"Ta, itu ada delman mengarah ke sini," tunjuk Aldi ke arah sebuah dokar yang berjalan melintas di jalanan seolah bergerak menghampiri dirinya dan Tata dengan seorang kusir yang berjenis kelamin wanita.
"Akhirnya Al kita bisa keluar juga dari tempat ini. Ya Allah terima kasih." Tata langsung bersujud ke tanah melakukan sujud syukur karena Tuhan telah mengirimkan seseorang untuk membawa mereka keluar dari kampung ini.
"Sepertinya Ta ayo kita segera ke sana," ajak Aldi saat kendaraan itu berhenti 1 meter di depan mereka.
"Bu antarkan saya ke pintu gapura ya," ucap Tata sambil naik ke atas delman. Wanita yang menjadi kusir tersebut hanya mengangguk tanpa menjawab dengan suara sepatah katapun.
"Ibu orang sini ya? Oh ya Bu kalau kendaraan yang tidak bermotor seperti delman ini tidak dilarang ya masuk ke daerah ini?" tanya Aldi pada wanita itu yang juga dijawab dengan anggukan.
"Aneh kenapa dia tidak berbicara sih," bisik Aldi di telinga Tata.
Tata mengangguk. "Mungkin dia tuna wicara dan baru sekarang aku menemui kusir kereta kuda yang berjenis kelamin perempuan. Biasanya kan pak kusir, tetapi ini malah bu kusir." Mereka sedikit tersenyum melihat keunikan ini seakan lupa dengan kegalauannya hari ini.
"Kakk kakk kakk!"
Terdengar suara burung gagak menggelegar di atas kepala mereka.
"Aldi aku takut," Tata mendekap erat tubuh Aldi dengan keringat jagung yang mulai bercucuran.
"Hei tidak usah takut sebentar lagi kita akan keluar dari tempat ini." Aldi mencoba mengelus pundak Tata agar bisa tenang meski ketakutan di hatinya sendiri belum bisa sirna.
"Aku takut diantara kita akan saling meninggalkan, kata orang-
orang suara burung gagak itu menandakan ada orang yang akan mati," ucap Tata, kini air matanya luruh sudah membasahi pipi cantiknya. Dalam hati ia berharap bukan dirinya yang meninggal. Namun, kalau sampai Aldi yang mati dia pun tidak rela. Dia akan takut tersesat sendirian di jalan desa ini.
"Jangan berkata begitu kata orang suara burung gagak itu hanya pemberi kabar bahwa ada orang yang meninggal di tempat yang jauh bukan di sini atau juga bukan kita yang akan meninggal," ucap Aldi sedikit membuat Tata merasa lega.
Sementara mereka
berbincang-bincang delman telah membawa tubuh mereka jauh dari tempat itu.
"Kok belum sampai-sampai sih Al bukankah biasanya kalau menggunakan kendaraan akan lebih cepat sampai daripada kita berjalan kaki. Apa memang kita yang tersesatnya kejauhan ya hingga delman ini harus muter-muter jauh agar bisa membawa kita keluar dari tempat ini."
"Mungkin," jawab Aldi. Dia juga tidak paham dengan situasi ini.
Tata menoleh ke belakang ingin bertanya kepada bu kusir apakah perjalanan yang akan mereka tempuh masih jauh untuk sampai di pintu gapura kampung.
"Aaaa, kuntilanak!" Tata berteriak ketakutan. Dia melihat ibu kusir itu berubah menjadi kuntilanak yang mengerikan. Wajah wanita itu penuh luka dan matanya bulat seakan mau lompat serta mengeluarkan air mata darah.
"Hihihi." Kuntilanak itu tertawa-tawa dengan suara yang melengking di telinga Tata. Tata langsung melompat dari tempat duduknya hingga tubuhnya terbentur ke tanah.
"Tata!" teriak Aldi dan ikut melompat ke bawah.
"Al, kuntilanak Al, aku takut. Lebih baik aku mati saja kalau begini terus, hiks ... hiks ... hiks." Tata lalu meracau tidak jelas karena suaranya yang bercampur isak tangis tidak kedengaran.
"Hus, jangan ngomong gitu," ujar Aldi. Meskipun rasa takutnya tidak kalah dengan Tata, tetapi sebisa mungkin Aldi menekan ketakutannya itu.
"Hei ayo bangun kita lanjutkan perjalanan pulang lagi," perintah Aldi.
"Aku takut, aku tidak ingin melihat wajah serem itu lagi."
"Hei kau bermimpi ya? Mana ada kuntilanak di sini?" tanya Aldi.
Tata menunjuk wanita yang mengendarai delman itu dengan jari telunjuk sedangkan matanya ia tutup dengan telapak tangan kirinya.
"Mana ada? Itu masih ibu yang tadi," protes Aldi karena memang orang yang mengendarai delman tersebut memang wanita tadi bukan kuntilanak seperti yang dikatakan Tata.
Tata merenggangkan jari-jari tangan kirinya dan mengintip keluar dari sela-sela jari itu. Dia terlihat kaget melihat memang yang mengendarai delman memang wanita tadi.
"Tapi mana kuntilanak itu? Masa iya aku salah lihat? Atau memang aku yang berhalusinasi?" batin Tata masih merasa aneh.
"Ayo naik lagi!" perintah Aldi, Tata menggeleng tidak mau. Dia masih was-was dengan yang dilihatnya tadi.
"Ayo biar kita bisa cepat keluar dari tempat ini." Tata menggeleng lagi.
"Sudah dekat kan Bu pintu keluar dari kampung ini?" Aldi beralih bertanya pada wanita yang Tata tadi anggap kuntilanak. Wanita itu masih tetap sama, menjawab setiap pertanyaan dengan anggukan.
"Ayo! Kalau tidak mau saya tinggal," ancam Aldi. Kalau dia mengikuti keinginan Tata untuk berjalan kaki lagi pasti akan lama sedang hari sudah semakin petang saja. Berjalan di tempat itu siang hari saja rasanya gelap dan sepi apalagi kalau sampai malam menjelang.
Terpaksa Tata menurut karena tidak ingin ditinggal sendirian. Dalam hati berharap semoga perasaannya tadi tidak benar. Mungkin karena dirinya kelelahan sedari pagi berjalan terus dengan pikiran kacau membuat dia berhalusinasi.
"Lebih cepat lagi ya Bu memacu kudanya sebab hari sudah hampir malam," pinta Aldi. Sekali lagi wanita itu mengangguk.
Aldi meraih air mineral di dalam tas, membuka tutup botol kemudian memberikan kepada Tata. "Ini minum dulu, kekurangan cairan bisa membuat kita tidak fokus bahkan dehidrasi," ucap Aldi. Tata pun mengangguk dan meraih botol minuman itu dari tangan Aldi dan langsung meneguknya.
Setelah puas minum, Tata mengembalikan botol tersebut ke tangan Aldi. Sekarang giliran Aldi yang meneguk minuman itu. Rasanya sangat segar di tenggorokan.
Delman itu terus berjalan hingga sampai pada suatu tempat yang diliputi asap putih sehingga menghalangi pandangan Tata dan Aldi.
"Ini tempat apa Al?" tanya Tata mulai ketakutan lagi.
"Tidak tahu." Aldi menjawab sambil mengedarkan pandangannya ke segala penjuru.
"Kuburan, orang ini membawa kami ke kuburan." Aldi sebenarnya ketakutan setengah mati. Peluh sudah membasahi seluruh tubuh. Namun, mengingat ada Tata yang juga penakut dia memilih diam saja.
Aldi menoleh hendak protes pada pemilik delman itu. Namun, mulutnya menganga tatkala wanita itu berubah menjadi kera dan langsung melompat ke ranting pohon. Barulah Aldi sadar bahwa apa yang dikatakan Tata tadi adalah benar bukan halusinasi semata. Wanita itu bukanlah manusia.
Aldi mengambil kendali untuk mengendarai delman itu tatkala melihat Tata sudah sadar bahwa mereka ada di daerah pemakaman.
"Al ini kuburan Al."
"Tenanglah kita akan segera pergi dari sini!" Aldi memacu kuda agar berjalan lebih kencang. Namun, sayang asap putih yang lebat menghadang perjalanan mereka dan langsung mengubah diri menjadi arwah-arwah yang bergentayangan.
Tata tampak gemetar sedangkan Aldi menahan diri agar tidak pipis di celana. Baju keduanya sudah sama-sama basah oleh keringat.
"Kita lari saja Ta!" seru Aldi melihat kuda sudah tidak mau bergerak.
Mereka pun lari dengan terbirit-birit. Para arwah gentayangan mengejar mereka.
"Tolong! Tolong!" Tata berteriak meminta tolong karena hampir saja kuku kuntilanak itu mencengkeram bahunya. Bahkan terlihat beberapa hantu dengan muka yang penuh darah dan keriput menggotong keranda dan membawanya menuju ke arah Tata.
Aldi menoleh, tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa karena dirinya sudah dikepung oleh para pocong.
"Tolong! Tolong!" teriak mereka berdua. Suara keduanya memenuhi udara. Namun, kemudian suara Tata mulai menghilang karena lehernya mulai tercekik.
"Allahuakbar, Allahuakbar!
"Allahuakbar, Allahuakbar!
Suara azan sayup-sayup terdengar. Seketika itu para arwah langsung menghilang begitu saja.
Untuk sesaat Tata dan Aldi bisa menghembuskan nafas lega.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Ganuwa Gunawan
atuut juga baca sendirian
mangkaning malem ini aah
2022-11-09
1
Yurnita Yurnita
banyak baca ayat dan berdoa
2022-10-11
1
Randy_Chavaladruva
sekali2 bikin cerita KKN Mahasiswa genre horor+misteri thor
2022-10-10
1