Sampai siang hari Lisa dirawat di poskesdes tersebut. wanita itu belum diperbolehkan pulang oleh dokter takut terjadi sesuatu di tengah jalan melihat perutnya masih saja baru dijahit dan belum bisa sembuh total.
"Al kamu katakan saja pada bapak itu bahwa kami akan menginap di sini sementara sampai Lisa sudah benar-benar pulih," saran Topan.
"Baik Pan, kasihan dia kalau harus menunggu kita. Takutnya dia harus melaut sore ini," ujar Aldi.
"Iya sana buruan beritahu bapak itu."
Aldi berlari menuju perahu untuk menyuruh bapak itu pulang duluan.
"Pak! Pak!" teriak Aldi sambil terus berjalan mendekat ke arah perahu.
Tidak ada jawaban dari dalam perahu.
"Kenapa tuh bapak ya, kok nggak menyahut panggilanku," gumam Aldi sambil memegang pinggiran perahu lalu melompat ke atas.
"Pantesan nggak ada yang menyahut rupanya bapak ini sedang tertidur dengan nyenyaknya. Dibangunin nggak ya?" Aldi nampak bingung sendiri.
Mau dibangunkan kasihan, bapak itu sudah terlelap bahkan sampai mendengkur keras. Sudah dapat dipastikan bahwa si bapak kelelahan karena habis melaut.
Aldi yang tidak tega akhirnya turun lagi dari perahu dan mendekati Topan kembali.
"Sudah pulang bapaknya?" tanya Topan penasaran.
"Belum," jawab Aldi singkat.
"Loh kenapa? Bukankah nanti sore bisanya dia sudah berangkat lagi?"
"Tidak tega bangunin dia masih tidur nyenyak."
"Oh ya sudah kalau begitu tunggu saja dia sampai bangun," usul Topan.
"Iya, aku mau tiduran di sana saja ya," tunjuk Aldi pada lantai teras balai desa yang sedang sepi.
"Oke sana biar aku tungguin Lisa saja di sini."
Aldi mengangguk dan berjalan ke arah gedung balai desa. Baru saja hendak membaringkan tubuhnya tiba-tiba Aldi mengingat bahwa dirinya telah meninggalkan Tata sendirian di rumah milik Pak Bakrie itu.
"Tata!" Aldi langsung kaget dan bangkit duduk.
"Pan aku pulang duluan!" teriak Aldi sambil melambaikan tangan kepada Topan.
Topan mengernyit karena Aldi tiba-tiba saja ingin pergi.
"Aneh tuh orang, dari tadi tidak ada keinginan untuk kembali kenapa tiba-tiba ingin kembali mendadak?"
Meskipun Topan tidak mengerti dengan arah pemikiran Aldi tetap saja pria itu mengangguk menyetujui Aldi pergi.
"Pergilah, besok aku akan telepon kamu setelah Lisa diperbolehkan untuk pulang. Kendaraan untuk menjemput Lisa saya serahkan padamu." Topan tak kalah berteriak.
"Oke." Aldi menunjukkan jari jempol tangannya sambil berjalan menjauh.
"Pak bangun Pak, sekarang waktunya untuk pulang." Terpaksa Aldi membangunkan pemilik perahu itu.
Pemilik perahu itu kaget dan langsung bangun. "Mana yang bocor, mana yang bocor?"
Aldi tampak tertawa. "Apanya yang bocor Pak?" tanya Aldi heran.
Pria itu tampak mengawasi bagian bawah perahunya.
"Tidak ada hujan Pak mana bisa atap bocor lagipula nih perahu tidak ada atapnya," protes Aldi.
"Bukan atap Nak yang bocor tapi bagian bawah perahu. Tadi bapak bermimpi perahu ini terhempas karang yang besar dan tajam sehingga bagian bawahnya bocor."
"Oh bapak sedang bermimpi toh Pak?"
"Iya Nak untung saja segera kamu bangunkan kalau tidak mungkin saja mimpi bapak akan merambah ke mimpi yang seram dan menakutkan," ucap bapak pemilik perahu itu.
Syukurlah kalau begitu Pak dan maaf kalau saya membuat bapak kaget. Sekarang kita pulang saja Pak," ajak Aldi.
"Pulang?" Bapak itu masih nampak sedikit bingung selain tidak melihat keberadaan Topan dan gadis yang ditolongnya itu bapak pemilik perahu ini juga belum tersadar sepenuhnya dari tidur sehingga tampak linglung.
"Iya Pak."
"Pulang kemana?"
"Ya ke rumah bapak lah emangnya mau pulang ke mana lagi?"
"Oh iya ya bapak lupa, maklum masih ngelindur baru bangun dari tidur," ucap bapak itu sambil terkekeh.
"Iya Pak nggak apa-apa," sahut Aldi maklum.
"Loh kedua temanmu mana?" tanya bapak tersebut baru menyadari bahwa Aldi hanya seorang diri.
"Masih ada di ruangan poskesdes Pak sebab dokter menyarankan supaya tidak pulang dulu sebab ingin berjaga-jaga dengan kemungkinan buruk yang kapan saja bisa terjadi."
"Oke jadi kita hanya pulang berdua?" tanya bapak itu dan mulai menyalakan mesin perahu kembali.
"Iya Pak memang dengan siapa lagi kan hanya tinggal kita berdua di sini."
"Iya sih tapi kenapa membiarkan mereka berdua saja?"
"Karena ada teman saya satu lagi yang kami tinggal di rumah dan tidak tahu nasibnya akan seperti apa," ucap Aldi.
"Waduh kenapa tidak dibawa juga tadi?" pemilik perahu itu semakin mengencangkan laju perahunya.
"Itulah Pak saya lupa tadi dan saya pikir jika membawa dia saat ini bukannya membantu, tetapi malah merepotkan."
"Mereptkan?" Mendengar penjelasan Aldi bapak tersebut menjadi curiga.
"Apa terjadi sesuatu dengan sahabatmu itu?" tanya bapak pemilik perahu itu penasaran.
"Bagaimana ya Pak." Aldi nampak ragu untuk menceritakan.
"Kenapa, temanmu kerasukan?" tebak pria itu dan Aldi kaget tebakan bapak itu ternyata tepat sekali.
"Darimana bapak tahu soal itu. Kami kan tidak ada yang bercerita tadi," ucap Aldi merasa heran.
"Sudah biasa kalau ada yang menempati rumah itu bakal ada yang kesurupan kalau tidak menyediakan sesajen di rumah itu."
"Sesajen?" Aldi lebih kaget lagi mendengar berita tersebut.
"Iya kalau hidup kalian ingin aman dan damai dan tidak ingin ada yang mengganggu," jelas bapak tersebut.
"Apa sesajennya itu Pak?"
"Bunga melati dan daging yang masih ada darahnya."
"Daging? Daging apa?"
"Daging apapun, ikan yang banyak darahnya seperti cakalang, daging ayam ataupun sapi, kambing juga boleh."
Aldi manggut-manggut mendengar penjelasan dari bapak pemilik perahu yang ditumpangi itu.
"Tidak ada cara lain Pak?"
"Setahu saya selain cara itu tidak ada yang berhasil."
"Bagaimana kalau kita mengundang ustadz saja agar mengusir makhluk pengganggu itu?"
"Dulu pernah mencoba, tetapi ustadz tersebut tidak berhasil dan malah pulang dengan muntah-muntah darah.
Aldi tampak manggut-manggut dan mencoba berpikir keras agar bisa mengusir mahluk itu dari rumah tersebut.
"Satu hal yang pasti, jangan ada diantara kalian walau seorangpun pikirannya kosong karena akan menjadi incaran mahkluk halus itu untuk menguasai tubuh kalian," nasehat bapak itu lagi.
"Baik Pak terima kasih atas semua wejangannya."
Sama-sama. Daripada pikiran kalian kosong mending isi dengan berdzikir ataupun membaca sholawat saja."
"Iya Pak."
Tak terasa perjalanan telah sampai ke dusun mereka kembali. Setelah mengucapkan terima kasih untuk ke berapa kalinya Aldi langsung turun dari perahu. Menaiki undakan di pinggir pantai dan lalu berlari ke rumah mencari keberadaan Tata.
"Tata!" seru Aldi merasa bersalah telah meninggalkan Tata sendirian. Entah sudah berapa lama Tata sudah dalam keadaan pingsan seperti itu.
.
"Ta, bangun Ta! Maafkan aku yang sudah melupakan bahkan meninggalkan dirimu," sesal Aldi. Semoga saja tidak apa-apa.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Chaca 03
Semoga Tata baik-baik saja
2022-09-19
1