"Tolong!" teriak Lisa dengan suara kencang.
Aldi dan Topan yang mendengar teriakan dari Lisa segera berlari ke arah datangnya suara.
"Ada apa Lis kenapa kamu tampak panik seperti itu?" tanya Aldi penasaran.
"Itu Al, Tata kan sedang mandi di dalam, tadi saya mendengar suara dia menjerit dan ketika saya panggil tidak ada suara jawaban sedangkan kamar mandi sudah terkunci dari dalam," jelas Lisa dengan ekspresi yang masih bingung.
"Ta! Ta!" panggil Aldi tetap tidak ada jawaban. Lisa yang menatap Aldi hanya menggeleng lemah, terlalu khawatir dengan kondisi Tata di dalam sana.
Dor dor dor. Aldi tampak menggedor pintu.
"Ta buka Ta! Kau masih di dalam, kan?" tanya Aldi ikut khawatir dan panik.
"Pan bantu aku," pinta Aldi pada Topan.
Topan mengangguk.
"Lis kau mundur!" perintah Topan dan Lisa langsung menyingkir ke samping.
Aldi dan Topan saling memberi kode dan mereka sama-sama mengangguk sebelum keduanya mendobrak pintu.
Brak.
Dengan sekali dobrakan, pintu terbuka sudah. Terpampang dari dalam sana Tata sudah terbaring tidak berdaya di atas lantai kamar mandi yang basah. Untung saja tubuhnya sudah terbungkus handuk kalau tidak pasti auratnya akan terlihat oleh Aldi dan Topan. Kalau dilihat Aldi sih masih mending bagaimana kalau sampai dilihat Topan yang seorang playboy.
Segera Aldi berlari ke dalam sebelum Topan masuk terlebih dahulu. Aldi langsung meraih tubuh Tata, membenarkan letak handuknya agar tidak melorot kemudian membawanya keluar dari kamar mandi dan masuk ke kamar Lisa dan Tata.
Setelah meletakkan tubuh Tata di atas ranjang Aldi memeriksa kening dan kepada Tata yang mungkin saja terkena benturan pada lantai kamar mandi yang licin. Siapa tahu Tata juga demam dan menyebabkan dia sakit kepala dan juga pingsan.
"Bagaimana Al, ada yang terluka?" tanya Lisa sedikit khawatir karena Tata belum sadar dari pingsannya.
"Alhamdulillah tidak ada yang lecet sedikitpun, tolong ambilkan dia minyak angin barangkali dengan mencium aroma obat itu Tata bisa sadar kembali," pinta Aldi pada Lisa sedangkan Topan hanya duduk di pinggir ranjang menatap keadaan Tata yang belum bergerak juga.
Lisa mengangguk dan mencari barang yang diminta oleh Aldi.
"Oh iya Al aku lupa minyak anginku sudah habis," ucap Lisa menyayangkan.
"Coba cari di dalam tas Tata!" perintah Aldi lagi sedang dia masih memeriksa tubuh Tata.
"Tubuhnya juga tidak panas malah dingin sedingin es," ucapnya lagi.
Lisa tampak mengubek-ubek tas Tata, tetapi tidak menemukan yang dicari.
"Tidak ada Al," lapornya.
"Kalau begitu ambil minyak kayu putih saja di tasku!"
"Baik Al." Segera Lisa berlari ke kamar Aldi dan Topan lalu mencari keberadaan tas Aldi. Setelah menemukannya langsung langsung membuka resleting dan merogoh ke dalam mencari keberadaan minyak kayu putih di sana.
"Ah dapat akhirnya." Lisa bernafas lega, mengambil barang itu dan berlari lagi ke kamarnya sendiri.
"Ini Al." Lisa mengulurkan benda di tangannya pada Aldi.
"Oke terima kasih." Aldi meraih minyak kayu putih di tangan Lisa lalu membalurkan ke dahi dan sedikit mengoleskan di hidung Tata.
"Bisa minta bantuan lagi Lis?"
"Katakan saja Al kalau bisa pasti akan aku bantu."
"Oke saya minta kamu balurkan minyak kayu putih ini di punggung Tata dan sekalian gantikan handuknya dengan pakaian, bagaimana bisa?" tanya Aldi meminta persetujuan Lisa.
"Oke siap akan saya lakukan. Kalian keluarlah dulu karena saya akan mengganti pakaiannya."
"Baiklah ayo Topan kita keluar sebentar, ajak Aldi pada Topan yang masih duduk anteng di tepi ranjang.
Topan tampak mengangguk lalu bangkit dari duduknya dan berjalan keluar mengekor di belakang Aldi.
Sementara di dalam, setelah mengunci pintu kamar agar para lelaki itu tidak mengintip Lisa mencari baju Tata dalam tas milik sahabatnya itu dan tanpa banyak bicara langsung mengganti handuk dengan pakaian tersebut, tetapi sebelumnya membalurkan terlebih dahulu minyak putih ke bagian tubuh tertentu.
"Sorry ya Ta terpaksa aku melihat tubuhmu," ucap Lisa merasa bersalah. Dia tahu kalau Tata dalam keadaan sadar pasti dia akan marah jika Lisa melihat lekuk tubuhnya tersebut. Tata sebenarnya selain penakut juga pemalu.
Pekerjaan Lisa mengganti pakaian selesai dan bersamaan dengan itu Tata langsung sadar dan duduk.
"Syukurlah akhirnya kau sadar juga." Lisa bernafas lega.
"Kau tidak apa-apa kan Ta? Aku sedari tadi khawatir lo lihat kamu pingsan."
Tata terlihat diam tidak ada niat sedikitpun untuk menimpali perkataan Lisa. Lisa menatap Tata bingung, gadis itu membalas tatapan mata Lisa tajam.
Tata menatap mata Lisa tak berkedip dan wajahnya terlihat putih pucat dan beku seperti es.
Lisa memalingkan muka karena takut melihat ekspresi wajah Tata.
"Sebentar aku keluar dulu." Lisa berjalan keluar kamar, membuka pintu yang dikunci dan meninggalkan Tata seorang diri.
"Al Tata sudah sadar." Lisa memilih memberitahukan saja pada Aldi biar lelaki itu yang menjaga Tata saja. Nyali Lisa ciut untuk menjaga sahabatnya itu melihat wajah Tata menakutkan.
"Syukurlah kalau begitu, tapi kenapa kau malah akan pergi?" tanya Aldi heran.
"Aku buatkan kalian minuman dulu. Aku tahu pasti kalian haus, bukan? Kalian di rumah pak Bakri tadi juga tidak makan tadi biar sekalian aku masakin buat kalian sekaligus buat makan siang aku dan Aldi nantinya."
"Baiklah lakukan apa yang ingin kau lakukan biar aku yang menjaga Tata. Lagipula aku memang sudah lapar dan beberapa hari ini memang tidak makan." Aldi berkata dengan jujur karena beberapa hari ini perutnya hanya terisi roti dan air saja dan itu membuat tubuh Aldi yang biasa makan nasi tidak bisa merasa kenyang dengan sempurna. Belum makan kalau tidak menyentuh nasi itulah prinsip hidup Aldi.
Lisa mengangguk dan bergegas ke dapur. Daripada melihat wajah Tata yang terlihat seperti mayat hidup mendingan dia berkutat dengan bahan-bahan saja di dapur.
Bahan-bahan itu sebenarnya sudah kemarin sore dia beli dan rencananya akan dimasaknya pagi ini. Namun, Lisa mengurungkan niatnya tatkala mendapat undangan makan pagi di rumah besar milik Pak Bakri itu.
Tangan Lisa lincah memotong sayuran dan bahan-bahan lalu sebelum menyulapnya menjadi makanan yang lezat.
"Ta apa yang kamu rasakan?" tanya Aldi mendekat ke arah Tata.
Tidak ada jawaban, kali ini Tata tidak ingin berbicara apapun.
"Ta katakan apa yang terjadi sampai kau terjatuh di dalam kamar mandi dan pingsan?" tanya Aldi sekali lagi.
Tata tetap diam bahkan pandangan matanya kini menjadi melotot seolah bola matanya ingin melompat keluar.
Melihat Tata hanya diam saja sedari tadi akhirnya Aldi sedikit memaksa.
"Ta, katakan apa yang terjadi? Sejak kapan kau akan mendiamkanku?" tanya Aldi sedikit mengguncang bahu Tata.
"Aku tidak suka dikasari," ucap Tata dengan suara membulat dan terdengar seperti suara laki-laki.
"Astaghfirullah hal adzim, apakah ini beneran Tata?" batin Aldi mulai ragu bahwa orang yang duduk di depannya kini adalah Tata sahabatnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Rara Aida
tata mungkin sudah kerasukan
2024-02-12
0
Chaca 03
Pasti kemasukan. Kemasukan setan😨
2022-09-19
1