"Ya benar. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kenapa kita hanya terus berputar-putar dalam tempat yang sama?" tanya Tata heran.
Aldi tidak menjawab malah mendekat ke arah bunga putih yang ditinggalkannya tadi pagi karena bunga itu tampak bersinar di tengah malam yang mulai menggelap. Ya cahaya remang-remang tadi sudah seutuhnya menjadi gelap dan senter yang dibawa keduanya sudah kehabisan baterai begitupun dengan nasib ponsel mereka yang sudah mati. Biarlah toh di tempat itu tidak ada sinyalz keduanya tidak bisa menghubungi siapapun.
melihat Aldi melangkah kata pun terdiam sambil memandangi langkah Aldi yang berjalan menuju bunga putih bersinar itu. tata tampak takjub melihat cahaya yang menyala dari bunga tersebut.
"Wah bisa dijadikan penerangan nih bunga dalam perjalanan kami," batin Tata.
"Ambillah dan bawa kemari!" teriak Tata kegirangan. Untuk sementara dia melupakan kesedihannya yang tersesat sudah dua hari di dalam tempat yang seperti hutan itu.
Dari pantulan cahaya itu Tata melihat Aldi yang menunjukkan jempolnya.
"Oke siap," jawabnya.
Aldi pun meraih bunga putih itu dengan pelan dan hati-hati. Dia takut bunga itu mengandung listrik sehingga akan menyetrum dirinya sebab bunga itu tiba-tiba saja memantulkan cahaya terang. Tidak disangka bunga itu tidak berbahaya dan bisa Aldi pegang seperti sebelumnya.
Aldi meraih bunga itu kemudian berjalan ke arah Tata yang sudah menunggu dengan senyum manisnya.
"Wow bagus sekali," kagum Tata melihat bunga itu nampak indah sekali.
"Mau pegang?" tanya Aldi menawarkan bunga itu akan dipegang oleh Tata?
"Boleh-boleh mana!" pinta Tata dengan antusias.
Aldi pun memberikan bunga itu pandangan Tata dengan hati-hati. Tata meraih bunga itu masih dengan senyum manisnya. setelah sampai di tangan tata bunga tersebut langsung dicium oleh gadis itu.
"Uh, harumnya! Aku tidak pernah menemukan bunga seharum ini," ucap Tata semakin kagum saja.
Bersamaan dengan itu kelopak bunga putih yang ada dalam genggaman Tata mengurai dan terbang ke udara. serpihan kelopak itu membentuk jalan dan masih mengeluarkan cahaya terang secara memanjang.
"Wah apa ini? Amazing! Fantastis!" kekaguman Tata berlipat ganda.
Saat Tata hanya memandang bunga itu dengan kagum Aldi tampak memikirkan sesuatu. Sepertinya dia tidak bisa mengabaikan apa yang terjadi pada bunga itu mengingat bunga itu sudah dua kali membantunya. Aldi berpikir pasti ada arti dari mengurainya kelopak bunga putih itu membentuk sebuah jalan dan cahaya. Tiba-tiba dia berpikir bahwa itulah jalan keluar dari daerah yang menyesatkan itu.
"Tata sepertinya kita harus berjalan mengikuti arah serpihan kelopak bunga itu." Aldi mengambil kesimpulan.
"Baiklah Al tidak ada salahnya kita mencoba, lagipula kita tidak tahu arah tujuan untuk pulang," sambut Tata akan pemikiran Aldi.
"Baiklah kalau begitu kita ikuti saja bunga itu!" ajak Aldi. Tata mengangguk dan berjalan beriringan dengan Aldi mengikuti arah yang seakan ditunjukkan oleh bunga putih.
Semalaman Aldi dan Tata melangkah, tetapi seakan tak sampai-sampai.
"Aku capek Al sepertinya ini tidak ada ujungnya." Tata hampir saja menyerah. Tenaganya terkuras sudah. Bayangkan semalaman mereka berjalan kaki dan hanya mengandalkan penerangan dari cahaya bunga tersebut tanpa ada jeda berhenti semenitpun.
Aldi memang melarangnya untuk berhenti walaupun sejenak karena takut jejak cahaya dari bunga itu menghilang begitu saja dan mereka sama sekali tidak akan pernah bisa keluar dari tempat itu.
"Bersabarlah Sebentar lagi pagi akan menyingsing, mungkin sebentar lagi bunga itu pun akan berhenti melayang-layang di udara dan menuntun kita ke tempat yang kita inginkan," bujuk Aldi.
Tata tidak menjawab tetapi hanya tampak meringis. Dia sudah benar-benar tidak kuat berjalan.
Melihat Tata yang seakan menyerah Aldi langsung berjongkok dan menggendong tubuh Tata.
"Mau apa kamu Al?" tanya Tata kaget Aldi bertindak tanpa meminta persetujuannya.
"Biar ku gendong biar cepat," ucap Aldi dan Tata yang memang sudah tidak kuat itu akhirnya mengangguk pasrah.
"Kau berat sekali ternyata padahal sudah dua hari tidak makan secara normal," ucap Aldi.
"Bukannya marah dikatakan berat, justru sebaliknya Tata tersenyum senang.
"Itu tandanya stok lemak di tubuhku masih banyak. Untung saja tiga hari yang lalu aku makan sampai 5 kali dalam sehari. Jadi saat tersesat aku tidak kelaparan meski makan roti sedikit-sedikit," tutur Tata.
"Ah kamu mah memang doyan makan, tapi sayangnya tubuhmu nggak gemuk-gemuk dan anehnya kalau diangkat begini malah berat," protes Aldi sambil terus berjalan mengikuti kelopak bunga putih yang beterbangan di udara itu. Cahayanya semakin ke sini semakin memudar.
Hingga pada sebuah ujung kelopak itu berhenti Aldi melihat ada pantai dan beberapa rumah di pinggirnya yang samar-samar terlihat.
"Ta sepertinya ada rumah tuh!" tunjuk Aldi pada sebuah rumah besar yang berdiri kokoh dan memanjang di pinggir pantai berbentuk persegi panjang.
"Iya Al, akhirnya kita bisa keluar dari tempat yang gelap itu."
Tata merosot dari gendongan Aldi dan turun ke bawah.
Pagi menjelang matahari mulai bersinar terang dan kelopak bunga pemberi cahaya itupun menghilang.
"Al sepertinya itu sebuah perkampungan!" tunjuk Tata pada banyaknya rumah yang berjejer, tetapi jaraknya terlihat jauh dari pantai tempat kaki keduanya memijak.
"Sepertinya iya," ucap Aldi lalu menghela nafas lega.
Mereka pikir setelah sampai ke rumah-rumah penduduk dia akan meminta tolong untuk diantarkan pulang ke rumah mereka masing-masing.
"Kalau begitu mari kita temui penduduk di sini!" ajak Aldi dan Tata pun mengangguk setuju. Keduanya lalu berjalan ke rumah besar memanjang tersebut untuk meminta pertolongan untuk pertama kalinya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments