"Kenapa basah begini?" tanya Pak Bakrie heran melihat serambi rumahnya basah seperti terkena guyuran air hujan saja.
"Oh, itu loh Pak. Tata temannya Nak Aldi ini tadi sedang tidak enak badan dan muntah-muntah," ucap salah seorang ibu.
"Oh begitu ya, kemana dia sekarang? Apa sudah diberikan obat masuk angin?" tanya Pak Bakri dengan ekspresi khawatir.
"Belum Pak, nanti kami akan memberikannya obat dan sekarang dia ikut ibu Loli ke rumahnya untuk dikerok," jelas ibu yang lainnnya.
"Oke baiklah. Saya harus pergi sekarang dan hanya kebetulan lewat di tempat ini," ucap Pak Bakri itu dan langsung pergi meninggalkan semua orang.
Semua orang mengangguk dan berbisik-bisik kemudian kembali ke pekerjaan mereka masing-masing.
Aldi pamit ke dalam rumah untuk beristirahat karena memang sudah lama tidak beristirahat dengan tenang.
Terima kasih ya Bu," ucap Tata kepada Bu Loli karena telah memberikan tumpangan mandi.
"Sama-sama Nak, namamu siapa?" tanya Bu Loli pada Tata.
"Nama saya Tata Bu," jawab Tata dengan ramah.
"Nak Tata makan dulu ya," ucap Bu Loli menawarkan Tata untuk makan di rumahnya.
"Tidak usah Bu," jawab Tata merasa tidak enak atau sungkan.
"Sudah ayo makan saja di sini, kamu pasti sudah lapar kan sebab isi perut kamu sudah keluar semua," bujuk Bu Loli agar Tata mau menerima ajakannya.
"Temani ibu makan ya sebab ibu belum sempat makan sejak tadi pagi," pinta Bu Loli kemudian.
"Baiklah Bu." Tidak enak untuk menolak akhirnya Tata menerima tawaran Bu Loli lagipula perutnya memang sudah terasa sangat lapar. Cacing-cacing dalam perutnya sudah menendang dinding-dinding perutnya sebab sudah kelaparan.
"Ya sudah ayo." Bu Loli menarik tangan Tata dan membawanya ke dalam dapur.
"Maaf ya adanya cuma ini." Bu Loli mengeluarkan oseng-oseng kangkung serta cumi goreng dari dalam lemari makan.
Mereka pun makan berdua. Meskipun menu makanan yang ada hanya menu sederhana menurut Bu Loli, tetapi bagi Tata dirinya merasa sangat menikmati makanan tersebut. Makanan tersebut sangat nikmat di lidah Tata sebab cumi goreng yang dia makan terasa fresh karena diambil langsung dari laut tidak seperti cumi yang dimasak mamanya yang sudah awetkan dengan es sehingga saat dimasak malah mengeluarkan air dan bentuk cuminya menjadi sangat kecil dibandingkan saat belum dimasak.
"Wah ini enak sekali malah menurut Tata Bu," ucap Tata. Selain memang rasa cuminya yang fresh dan tumis oseng kangkungnya yang bumbunya pas Tata juga sudah dua hari tidak menikmati nasi dan lauk pauk serta sayuran. Selama tersesat dirinya hanya makan roti dan saat menemukan makanan di hadapannya yang ada makanan tersebut hanya semu belaka bukan makanan asli seperti yang terlihat sekilas. Yang ada makanan tersebut adalah wujud palsu dari hewan-hewan yang menjijikkan.
"Ayo tambah lagi." Bu Loli menambahkan nasi dan cumi goreng serta sayuran ke dalam piring Tata. Wanita itu tampak senang Tata makan dengan lahap.
"Terima kasih Bu, tapi setelah ini jangan tambah lagi ya Bu sebab Tata sudah kenyang," ucap Tata sambil tersenyum ramah.
"Oke," jawab Bu Loli sambil meneruskan makannya sendiri.
Selesai makan Tata hendak mencuci piring tempatnya makan, tetapi dicegah oleh Bu Loli.
"Tidak usah dicuci biar nanti sore ibu saja yang mencuci pirinngnya. Sekarang ibu harus keluar untuk menyelesaikan tugas ibu menyilap ikan. Lebih baik ikut Ibu keluar yuk!" ajak Bu Loli.
Tata mengangguk pasrah tidak mungkin dia mencuci piring di dalam rumah sementara penghuni rumahnya tidak ada dalam rumah tersebut. Bisa-bisa dia jadi tersangka apabila di dalam rumah tersebut ada yang hilang.
Bu Loli keluar dari rumah dan mengunci pintu rumah sedangkan Tata hanya mengekor sedari tadi.
"Nak Tata bisa kembali ke rumah Nak Tata sendiri untuk beristirahat dan ibu mau melanjutkan pekerjaannya ibu dulu," ucap Bu Loli saat dirinya sampai ke tempat para ibu-ibu berkumpul.
Penasaran dengan apa yang dilakukan ibu-ibu, Tata tidak pergi malah ikut nimbrung dengan mereka semua. Tata menyaksikan bahkan beberapa kali mencoba menyilap ikan.
"Aduh jangan sampai dipatahkan Neng," tegur seorang ibu melihat ikan yang disilap oleh Tata terbelah menjadi 2 padahal seharusnya meskipun dibelah ikan tersebut tidak sampai berpisah perutnya.
"Maaf ya Bu," ucap Tata merasa bersalah karena telah mengacaukan pekerjaan mereka.
"Tidak apa-apa Nak Tata namanya masih belajar wajar kalau salah," ucap Bu Loli didukung anggukan semua ibu-ibu yang ada di tempat ini.
"Sini saya ajari." Seorang ibu muda maju ke samping Tata dan mengajari gadis itu untuk menyilap ikan yang benar.
"Tata ya namanya?" tanyanya pada Tata.
"Iya Mbak," sahut Tata karena melihat perempuan itu masih sangat muda. Mungkin hanya berjarak 2 tahun di atasnya.
"Ini lihat aku! Potong dulu kepalanya lalu belah bagian perutnya tapi jangan sampai terbelah dua." Ibu muda itu berbicara sambil mempraktekkan.
"Oke," sahut Tata lalu mencoba mempraktekkan.
"Ye akhirnya aku bisa," ucap Tata antusias sebab akhirnya bisa melakukan seperti yang mereka bisa. Para ibu-ibu hanya tertawa melihat Tata yang seperti lebay saja.
"Setelah dibeginikan terus ikan ini diapakan? Langsung dijual kah?" tanya Tata penasaran. Hal ini juga berguna sebagai salah satu laporan terhadap tugasnya nanti.
"Dijemur dulu Nak Tata baru dijual," ucap Bu Loli.
"Oh dikeringkan dulu begitu?" tanya Tata memastikan.
"Iya Ta," jawab ibu muda tadi yang telah mengajari Tata.
"Berapa harganya Bu kalau sudah kering nanti?" tanya Tata lagi.
"Harganya beragam, kalau yang ini biasanya cuma 25 ribu tapi kalau yang ini bisa sampai 45 ribu perkilogram," jelas ibu muda tadi.
"Oh murah ya Mbak padahal kalau sudah kering kan ikannya jadi ringan, jadi Tata pikir kalau sekilo itu isinya banyak," tebak Tata.
"Iya memang."
"Tidak rugi ya?" tanya Tata lagi.
"Ya nggak lah kan ikannya menangkap sendiri dari laut. Hanya bermodalkan solar sama tenaga, tetapi tetap rugi sih kalau hasil melautnya sedikit. Kalau sekarang insyaallah nggak rugi soalnya hasil udang, kerang, cumi dan ikan berkualitas lainnnya sudah lebih dari cukup untuk mengganti uang solar. Jadi ikan-ikan ini anggaplah hanya lebihnya saja," jelas wanita muda itu lagi.
Tata hanya manggut-manggut mendengar penjelasan wanita itu.
"Oh ya Mbak boleh tahu nama mbaknya?" tanya Tata, penasaran dengan nama wanita yang mudah akrab itu.
"Saya Rifa," sahut wanita muda itu.
"Oke, Mbak Rifa. Terus ini kepala ikannya akan dibuang atau dikemanakan?"
"Di jual lah."
"Dijual?" tanya Tata heran. "Emang ada yang beli?"
"Ada asal dikeringkan juga dulu nanti kita jual perkilogram juga pada peternak ayam ataupun ikan lele untuk dijadikan makanan hewan peliharaan mereka."
"Oh begitu ya." Tata hanya manggut-manggut mendengar setiap penjelasan dari Rifa.
"Wah enak ya hidup di kampung ini meskipun bukan pegawai negeri para wanita dapat menghasilkan uang juga tidak seratus persen bergantung pada para suami."
"Iya Nak Tata, tetapi punggung dan pinggang kami encok kalau begini setiap hari," ucap Bu Loli membuat semua orang tertawa mendengarnya.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments