya makan dengan tatapan datar dan dinginnya itu.
Aldi tampak menggeleng.
"Ah sudahlah mungkin dia tidak lapar. Lebih baik ku habiskan saja." Tata terus melanjutkan makannya tanpa bertanya apa-apa lagi. Dia lupa memikirkan darimana Aldi mendapatkan makanan seperti itu di tempat seperti ini.
Makanan hampir habis terdengar kumandang adzan yang entah darimana arahnya. Tata terkadang bingung, dari kemarin dia selalu mendengar suara adzan, tetapi sejauh apapun dirinya melangkah tak satupun menemukan rumah penduduk apalah masjid ataupun mushalla.
Tata melirik Aldi, laki-laki itu sudah tidak berada di depannya lagi.
"Ah mungkin dia masih berjalan-jalan di luar," pikir Tata. Dia mengedarkan pandangannya melalui lubang di bilik bambu mencari keberadaan Aldi di luar. Tak ada. Biarlah Tata mengacuhkan itu yang terpenting dia ingin menghabiskan makanannya dulu.
Alangkah kagetnya Tata saat mengalihkan pandangan dari luar dan melihatvmakanan yang belum habis di piring berubah menjadi cacing-cacing yang meliuk-liuk.
"iiiih." Tata merasa jijik melihat itu semua.
Kemudian dia tersadar bahwa yang dimakannya tadi adalah sama dengan yang terlihat di piring. Cacing bukan ayam geprek kesukaannya.
"Jadi dari tadi ya aku makan itu cacing? Aldi, Al!" teriak Tata memanggil Aldi. Dia ingin melayangkan protes pada sahabatnya itu.
Tata bangkit dari duduknya dan ketika sampai di pintu dia langsung muntah-muntah.
Hoek, hoek hoek.
Tata memuntahkan segala isi perutnya. Bukan cacing yang keluar melainkan belatung-belatung yang sudah berbau busuk.
Hoek, hoek.
Tata muntah-muntah kembali.
"Aldi!" teriak Tata lebih kencang. Dalam hati kenapa Aldi tega melakukan itu semua pada dirinya.
"Apakah kamu mempunyai ilmu hitam Al? Apakah kita tersesat di sini ada hubungannya dengan ilmu sesatmu itu?" Tata sudah sangat berpikiran negatif saat ini.
Hoek, hoek.
Mengapa isi perutnya belum habis-habis? Berapa kilo cacing yang sudah di santap oleh Tata?
Saat muntah-muntah seperti itu, tiba-tiba saja ada orang yang berdiri di depannya dengan mengulurkan segelas air dalam sebuah gelas yang besar dan tinggi. Segera Tata meraih gelas itu karena tenggorokannya memang sudah terasa sakit karena terlalu banyak dan juga lama muntah-muntahnya.
Namun, saat dia ingin meneguknya air tersebut berubah berwarna merah.
"Darah?!" Tata nampak kaget
"Kenapa kamu tega mengerjai aku sih Al, apa salahku?"
Tidak ada jawaban.
Segera Tata mengangkat muka. Ternyata orang yang ada di hadapannya bukanlah Aldi melainkan seorang wanita dengan wajah penuh luka dan darah. Matanya tampak merah membara penuh aura kebencian.
Tata yang kaget langsung melempar gelas di tangannya dan menjerit ketakutan.
"Tolong ada hantu!" jerit Tata sambil berlari keluar gubuk itu tak tentu arah.
Wanita seram itu menatap kepergian Tata dengan amarah. Dengan sekali kedipan dia langsung berdiri di depan Tata.
"Kau ....!" Tata tampak ketakutan, Tubuhnya gemetar sudah. Wanita itu berjalan mendekat sedangkan Tata kakinya terasa berat dan tidak bisa melangkah lagi.
Segera Tata membaca ayat kursi dengan tak putus-putus. Wanita itu menatap Tata dengan marah kemudian menghilang. Bersamaan dengan itu asap hitam terlihat mengepul di udara.
"Alhamdulillah." Akhirnya Tata bernafas lega. Namun, dia tidak tahu harus melangkah kemana sekarang di tengah
kesendiriannya seperti ini. Jangankan dirinya yang penakut orang pemberani saja pasti akan bingung jika tersesat seperti dirinya dalam keadaan seorang diri.
Namun, bagaimanapun dia harus pergi dari tempat ini jika tidak ingin mati dengan rasa ketakutannya ataupun menjadi santapan hewan buas. Anggaplah dirinya kini tersesat di sebuah hutan yang luas.
Dengan langkah yang gontai kini Tata melangkah padahal saat dirinya bangun dari kematiannya tenaganya serasa begitu kuat. Kemana kini tenaga itu menguap pergi?
Malam mulai merayap dan gelap semakin kelam. Tata terus melangkah tak tentu arah hingga pada suatu perjalanannya itu dia melihat lagi hantu tanpa kepala mengejar-ngejar dirinya.
Tata mulai bersemangat lagi untuk berlari. Sebenarnya bukan bersemangat tetapi rasa takut akan hantu yang mengendalikan dirinya.
"Huh, huh, huh." Tata mulai ngos-ngosan berlari. Dia menoleh ke belakang dan bernafas lega ketika hantu tersebut tidak mengikutinya lagi.
Namun, dia kaget dan terlihat begitu syok melihat Aldi ada di depannya.
"Kamu kenapa sih Ta?" tanya Aldi melihat raut wajah ketakutan di wajah Tata.
"Pergi! Kumohon jangan ganggu aku lagi. Aku sudah lelah kalian permainkan!" Tata berkata sambil menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya.
"Kalian? Siapa maksudmu?" tanya Aldi heran.
"Jangan pura-pura tidak tahu."
"Hei aku benar-benar tidak mengerti. Kalian? Siapa yang kau maksud dengan kalian?"
"Anak buahmu. makhluk-makhluk gaib itu. Kamu bersekutu dengan setan, kan?" tuduh Tata membuat Aldi tampak kaget dan syok.
"Apa maksudmu? Dari tadi aku hanya sendirian saja. Aku takut pada setan mengapa bisa bersekutu dengannya?"
"Jadi laki-laki tadi bukan dirimu?"
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments