"Ayo cepat Ta, kita harus pergi dari tempat ini sebelum suara adzan itu berhenti!" Aldi menarik tangan Tata agar cepat berlari.
Mereka berdua pun berlari sambil berpegangan tangan sebab tidak ingin berpisah satu-sama lain.
"Ayo cepat Ta!" teriak Aldi saat pegangan tangan Tata terlepas dan gadis itu berhenti sejenak karena nafasnya sudah ngos-ngosan berlarian terus-menerus. Apalagi leher Tata sakit akibat dicekek oleh kuntilanak tadi. Ditambah pula mereka sudah dari pagi terjebak di daerah yang mereka sendiri tidak tahu itu dimana.
Benarkah mereka masih berada dalam kampung yang sama ataukah mereka sudah memasuki kampung lain?
"Aku capek Al, istirahat sebentar tidak apa-apa, kan?" Tanya tata dengan suara yang mulai melemah.
"Aku takut hantu-hantu tadi keluar lagi Ta karena suara adzan sudah berhenti," ucap Aldi sambil mengedarkan pandangannya ke segala arah.
Malam sudah menjemput, hari pun mulai gelap. Terdengar lolongan serigala dari jauh. Jangkrik-jangkrik pun mulai berkonser ria membuat suara grasak-grusuk dari tikus yang hendak berlari ataupun bersembunyi.
"Semoga tidak turun hujan," ucap Aldi dengan penuh harap. Dalam keadaan seperti ini dia masih bisa bersyukur sedari pagi tidak turun hujan padahal semalam sebelum mereka memutuskan untuk masuk ke kampung ini di rumah mereka hujan deras.
"Ah, aku tidak kuat," ringis Tata. Satu tangan memegang lehernya yang terasa sakit dan tangan yang satunya menekan kepalanya yang tiba-tiba berdenyut kencang.
"Bertahanlah Ta aku yakin kita akan selamat," ucap Aldi memberikan semangat. Namun, Tata sudah tidak bisa menahan bobot tubuhnya lagi. Dia terjungkal ke samping dan menutup mata.
"Ta kamu kenapa Ta? tanya Aldi panik.
"Ta, bangun Ta!" Aldi mengguncang tubuh Tata agar sadar, tetapi tidak berhasil. Tata tetap saja tidak bereaksi dan memejamkan mata.
Aldi lalu memeriksa denyut nadi Tata. Ternyata denyut itu sudah berhenti. Aldi menangis menyadari sahabatnya itu telah tiada. Tata pergi untuk selamanya.
"Tata!" teriak Aldi hingga suaranya menggema di segala penjuru.
Aldi teringat akan ucapan Tata tadi saat mereka berada di atas delman.
"Aku takut Al. Aku takut diantara kita akan saling meninggalkan, kata orang-orang suara burung gagak itu menandakan ada orang yang akan mati."
"Bangun Ta! Kau sadarlah, kau tidak boleh mati!" Aldi tidak terima dengan keadaan ini.
"Bangun Ta, bangun!" Aldi masih mengguncang tubuh Tata. Dia masih tidak percaya Tata akan meninggalkan dirinya.
"Ta bangun, jangan tinggalkan aku sendiri! Aku tidak bisa berjalan seorang diri. Aku terlalu penakut Ta untuk melewati semua ini sendirian. Sadarlah dan berjanjilah kita akan berjuang bersama untuk bisa keluar dari tempat terkutuk ini. Bangun Ta, jangan tinggalkan aku. Hiks ... hiks ... hiks." Tangisan Aldi terdengar pilu dan menyayat hati.
Tiba-tiba gerimis turun dari langit seakan ikut bersedih mengiringi kepergian Tata. Aldi
mengeluarkan sarung dari dalam tas dan mencari tempat berteduh yang tepat. Saat menemukan pohon yang begitu rimbun dengan dedaunannya, Aldi menghampar sarung miliknya di bawah pohon tersebut.
Setelah selesai dia mengeluarkan sarung lagi dan mengikatnya pada ranting pohon dengan mengunakan akar gantung beringin sebagai talinya.
Aldi berjalan ke arah Tata dan langsung menggendong tubuh sahabatnya yang sudah terbujur kaku itu. Aldi meletakkan tubuh Tata di atas alas sarung tersebut dan dirinya ikut duduk di samping Tata sambil berselonjor kaki.
Aldi menatap ke depan dengan pandangan yang hampa. "Ta, apa yang harus aku katakan pada orang tuamu? Tidakkah kau merasakan bagaimana sulitnya jadi diriku? Kalau begini caranya bawa saja aku pergi bersamamu. Aku tidak tahu bagaimana caranya mengurus jenazahmu sendirian di tempat yang seperti ini."
Aldi tampak menghembuskan nafas kasar. Pikirannya gusar dan kacau. Tidak mungkin dia meninggalkan tubuh Tata di tempat ini karena bisa saja menjadi santapan hewan buas. Namun, tidak mungkin juga membawa tubuh Tata ikut bersamanya mengingat dia tidak tahu arah jalan pulang.
"Ya Tuhan asalkan kau menghidupkan Tata kembali, aku bernadzar akan menikahinya kelak."
Duarr
Kilatan cahaya di sertai suara petir menggelegar. Tidak berselang lama hujan deras pun turun membasahi bumi. Sarung yang menjadi atap tempatnya duduk basah sudah sehingga merembes ke bawah. Kepala Aldi terkena air hujan.
Namun, pria itu tidak perduli, dia tidak bisa meninggalkan tubuh Tata hanya untuk mencari tempat teduh yang lain. Lagipula dimana juga dia akan mendapatkan tempat teduh di tempat seperti itu. Yang ada hanyalah pohon seperti tempatnya berteduh sekarang.
Pakaian Aldi maupun Tata basah kuyup oleh air hujan. Air mata Aldi yang masih mengalir pun sudah bercampur dengan tetesan air hujan.
"Ya Allah aku harus apa?"
Sekarang kepala Aldi terasa berdenyut kencang dan seperti menekan-nekan. Aldi menyentuh kepalanya lalu memijit secara perlahan.
Limbung, tubuh Aldi sudah tidak bisa tegak lagi. Diapun pingsan di samping tubuh Tata yang tenang.
***
"Aku ada dimana?" Aldi nampak bingung sepertinya dia berada di tempat yang lain. Jika dari tadi tubuhnya berada dalam belahan dunia yang menakutkan, tetapi tidak kali ini dia berada dalam taman yang dihiasi bunga-bunga yang bermekaran. Kupu-kupu bersayap indah terlihat terbang ke sana kemari.
"Andai saja ada Tata di sini. Gadis itu pasti sangat senang." Aldi tahu Tata menyukai bunga.
Raut wajah yang tadinya terlihat cerah kini berubah redup tatkala Aldi mengingat dirinya tidak akan pernah bertemu lagi dengan Tata.
Dengan perlahan Aldi duduk di tempat duduk taman berbentuk meja segiempat yang terbuat dari marmer berhiaskan kaca di atasnya sehingga seolah Aldi duduk pada sebuah kaca.
"Tempat ini nampak indah sekali, tapi sayang sepi. Apa gunanya indah kalau tidak banyak yang menikmati," gumam Aldi mengingat di tempat itu tidak menemukan seorang pun di sana.
Aldi mengedarkan pandangan. Pria itu mengernyit kala melihat seorang wanita berbaju serba putih melambaikan tangan ke arahnya. Aldi mengernyit dan tanpa sadar langsung mengikuti arah wanita tersebut melangkah.
Belum dekat jarak mereka wanita itu berbalik dan tersenyum. "Aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu," ucap wanita itu dan langsung dijawab anggukan oleh Aldi.
"Apa permintaanmu?" tanya wanita itu dengan senyum yang merekah seperti bunga-bunga di sekitarnya.
"Aku hanya ingin kami berdua selamat dan kembali ke rumah kami," ucap Aldi dengan tatapan datar.
Wanita itu memetik bunga putih menyerupai melati, tetapi ukurannya raksasa dan rantingnya panjang menyerupai tali.
"Kau ambillah ini. Jika kau berhasil mengendalikan bunga ini maka sahabatmu itu akan terbangun kembali dan kalian akan terbebas dari tempat yang menyeramkan itu." Wanita itu tampak mengulurkan bunga tersebut ke hadapan Aldi.
"Apa kau tidak berbohong?" tanya Aldi sedikit ragu.
"Tidak, dia yang akan menuntun perjalanan kalian. Mungkin tidak akan mudah dan kalian tidak akan bisa cepat langsung pulang. Namun, saya jamin suatu saat nanti kalian akan bisa kembali," jelas wanita itu.
"Terima kasih," ucap Aldi tersenyum penuh harap.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Chaca 03
Kasihan Aldi sendirian. Tata jangan mati dong😢
2022-09-19
2