"Tata apa yang kamu lakukan?" teriak Topan dengan suara kesal.
Tata menoleh dengan geram. Taring-taring giginya semakin memanjang begitupun dengan kukunya yang memanjang dua kali lipat. Dia bersiap menyerang pada Topan.
Topan langsung menyadari bahwa orang yang dihadapinya sekarang bukanlah Tata, tetapi makhluk astral yang ingin bermain-main dengannya.
"Baiklah akan aku layani."
Topan sudah sering ikut pamannya sebagai pemburu hantu jadi menghadapi mahkluk seperti itu sangatlah mudah untuknya.
Topan diam sesaat, membaca mantra-mantra yang pernah dia dapatkan dari belajarnya.
Tampak Tata menatap dengan aura kebencian terhadap Topan dan terlihat siap menyerang. Namun, lama-lama mantra yang dibaca Topan bereaksi.
Tata tidak bisa bergerak dan diam di tempat. Perlahan kuku dan gigi taringnya yang meruncing itu mulai mengerut dan akhirnya kembali seperti semula. Tubuh Tata bergetar hebat kemudian luruh ke lantai. Gadis itu terlihat pingsan.
Topan segera berlari mendekati Lisa dan segera menggendongnya keluar dari rumah. Laki-laki itu panik melihat perut Lisa mengeluarkan darah.
"Bertahan Lis aku akan membawamu berobat," ucap Topan pada Lisa yang sudah memejamkan mata.
Segera Topan berlari dengan panik.
"Kenapa dia Pan?" teriak Aldi yang melihat Topan berlari-lari dengan panik. Aldi yang sedang berbicara dengan para ibu-ibu yang sedang menyilap ikan segera berlari ke arah Topan melihat ada yang aneh dengan ekspresi laki-laki itu. Apalagi Topan terlihat menggendong seseorang.
"Bantu aku Al tanyakan pada mereka dimana aku bisa menemukan rumah sakit di kampung ini."
"Kenapa dia Pan?"
"Perutnya tertusuk dan mengeluarkan banyak darah. Cepat Al tanyakan dimanakah posisi rumah sakit. Saya tidak ingin dia sampai kehilangan banyak darah."
Topan ngaco mana ada rumah sakit di kampung, yang ada hanya bidan atau perawat yang bertugas di sana.
Segera Aldi berlari ke kerumunan orang-orang.
"Ada apa Dik? Sepertinya ada yang serius ya?" tanya ibu-ibu langsung bisa menebak kepanikan Topan yang dilihatnya dari jauh.
"Iya Bu, di sini ada rumah sakit, klinik kesehatan atau apapun namanya yang penting ada dokternya?" tanya Aldi panik.
"Rumah sakit tidak ada, tapi adanya hanya pelayanan di balai desa yaitu di ruangan poskesdes. Cepat bawa segera pasiennya takut-takut bu bidan sudah berangkat bertugas di puskesmas," saran seorang ibu.
"Dimana posisi balai desanya Bu?" tanya Aldi lagi.
"Di dusun sebelah, di sana!" tunjuk seorang ibu ke arah depan.
"Jauh tidak Bu?"
"Paling hanya tujuh ratus meteran," jawab ibu yang lainnya.
Aldi menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dalam otaknya berpikir bagaimana bisa sampai ke tempat itu dalam keadaan kampung yang tidak memiliki kendaraan bermotor satupun. Bisa lama sampainya dan bisa terlambat penanganan yang akan dilakukan terhadap Lisa.
"Saya akan panggil suami saya," ucap salah seorang ibu sambil berlari ke rumahnya. Beberapa saat kemudian langsung kembali bersama seorang pria.
"Kita lewat jalur laut saja biar cepat sampai sebab kalau lewat darat jalannya berputar-putar," ucap pria yang katanya salah satu suami dari ibu-ibu itu.
"Apapun itu yang penting cepat tolong teman saya Pak." Aldi memohon.
Bapak-bapak itu segera bersiap dan dengan sigap melompat ke atas perahu lalu menghidupkan mesin perahunya.
"Ayo!" Bapak itu melambai-lambaikan tangan ke arah Aldi dan Topan yang sekarang juga ada di sisi Aldi.
"Ayo Pan, apa perlu aku bantu untuk membawakan Lisa?" tanya Aldi menawarkan diri.
"Tidak usah ayo kita pergi!" ajak Topan sambil berjalan menuruni undakan menuju pantai sambil terus menggendong tubuh Lisa.
Aldi pun mengangguk dan berjalan cepat mengikuti langkah Topan yang besar.
Mereka bertiga ditambah pemilik perahu yang kini menjadi nahkoda kini sudah ada di atas perahu dan siap berlayar.
Benar kata pemilik perahu itu posisi balai desa bisa dengan cepat di tempuh melalui jalur laut. Ada sekitaran lima belas menit mereka sudah sampai di pinggir laut yang dekat dengan balai.
"Itu dia balai desanya dan poskesdes nya ada di samping balai itu," jelas pemilik perahu sebelum mereka turun.
"Baik Pak terima kasih." Buru-buru Topan turun disusul Aldi di belakang.
"Bapak kembali saja dulu sebab bapak harus istirahat," saran Aldi. Aldi tahu dari istri pria itu saat mengobrol tadi bahwa bapak ini baru pulang sejak semalam melaut. Ya kebanyakan dari nelayan di sini bekerja melaut, berangkat sore hari dan datang saat pagi bahkan ada yang pagi menjelang siang.
"Tidak usah biar saya tunggu disini biar kalau kalian pulang nanti tidak repot mencari kendaraan lagi," tolak bapak di atas perahu itu.
"Baiklah," ucap Aldi pasrah lagi pula di tempat ini sangat susah untuk mencari tumpangan. Jadi, kalau ada yang menawarkan kebaikan sebaiknya diterima saja.
Aldi berlari menyusul Topan yang sudah ada di depan poskesdes. Untung saja bu bidan dan perawat desa yang bertugas lagi belum berangkat ke puskesmas untuk bertugas.
Setelah bertanya-tanya bu bidan dibantu perawatnya itu langsung menangani Lisa. Seorang dokter yang dekat rumahnya dengan poskesdes datang membantu karena hari ini sedang libur.
"Bagaimana keadaannya Dok?" tanya Topan sangat khawatir. Aldi hanya terdiam sambil mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan. Dia tampak takjub melihat peralatan di sana cukup lengkap.
"Untung segera dibawa kemari, kalau tidak pasien pasti akan kekurangan banyak darah," jelas dokter.
Topan mengangguk, benar ini sesuai prediksinya. Untung saja dia belum terlambat membawa Lisa ke poskesdes itu.
"Jadi keadaannya bagaimana Dok?" tanya Topan masih khawatir.
"Pasien baik-baik saja hanya butuh istirahat dan meminum obatnya. Pasien juga sudah sadar dari pingsannya, dan satu lagi janinnya juga dalam keadaan baik-baik saja," jelas dokter panjang lebar.
"Apa?" Topan kaget mendengar kenyataan bahwa Lisa ternyata sedang hamil.
Topan saja terlihat kaget apalagi Aldi.
"Lisa hamil?" tanya Aldi memastikan pendengarannya tidak salah.
"Iya, yang mana suaminya?" tanya bu bidan. "Janinnya sudah berumur dua bulan, jangan lupa diperiksa ya tiap bulannya," lanjut bu bidan lagi.
Aldi menunjuk Topan. Dalam hati berkata siapa lagi kalau bukan Topan ayah dari janin dalam kandungan Lisa sebab keduanya sudah dua bulan ini terlihat lengket kayak perangko.
"Oh dijaga dengan baik ya Pak ibunya. Jangan sampai lengah. Bagaimana mungkin sampai bapaknya membiarkan perut ibunya teriris pisau. Saya minta tolong agar bapak tidak membuat ibunya jadi stres," ucap bidan tersebut mengingatkan Topan. Ibu bidan itu menyangka bahwa Lisa hendak melakukan percobaan bunuh diri.
"Baik Bu pasti akan saya jaga," jawab Topan tidak ingin pembicaraan menjadi panjang lebar. Meskipun dirinya belum menikahi Lisa anggap sajalah dirinya adalah suami Lisa di depan orang-orang.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Chaca 03
Untung Topan segera datang
2022-09-19
1