"Ta, bangun Ta! Maafkan aku yang sudah melupakan bahkan meninggalkan dirimu," sesal Aldi. Semoga saja tidak apa-apa pada sahabatnya itu.
Aldi mengguncang tubuh Tata agar gadis itu tersadar dari pingsannya. Lama tubuh Tata tidak bereaksi dengan sentuhan tangan Aldi membuat Aldi semakin khawatir saja.
"Ayo dong Ta, bangun!" Aldi teringat akan kematian Tata waktu itu.
"Itu tidak boleh terjadi lagi." Aldi menggendong tubuh Tata untuk dibawanya ke dalam kamar agar itu bisa beristirahat dalam pingsannya.
Mau dibawa kemana itu temannya Nak?" ternyata pemilik perahu tadi mengikuti langkah kaki Aldi ke dalam rumah karena ikut khawatir.
"Ini teman saya pingsan Pak, mau diapakan ya agar bisa sadar? Mau dibawa ke poskesdes juga atau telepon k sini atau dibiarkan beristirahat dulu?" Aldi panik sehingga bicaranya tampak nyerocos begitu saja.
"Sebelum pingsan dia makan apa saja?"
"Ikan gosong di atas wajan panas Pak," sahut Aldi karena hanya itulah yang sempat dilihatnya tadi pagi sebab ketika makan yang lainnnya Aldi sudah ada di luar rumah, berbincang-bincang dengan para ibu.
"Yakin dia tidak mengisap darah?" tanya bapak itu memastikan.
"Tidak tahu Pak tapi Lisa yang dibawa ke poskesdes itu memang mengeluarkan darah dari perutnya. Perkara hisap menghisap saya tidak tahu karena tidak melihatnya karena saya sudah berada di luar rumah." Aldi berkata yang sebenarnya.
"Baiklah kalau begitu kau coba bawa dia keluar dulu!" perintah bapak tersebut dan Aldi menurut.
"Letakkan di lantai!" Aldi mengangguk patuh dan meletakkan tubuh Tata di lantai teras rumah.
Orang-orang yang sedang bekerja menyilap dan memilih jenis ikan berlari ke arah keduanya karena merasa ada yang tidak beres. Mereka semua ingin menyaksikan apa yang sebenarnya telah terjadi. Dia pikir hanya Lisa tadi yang ada masalah, tetapi ternyata ada yang lain lagi. Sampai-sampai mereka rela meninggalkan ikan-ikan mereka yang kini diintip oleh kucing. Biarkanlah menurut mereka toh kucing tidak akan mampu menghabiskan semuanya. Kucing di tempat itu sepertinya sudah enek dengan ikan.
"Ada apa dengan dia?"
"Ada apa dengan gadis itu?
"Ada apa dengannya?"
Kaum ibu-ibu langsung menyerang dengan pertanyaan.
"Pingsan setelah kerasukan," jawab Aldi terpaksa jujur. Barangkali dengan berkata apa adanya mereka bisa membantu diri dan juga teman-temannya apabila ada masalah nantinya.
Ibu-ibu tampak saling berbisik dan ada satu orang diantaranya berlari mengambil seekor ikan dan membawanya masuk ke dalam rumah. Ada seorang Juga yang membawa masuk bunga melati ke dalam rumah. Aldi tidak bertanya sebab sudah paham dengan semuanya.
Setelah tubuh Tata diletakkan di atas lantai bapak tadi tampak menadahkan tangan seperti orang berdoa. Setelah itu mencium keduanya tangan seperti orang yang mengakhiri doa juga.
Usai melakukan sesi berdoa bapak itu langsung mengarahkan kedua tangannya di atas perut Tata dan menekannya. Awalnya ditekan dengan lembut, tetapi kemudian semakin keras dan semakin keras saja.
"Uhuk-uhuk." Tata terbatuk dan dari mulutnya keluar percikkan darah.
"Benar kataku gadis ini sudah diperalat sebagai perantara untuk mendapatkan darah." Bapak itu semakin kuat menekan perut Tata. Kali ini darah yang keluar menyembur dengan jumlah yang begitu banyak.
"Uhuk-uhuk." Akhirnya Tata sadar dan langsung duduk. Dia kaget melihat di sekitarnya banyak darah. Lebih kaget lagi Aldi dalam pikirannya untung saja Lisa tidak sampai kekurangan darah karena banyak yang dihisap oleh mahkluk yang masuk ke dalam tubuh Tata.
"Apa yang terjadi? Mengapa banyak darah di sekitarku?" Tata tampak bingung sekali.
Wanita itu menatap wajah para ibu-ibu yang ekspresi wajahnya biasa saja seolah mereka sudah sering melihat hal yang semacam itu.
"Minumlah, tapi sebelumnya jangan lupa kumur-kumur dulu." Seorang ibu menyodorkan segelas air yang sempat dituang dari sebuah kendi.
Tata mengangguk dan menurut. Dia meraih gelas tersebut dan berkumur-kumur lalu membuang air kumuran itu ke tanah.
"Bagaimana rasanya air kendi itu?" tanya bapak tadi.
"Rasanya panas di lidah," jawab Tata.
"Berarti kamu belum bersih." Bapak itu menarik kesimpulan.
"Jadi saya harus apa?" tanya Tata bingung.
"Berbaring kembali biar saya coba untuk mengeluarkan isi perutmu lagi," perintah bapak itu.
Tanpa banyak bicara Tata langsung berbaring dan telentang. Bapak itu mengulang gerakannya tadi.
Saat menekan tubuh Tata yang keluar sekarang adalah darah berwarna hitam yang berbau anyir yang keluar.
"Berikan dia minum dalam kendi langsung!"
"Baik Paman." Seorang ibu-ibu muda memberikan kendi berisi air kepada Tata. Tata langsung meneguk air itu melalui lubang corong kendi.
"Bagaimana, masih panas atau hangatkah?" tanya bapak itu lagi.
"Tidak, yang sekarang malah terasa dingin dan segar di tenggorokan," jawab Tata.
"Syukurlah kalau begitu, berarti kamu sudah terbebas dari pengaruh makhluk itu lagi dan insyaallah tubuhmu tidak akan kerasukan kembali. Namun, perlu diingat jangan pernah membiarkan pikiranmu kosong lagi biar tidak memberikan jalan bagi mereka untuk masuk ke segala urat nadimu."
"Baik Pak, pesan-pesan bapak akan saya ingat kembali," ucap Tata dengan penuh keyakinan.
"Lebih baik adik mandi sekarang agar tidak bau darah lagi," usul seorang ibu muda.
"Aku ingin mandi tapi takut," ucap Tata. Dia mengingat kejadian tadi pagi di mana dirinya diganggu oleh sesosok bayangan di kamar mandi dan akhirnya tidak sadarkan diri.
"Kalau begitu mandi di rumahku saja, kebetulan tidak jauh dari sini. Itu rumahku," tunjuk seorang ibu kepada rumah yang terlihat kecil dan mungil, tetapi terawat dan bersih. Di halamannya tertata batu kerikil yang putih bersih.
"Baiklah."
"Al tolong ambilkan aku baju ganti di tas ya!"
"Oke siap," ucap Aldi lalu bergegas masuk ke dalam rumah dan masuk ke dalam kamar untuk mengambil pakaian Tata. Setelah itu menyerahkan baju pada Tata dan gadis itu pergi bersama pemilik rumah kecil dan mungil itu.
Bersamaan dengan itu Pak Bakrie berjalan ke arah para ibu-ibu yang masih betah berdiri di teras rumah tersebut.
"Eh ada pak Bakrie e, cepat bersihkan darah ini!"
Seorang ibu langsung bergegas mengambil ember berisi air yang sebenarnya disiapkan untuk cuci tangan mereka dan segera mengguyur ke lantai. Bekas darah sudah bersih berganti basahnya air saja.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments