"Apa yang kamu lihat?" tanya Aldi yang melihat Tata malah duduk di undakan di samping pintu sambil terbengong-bengong.
"Al menurutmu ada yang aneh tidak dengan nenek itu?" tanya Tata pada Aldi meminta pendapat sahabatnya itu.
"Apanya yang aneh? Biasa saja kok," sahut Aldi.
"Coba kamu perhatikan secara seksama dan aku ingin lihat ketelitianmu," ucap Tata seolah menantang Aldi.
"Oke," jawab Aldi menerima tantangan dari Tata.
Tata mengangguk dan Aldi nampak memperhatikan nenek tua itu. Mencari keanehan yang dikatakan oleh Tata.
"Sudah tua dan bungkuk, tetapi masih sehat untuk menyapu seolah dia tidak ada lelahnya," tebak Aldi.
"Itu memang benar, tetapi bukan itu yang ku maksud dengan keanehannya," sahut Tata.
"Kalau masalah sehat mah kadang banyak nenek-nenek yang lebih sehat daripada yang muda. Mungkin karena makanan mereka sejak dulu terjaga dari bahan yang mengandung banyak
bahan-bahan kimia dalam artian makanannya alami langsung diambil dari kebun atau tempatnya secara langsung tanpa ada bahan tambahan seperti bahan pengawet, perasa dan penyedap," jelas Tata panjang lebar.
"Kau benar mereka para lansia makannya yang sehat-sehat tidak kenal mie instan atau junk food macam kita," ucap Aldi sambil terkekeh.
"Ya begitulah," ucap Tata.
"Mereka juga lebih banyak berjalan kaki dibandingkan berkendara, jadi lebih sehat," imbuh Tata lagi.
"Ya disini kan memang tidak ada kendaraan bermotor," ucap Aldi tiba-tiba ingat dengan peraturan ketika hendak masuk ke kampung ini.
"Iya ya, aku sampai lupa dengan motormu di sana, bagaimana kalau digondol maling?" Tata jadi ingat motor Aldi yang ditahan di gapura itu dan dimasukkan ke ruangan khusus tempat penitipan sepeda ataupun mobil.
"Insyaallah nggak akan hilang dan tenang saja selama kartu karcisnya aku masih pegang katanya kita bisa menuntut untuk di ganti kalau sampai benar-benar hilang," ucap Aldi dengan ekspresi yang tampak tenang.
"Bukan apa sih, saya hanya kasihan sama kamu karena kan motor itu belum lunas kredit," canda Tata lalu tertawa.
"Ah kamu ngejek aku ya," protes Aldi sambil cemberut.
"Eh sorry cuma bercanda," ucap Tata sambil tersenyum dan mengacungkan dua jari tangannya ke atas membentuk piss.
"Sekarang ku maafkan, tapi lain kali nggak," ucap Aldi masih cemberut.
"Sudah dapat belum jawabannya?" tanya Tata lagi beralih pada pembicaraan mereka sebelumnya.
"Bentar aku pikir-pikir dulu," ucap Aldi dan fokus lagi menatap nenek tadi. Mencari-cari apa yang sebenarnya dimaksud oleh Tata tentang keanehan tersebut.
"Apa ya?" Aldi belum menemukan jawaban yang dimaksud Tata sebuah keanehan.
"Cari dong masa gitu aja nggak ngerti," ejek Tata.
"Ya aku nyerah deh," ucap Aldi pasrah.
"Tebak-tebak buah manggis kalau menurutku di sini ada pesugihan," bisik Tata di telinga Aldi membuat pria itu kaget dan mengernyit bingung dengan tebakan Tata. Darimana gadis itu menyimpulkan hal seperti itu.
"Nggak percaya?" tanya Tata lagi melihat ekspresi Aldi seolah tidak percaya padanya.
Aldi tidak menjawab tidak ataupun iya. Pria itu malah lebih fokus menatap nenek yang menyapu itu.
"Memang aneh, kenapa daun-daun yang menjadi sampah itu seakan tidak selesai-selesai disapu. Kenapa pula daun-daun itu malah dimasukkan dalam keranjang pakaian bukan tempat sampah?" Aldi bertanya-tanya dalam hati.
"Bagaimana sudah tahu jawabannya?" tanya Tata setelah melihat raut wajah Aldi yang seakan sudah menunjukkan telah menemukan jawaban mengenai pertanyaan darinya.
Aldi mengangguk.
"Sudah," jawabnya.
Baru saja Aldi hendak memberitahukan keanehan yang ditemukannya, Tata langsung mencegah.
"Tidak usah mengatakan jawabanmu di sini, kita cukup tahu saja. Tidak baik kalau didengar orang-orang yang ada di dalam rumah ini. Bisa saja kita dikatakan memfitnah mereka sedangkan kita belum punya bukti."
Aldi mengangguk.
"Hai sedang apa kalian berdua? kayaknya asyik mengobrol sedari tadi," sapa Lisa yang sudah menyelesaikan sarapannya dan berjalan ke arah pintu mendekati posisi Tata dan Aldi.
"Hanya bicara keindahan laut saja," sahut Tata dan matanya kini menatap lautan biru yang terhampar luas di hadapannya. Ya rumah itu memang berhadapan langsung dengan laut dan posisi rumah yang tinggi membuat mereka langsung bisa menikmati deburan ombak dari rumah tersebut.
"Iya disini alamnya memang indah. Apalagi tidak adanya kendaraan bermotor yang diperbolehkan masuk ke dalam kampung ini membuat udara di daerah ini bersih dan fresh tanpa ada polusi. Di sini yang bisa dibilang kendaraan bermotor hanya perahu saja," jelas Lisa panjang lebar.
Tata hanya mengangguk mendengar penjelasan sahabatnya itu.
"Ayo kita pergi," ajak Lisa kemudian.
"Pergi kemana?" tanya Tata tidak tahu Lisa akan mengajaknya kemana.
"Ke rumah yang dikhususkan oleh ketua adat di sini untuk menampung para tamu," terang Lisa.
"Baiklah ayo," ajak Tata lalu bangkit berdiri.
"Ayo Al," ajak Lisa kepada Aldi melihat pria itu masih saja duduk dengan tenang. Sebenarnya Aldi bukannya tenang bahkan dia sedang memikirkan sesuatu mengenai keanehan dalam rumah ini yang ditemukannya tadi.
"Baiklah ayo!" Aldi pun bangkit berdiri dan mengikuti langkah Lisa dan Tata yang sudah berjalan di depannya. Di belakang mereka kemudian menyusul Topan.
Selama lima belas menit mereka berjalan kaki di sekitaran pantai akhirnya mereka sampai kepada rumah yang juga terletak di di pinggiran pantai.
Lisa tampak memasukkan kunci ke handle pintu kemudian membuka pintu rumah tersebut.
"Kau satu kamar denganku saja ya Ta," usul Lisa karena memang rumah tersebut terdiri dari 3 kamar.
"Terserah yang penting aku dapat tumpangan sementara sebelum aku kembali pulang," sahut Tata. Dia butuh beristirahat sementara untuk mengembalikan tenaganya setelah dua hari bertulang tak tentu arah.
"Mau pulang? Kita bareng saja pulangnya," ucap Lisa. Tata melihat Aldi yang mengangguk.
"Al kamu satu kamar dengan Topan ya," ucap Lisa kemudian.
"Nggak ada kamar lain?" tanya Aldi barangkali dia tidak harus sekamar dengan Topan. Aldi merasa malas jika sekamar dengan orang yak sok. Sok pemberani, sok pintar bahkan terkadang Topan tidak segan-segan menghina orang lain.
"Tidak ada Al, hanya dua kamar ini yang bisa digunakan," jelas Lisa.
"Yang itu ruangan apa, apa gudang ya?" tanya Aldi sambil menunjuk salah satu ruangan yang terletak paling pojok.
"Mungkin saya tidak tahu juga," jawab Lisa.
"Bagaimana kalau saya bersihkan dan saya akan tidur di sana saja?" pamit Aldi.
"Maaf Al kata Pak Bakri ruangan itu tidak boleh ditempati," ucap Lisa.
"Pak Bakri, siapa dia?" tanya Aldi penasaran.
"Itu Bapak pemilik rumah tadi dan sekaligus pemilik rumah ini," jelas Lisa.
"Oh dia ya. Ya sudah deh saya satu kamar saja dengan Topan," ucap Aldi pasrah.
"Baiklah silahkan masuk ke kamar masing-masing karena kalian pasti lelah kan?" tanya Lisa. Keduanya mengangguk dan masuk ke kamar dengan membawa tasnya sendiri-sendiri.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Noer Maulidha
ceritanya bagus..kok sedikit peminat.klo sy suka yg horor2.si tata ini indigo ya thor.apa krn setelah mati suri kmrn.jd bs meliaht yg orang gak bs lihat
2023-10-11
1
Randy_Chavaladruva
keren
2022-10-11
0
Chaca 03
Kayaknya memang ada pesugihan deh
2022-09-19
0