"Jadi laki-laki tadi bukan dirimu?" tanya Tata heran.
"Bukanlah, orang dari tadi aku muter-muter nggak ketemu jalan keluar juga. Aku tuh dari tadi menghindarimu karena takut yang masuk ke tubuhmu itu roh orang lain masa malah mau dekat-dekat denganmu?"
"Tapi sekarang mengapa nggak takut lagi padaku?" heran Tata karena Aldi tidak kabur sekarang malah mau berbicara padanya.
"Karena melihat raut takut di wajahmu aku menjadi yakin kau benar-benar Tata," jawab Aldi.
"Baiklah kita pergi tempat ini saja sebelum dua hantu yang kutemui kembali lagi dan menemukanku," ajak Tata pada Aldi.
Aldi mengangguk dan mereka berjalan bersama sekarang.
Di tengah perjalanan Tata ingat akan tas dirinya dan tas Tata yang diletakkan di dalam gubuk tadi. Sebab ketakutan Tata pergi begitu saja tanpa mengungsi tasnya itu lagi.
"Al!" panggil Tata dengan suara lemah dan wajah yang terlihat pucat. Dia merasa bersalah sekarang.
"Kenapa?" tanya Aldi sambil mengerutkan kening melihat perubahan wajah Tata secara tiba-tiba.
"Tas kita tertinggal di gubuk itu," ucap Tata dengan rasa bersalahnya.
"Ya sudah biarkan saja," ucap Aldi enteng.
"Mana mungkin Al, baju-baju kita ada di sana juga persediaan makan kita." Entahlah Tata keberatan meninggalkan tasnya itu. Apakah tas yang dipakainya itu adalah tas kesayangannya yang dibelikan oleh pamannya saat pergi ke Inggris dan tentu saja harganya sangat mahal.
"Ah kalau saja tahu akan begini aku tidak akan memakai tas tersebut," sesal Tata Dena suara kecil.
"Kenapa, sayang tas atau sayang nyawa?" tanya Aldi heran dengan pemikiran Tata.
Tata terlihat cemberut. "Sayang dua-duanya. Kalau bisa pulang dengan selamat tanpa meninggalkan tas tersebut. Lagipula di dalam sana masih banyak stok roti dan air mineral. Kalau kita tersesat dalam waktu lama lagi masih bisa makan roti dan tidak akan kelaparan. Ambilkan ya Al," bujuk Tata membuat Aldi pasrah dan menggeleng lemah.
"Baiklah kita kembali ke sana, ayo!" Aldi menarik tangan Tata agar menunjukkan tempat yang dimaksud Tata tersebut.
"Kau berjalanlah di depan!" perintah Aldi karena hanya Tata yang tahu tempat itu terletak dimana.
Dengan terpaksa Tata mengangguk toh itu adalah keinginannya untuk pergi ke tempat tersebut.
Tata berbalik dan melangkah dengan arah yang lurus hingga terdengar seorang wanita membacakan sebuah tembang kuno dengan begitu merdunya.
"Apakah ada orang di sini?" tanya Aldi heran.
"Apapun itu, di tempat seperti ini kita tidak boleh begitu percaya dengan penglihatan dan pendengaran kita karena kadang semuanya palsu belaka," nasehat Tata dan Aldi hanya mengangguk membenarkan.
Mereka terus berjalan hingga suara tembang itu semakin nyaring di telinga dan bukannya merdu lagi suara tersebut terdengar seperti menyayat hati.
"Mengapa lagunya begitu sedih ya Al?" Tata dapat menebak itu lagu sedih meskipun dia tidak mengerti dengan bahasa yang digunakan.
"Jangan terlalu dirasakan. Kita bisa terjebak di tempat ini jika kau bersimpati pada pemilik suara itu," nasehat Aldi.
Tata tersadar dan mengangguk. "Cepatlah Al itu pondoknya dan tas kita ada di dalam, dia atas kasur lapuk berwarna ungu," beber Tata.
"Baiklah kau tunggu di sini saja ya! Saya akan masuk sekarang juga mumpung orang itu masih fokus dengan nyanyiannya," ucap Aldi dan segera dia bersiap untuk mendekati gubuk itu sebelum masuk ke dalam.
"Bantu aku dengan membacakan amalan yang kau punya," pinta Aldi.
"Aku harus baca doa apa?" tanya Tata barangkali Aldi ada rekomendasi surat-surat untuk menghilangkan setan dari tempat tersebut.
"Apapun itu, surat Alfatihah pun jadi kalau kau tidak menghafal surat yang lainnya."
Tata tepuk jidat mendengar perkataan Aldi. Benar-benar tuh orang seperti mengejek dirinya dengan mengatakan hanya hafal surat Alfatihah saja.
"Gini-gini aku juga ngaji loh Al," protes Tata.
"Ya sudah baca apa saja yang penting jangan putus-putus baca sampai aku kembali ke dekatmu lagi," pinta Aldi.
"Baiklah aku baca ayat kursi saja, tadi efektif untuk mengusir para hantu itu," ucap Tata.
"Itu juga bagus, kalau begitu aku pergi dulu," pamit Aldi dan mulai melangkahkan kaki mendekati tempat tersebut. Dalam hati tak henti-hentinya Aldi menyebutkan asma Allah dalam setiap nafas dan detak jantungnya. Tak pernah putus-putus Aldi menyebut nama Tuhan karena kalau itu terjadi setan yang ada di sana bisa saja merasuki tubuhnya.
Saat Tata membaca ayat kursi dan Aldi selalu menyebut Asma Allah suara itu hening. Buru-buru Aldi masuk ke dalam. Terlihat seorang wanita duduk membelakangi sambil bersila dengan sebuah buku di hadapannya seperti orang mengaji saja.
Terlihat semua aktifitas berhenti sementara seolah Aldi merasakan dunia itu berhenti sesaat. Cepat-cepat Aldi mengambil tas miliknya dan juga milik Tata kemudian buru-buru keluar dari tempat itu.
Saat sampai di samping Tata ketika gadis itu mau bertanya Aldi langsung mencegah.
"Jangan berbicara apapun, baca saja amalan yang dari tadi kamu baca!"
Tata mengangguk dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Aldi. Aldi menggenggam tangan Tata dan membawanya pergi dari tempat tersebut dengan tak henti-hentinya menyebut asma Allah dan sesekali diselingi dengan mengucapkan shalawat.
Setelah terasa jauh melangkah barulah Aldi melepaskan pegangan tangannya di tangan Tata.
"Sepertinya kita sudah terbebas dari bahaya," ucap Aldi di sambut senyum manis Tata dan helaan nafas lega dari keduanya.
"Sekarang kita cari jalan keluar lagi," ucap Aldi.
Tata mengangguk lalu terduga melihat sesuatu yang menurutnya aneh.
"Al itu bunga itu. Bunga yang ada di dekatku saat aku bangun dari pingsan," ucap Tata.
"Ya benar, ternyata kita kembali ke tempat semua," ujar Aldi.
"Ya benar. Apa yang harus kita lakukan sekarang? Kenapa kita hanya terus berputar-putar dalam tempat yang sama?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments