Bab 6. Bersekutu Dengan Setan?

"Daripada harus tidur beralaskan tanah, yang ini lebih baik agar tubuhku tidak pegal-pegal lagi," ucap Tata lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur tersebut.

Tata berbaring sambil menatap langit-langit gubuk tersebut dengan seksama. Gubuk kecil beratap daun rumbia itu masih tampak kokoh.

Aldi masuk dan menata dingin Tata.

"Kenapa sih Al kayak aku punya salah gitu sama kamu hingga kau menatapku seperti itu," protes Tata. Aldi tidak menjawab malah meninggalkan Tata ke belakang gubuk itu.

Tata tidak mempedulikan lagi apa yang akan dilakukan Aldi di belakang sana karena saat menyentuh kasur dirinya malah menguap. Tidak dapat menahan kantuk akhirnya Tata memejamkan mata dan tidur.

Tak terasa hari sudah mulai gelap saat Tata terbangun dari tidurnya. Tata mengintip ke arah luar ternyata hari mulai menjelang sore.

"Ya ampun ternyata aku begitu lama sekali tertidur hingga hari sudah akan malam seperti ini. Apa mungkin karena tubuhku memang tidak beristirahat sejak kemarin sehingga butuh waktu tidur begitu lama." Tata keluar dari gubuk tersebut dan mencari keberadaan Aldi.

"Kemana tuh orang suka sekali menghilang," protes Tata dengan bergumam kecil.

Tata masuk kembali ke dalam, tak baik pikirnya jika menjelang petang bermain-main di luar apalagi cuaca petang ini begitu tidak bersahabat dengan tubuhnya. Sangat dingin dan menusuk.

Beberapa saat kemudian Aldi datang dengan membawa nampan berisi piring-piring berisi makanan. Ada nasi putih dan ayam geprek sambal ijo kesukaannya membuat cacing-cacing dalam perut Tata berdisko ria ingin segera diisi.

"Makanlah!" perintah Aldi masih dengan tatapan dinginnya.

"Senyum dong Al, serius terus tuh muka dan beku gitu, kayak mayat hidup aja," kelakar Tata. Seperti biasa Aldi mengacuhkan perkataan Tata .

"Ya sudah deh lebih baik aku makan saja," ucap Tata dan langsung menggarap makanannya. Berbicara banyak dengan Aldi hanya akan menguras tenaga saja karena laki-laki itu sekarang tidak suka berbicara. Mungkin lagi sariawan pikir Tata.

"Kau tidak makan?" tanya Tata saat melihat Aldi hanya menyaksikan dirinya makan dengan tatapan datar dan dinginnya itu.

Aldi tampak menggeleng.

"Ah sudahlah mungkin dia tidak lapar. Lebih baik ku habiskan saja." Tata terus melanjutkan makannya tanpa bertanya apa-apa lagi. Dia lupa memikirkan darimana Aldi mendapatkan makanan seperti itu di tempat seperti ini.

Makanan hampir habis terdengar kumandang adzan yang entah darimana arahnya. Tata terkadang bingung, dari kemarin dia selalu mendengar suara adzan, tetapi sejauh apapun dirinya melangkah tak satupun menemukan rumah penduduk apalah masjid ataupun mushalla.

Tata melirik Aldi, laki-laki itu sudah tidak berada di depannya lagi.

"Ah mungkin dia masih berjalan-jalan di luar," pikir Tata. Dia mengedarkan pandangannya melalui lubang di bilik bambu mencari keberadaan Aldi di luar. Tak ada. Biarlah Tata mengacuhkan itu yang terpenting dia ingin menghabiskan makanannya dulu.

Alangkah kagetnya Tata saat mengalihkan pandangan dari luar dan melihatvmakanan yang belum habis di piring berubah menjadi cacing-cacing yang meliuk-liuk.

"iiiih." Tata merasa jijik melihat itu semua.

Kemudian dia tersadar bahwa yang dimakannya tadi adalah sama dengan yang terlihat di piring. Cacing bukan ayam geprek kesukaannya.

"Jadi dari tadi ya aku makan itu cacing? Aldi, Al!" teriak Tata memanggil Aldi. Dia ingin melayangkan protes pada sahabatnya itu.

Tata bangkit dari duduknya dan ketika sampai di pintu dia langsung muntah-muntah.

Hoek, hoek hoek.

Tata memuntahkan segala isi perutnya. Bukan cacing yang keluar melainkan belatung-belatung yang sudah berbau busuk.

Hoek, hoek.

Tata muntah-muntah kembali.

"Aldi!" teriak Tata lebih kencang. Dalam hati kenapa Aldi tega melakukan itu semua pada dirinya.

"Apakah kamu mempunyai ilmu hitam Al? Apakah kita tersesat di sini ada hubungannya dengan ilmu sesatmu itu?" Tata sudah sangat berpikiran negatif saat ini.

Hoek, hoek.

Mengapa isi perutnya belum habis-habis? Berapa kilo cacing yang sudah di santap oleh Tata?

Saat muntah-muntah seperti itu, tiba-tiba saja ada orang yang berdiri di depannya dengan mengulurkan segelas air dalam sebuah gelas yang besar dan tinggi. Segera Tata meraih gelas itu karena tenggorokannya memang sudah terasa sakit karena terlalu banyak dan juga lama muntah-muntahnya.

Namun, saat dia ingin meneguknya air tersebut berubah berwarna merah.

"Darah?!" Tata nampak kaget

"Kenapa kamu tega mengerjai aku sih Al, apa salahku?"

Tidak ada jawaban.

Segera Tata mengangkat muka. Ternyata orang yang ada di hadapannya bukanlah Aldi melainkan seorang wanita dengan wajah penuh luka dan darah. Matanya tampak merah membara penuh aura kebencian.

Tata yang kaget langsung melempar gelas di tangannya dan menjerit ketakutan.

"Tolong ada hantu!" jerit Tata sambil berlari keluar gubuk itu tak tentu arah.

Wanita seram itu menatap kepergian Tata dengan amarah. Dengan sekali kedipan dia langsung berdiri di depan Tata.

"Kau ....!" Tata tampak ketakutan, Tubuhnya gemetar sudah. Wanita itu berjalan mendekat sedangkan Tata kakinya terasa berat dan tidak bisa melangkah lagi.

Segera Tata membaca ayat kursi dengan tak putus-putus. Wanita itu menatap Tata dengan marah kemudian menghilang. Bersamaan dengan itu asap hitam terlihat mengepul di udara.

"Alhamdulillah." Akhirnya Tata bernafas lega. Namun, dia tidak tahu harus melangkah kemana sekarang di tengah

kesendiriannya seperti ini. Jangankan dirinya yang penakut orang pemberani saja pasti akan bingung jika tersesat seperti dirinya dalam keadaan seorang diri.

Namun, bagaimanapun dia harus pergi dari tempat ini jika tidak ingin mati dengan rasa ketakutannya ataupun menjadi santapan hewan buas. Anggaplah dirinya kini tersesat di sebuah hutan yang luas.

Dengan langkah yang gontai kini Tata melangkah padahal saat dirinya bangun dari kematiannya tenaganya serasa begitu kuat. Kemana kini tenaga itu menguap pergi?

Malam mulai merayap dan gelap semakin kelam. Tata terus melangkah tak tentu arah hingga pada suatu perjalanannya itu dia melihat lagi hantu tanpa kepala mengejar-ngejar dirinya.

Tata mulai bersemangat lagi untuk berlari. Sebenarnya bukan bersemangat tetapi rasa takut akan hantu yang mengendalikan dirinya.

"Huh, huh, huh." Tata mulai ngos-ngosan berlari. Dia menoleh ke belakang dan bernafas lega ketika hantu tersebut tidak mengikutinya lagi.

Namun, dia kaget dan terlihat begitu syok melihat Aldi ada di depannya.

"Kamu kenapa sih Ta?" tanya Aldi melihat raut wajah ketakutan di wajah Tata.

"Pergi! Kumohon jangan ganggu aku lagi. Aku sudah lelah kalian permainkan!" Tata berkata sambil menutup kedua matanya dengan kedua telapak tangannya.

"Kalian? Siapa maksudmu?" tanya Aldi heran.

"Jangan pura-pura tidak tahu."

"Hei aku benar-benar tidak mengerti. Kalian? Siapa yang kau maksud dengan kalian?"

"Anak buahmu. makhluk-makhluk gaib itu. Kamu bersekutu dengan setan, kan?" tuduh Tata membuat Aldi tampak kaget dan syok.

"Apa maksudmu? Dari tadi aku hanya sendirian saja. Aku takut pada setan mengapa bisa bersekutu dengannya?"

"Jadi laki-laki tadi bukan dirimu?"

Bersambung.

Episodes
1 Bab 1. Pikiran Buruk
2 Bab 2. Diserang Para Arwah
3 Bab 3. Saat Tata Pergi
4 BAb 4. Roh Atau Bukan?
5 BAB 5. Bangkit Kembali
6 Bab 6. Bersekutu Dengan Setan?
7 Bab 7. Berputar Dalam Tempat Yang Sama
8 Bab 8. Sampai di Kampung
9 Bab 9. Keanehan
10 Bab 10. Kecurigaan
11 Bab 11. Tebak-tebak Buah Manggis
12 Bab 12. Jeritan Tata
13 Bab 13. Diam
14 Bab 14. Kerasukan
15 Bab 15. Mengincar Janin
16 Bab 16 Pertolongan Untuk Lisa
17 Bab 17. Teringat Pada Tata
18 Bab 18. Tata Sadar
19 Bab 19. Berbaur Bersama Ibu-ibu
20 Bab 20. Ada Yang Hilang
21 Bab 21. Rencana Pencarian
22 Bab 22. Sebuah Alasan
23 Bab 23. Proses Pencarian
24 Bab 24. Makhluk Berupa Awan
25 Bab 25. Calon Penyelamat
26 Bab 26. Bukan Lisa
27 Bab 27. Diculik Sundel Bolong
28 Bab 28. Menyerah Dan Pertolongan Untuk Aldi
29 Bab 29. Mendarat
30 Bab 30. Cemas
31 Bab 31. Luwang Mayit
32 Bab 32. Cerita Masa Lalu Ibu Dari Aldo
33 Bab 33. Mimpi Apa Nyata?
34 Bab 34. Hanya Mimpi
35 Bab 35. Jejak
36 Bab 36. Pekuburan
37 Bab 37. Pocong Yang Aneh
38 Bab 38. Mengintai
39 Bab 39. Ada Yang Meniru
40 Bab 40. Rumah Pak Hasan
41 Bab 41. Pergi Ke Pabrik Petis
42 Bab 42. Kecurigaan Putri Pada Aldi
43 Bab 43. Kecurigaan Putri Pada Aldi (2)
44 Bab 44. Menemani Putri
45 Bab 45. Tebakan Putri
46 Bab 46. Tidak Semudah Itu
47 Bab 47. Mulai Siaga
48 Bab 48. Jejak Tata
49 Bab 49. Aksi Penyelamatan
50 Bab 50. Pingsan
51 Bab 51. Akhirnya Sadar
52 Bab 52. Surat Di Atas Meja
53 Bab 53. Rencana Penyelidikan (1)
54 Bab 54. Hampir Salah Paham
55 Bab 55. Rencana Penyelidikan (2)
56 Bab 56. Hanya Saksi Bukan Bukti
57 Bab 57. Satu Bukti
58 Bab 58. Hampir
59 Bab 59. Perlawanan
60 Bab 60. Racun
61 Bab 61. Mendapatkan Penawar
62 Bab 62. Kebakaran
63 Bab 63. Kematian Bu Langsa
64 Bab 64. Menghilangnya Putri Pak Langsa
65 Bab 65. Satu Selamat Satu Meninggal
66 Bab 66. Keanehan Di Dapur Bu Langsa
67 Bab 67. Mayat Bangkit
68 Bab 68. Peringatan Kakek Tua
69 Bab 69. Penemuan Mayat Aldo
70 Bab 70. Masihkah Ada Setan?
71 Bab 71. Dunia Lain
72 Bab 72. Menyeberang
73 Bab 73. Bukan Alam Kematian
74 Bab 74. Bersembunyi
75 Bab 75. Goa Bawah Tanah
76 Bab 76. Tertangkap
77 Bab 77. Ketahuan
78 Bab 78. Melarikan Diri
79 Bab 79. Kabur Bersama
80 Bab 80. Pertarungan Kembali
81 Bab 81. Ambulance Untuk Aldi
82 Bab 82. Identitas Aldi
83 BAB 83. Desa Wisata (Tamat)
Episodes

Updated 83 Episodes

1
Bab 1. Pikiran Buruk
2
Bab 2. Diserang Para Arwah
3
Bab 3. Saat Tata Pergi
4
BAb 4. Roh Atau Bukan?
5
BAB 5. Bangkit Kembali
6
Bab 6. Bersekutu Dengan Setan?
7
Bab 7. Berputar Dalam Tempat Yang Sama
8
Bab 8. Sampai di Kampung
9
Bab 9. Keanehan
10
Bab 10. Kecurigaan
11
Bab 11. Tebak-tebak Buah Manggis
12
Bab 12. Jeritan Tata
13
Bab 13. Diam
14
Bab 14. Kerasukan
15
Bab 15. Mengincar Janin
16
Bab 16 Pertolongan Untuk Lisa
17
Bab 17. Teringat Pada Tata
18
Bab 18. Tata Sadar
19
Bab 19. Berbaur Bersama Ibu-ibu
20
Bab 20. Ada Yang Hilang
21
Bab 21. Rencana Pencarian
22
Bab 22. Sebuah Alasan
23
Bab 23. Proses Pencarian
24
Bab 24. Makhluk Berupa Awan
25
Bab 25. Calon Penyelamat
26
Bab 26. Bukan Lisa
27
Bab 27. Diculik Sundel Bolong
28
Bab 28. Menyerah Dan Pertolongan Untuk Aldi
29
Bab 29. Mendarat
30
Bab 30. Cemas
31
Bab 31. Luwang Mayit
32
Bab 32. Cerita Masa Lalu Ibu Dari Aldo
33
Bab 33. Mimpi Apa Nyata?
34
Bab 34. Hanya Mimpi
35
Bab 35. Jejak
36
Bab 36. Pekuburan
37
Bab 37. Pocong Yang Aneh
38
Bab 38. Mengintai
39
Bab 39. Ada Yang Meniru
40
Bab 40. Rumah Pak Hasan
41
Bab 41. Pergi Ke Pabrik Petis
42
Bab 42. Kecurigaan Putri Pada Aldi
43
Bab 43. Kecurigaan Putri Pada Aldi (2)
44
Bab 44. Menemani Putri
45
Bab 45. Tebakan Putri
46
Bab 46. Tidak Semudah Itu
47
Bab 47. Mulai Siaga
48
Bab 48. Jejak Tata
49
Bab 49. Aksi Penyelamatan
50
Bab 50. Pingsan
51
Bab 51. Akhirnya Sadar
52
Bab 52. Surat Di Atas Meja
53
Bab 53. Rencana Penyelidikan (1)
54
Bab 54. Hampir Salah Paham
55
Bab 55. Rencana Penyelidikan (2)
56
Bab 56. Hanya Saksi Bukan Bukti
57
Bab 57. Satu Bukti
58
Bab 58. Hampir
59
Bab 59. Perlawanan
60
Bab 60. Racun
61
Bab 61. Mendapatkan Penawar
62
Bab 62. Kebakaran
63
Bab 63. Kematian Bu Langsa
64
Bab 64. Menghilangnya Putri Pak Langsa
65
Bab 65. Satu Selamat Satu Meninggal
66
Bab 66. Keanehan Di Dapur Bu Langsa
67
Bab 67. Mayat Bangkit
68
Bab 68. Peringatan Kakek Tua
69
Bab 69. Penemuan Mayat Aldo
70
Bab 70. Masihkah Ada Setan?
71
Bab 71. Dunia Lain
72
Bab 72. Menyeberang
73
Bab 73. Bukan Alam Kematian
74
Bab 74. Bersembunyi
75
Bab 75. Goa Bawah Tanah
76
Bab 76. Tertangkap
77
Bab 77. Ketahuan
78
Bab 78. Melarikan Diri
79
Bab 79. Kabur Bersama
80
Bab 80. Pertarungan Kembali
81
Bab 81. Ambulance Untuk Aldi
82
Bab 82. Identitas Aldi
83
BAB 83. Desa Wisata (Tamat)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!