Sisi Gelap Seorang Hakim

Sisi Gelap Seorang Hakim

Bab 1. Mimpi Buruk

Seorang pria yang sedang bercucuran peluh terbaring risau dalam tidurnya. Dia tidak sedang bercinta ataupun semacamnya. Namun, lelaki itu tengah mengalami mimpi buruk yang sudah mengganggunya selama beberapa tahun terakhir. Dia adalah Makutha, hakim muda dengan banyak luka masa lalu.

Kepala Makutha berpaling ke kiri dan ke kanan seakan berusaha menghalau mimpinya. Dia kembali melihat wajah sahabat yang seperti menuntutnya untuk segera membalaskan sebuah perlakuan tak adil yang ia alami.

Abercio mati sia-sia ketika Makutha dipaksa untuk ikut terlibat dalam sebuah aksi tawuran antar pelajar. Setelah kematian Abercio, yang diberi hukuman hanya orang yang menyerangnya. Selebihnya lolos karena salah satu putra Walikota terlibat.

Di dalam mimpinya, Makutha melihat Abercio tersungkur di atas sebuah tanah lapang dengan berlumuran darah. Kepalanya terus mengeluarkan darah hingga mengotori tangan serta baju seragam SMA yang ia kenakan. Sama persis dengan kondisi Cio sebelum kehilangan nyawa.

Keringat dingin semakin mengucur deras membasahi tubuh Makutha. Rasa mual ia rasakan dalam tidur. Lelaki itu dapat mencium dengan jelas aroma amis darah yang keluar dari kepala Cio. Semuanya terasa begitu nyata.

"Tha, aku sudah bilang untuk tidak meladeni mereka! Kenapa kamu bandel sekali!" seru Abercio sebelum kehilangan kesadaran.

Di dalam mimpi itu, Makutha tidak bisa menjawab sepatah kata pun. Dia hanya bisa menangis sesenggukan penuh penyesalan. Sampai akhirnya Abercio mengembuskan napas terakhir. Barulah Makutha bisa menjerit. Tubuhnya bergetar hebat. Mimpi itu terus datang berulang kali dan sukses membuat luka lamanya enggan mengering.

Beruntungnya deringan ponsel berhasil membangunkan Makutha. Lelaki itu tersentak. Dahinya bercucuran keringat, mata lelaki itu basah karena air mata, bahkan seprai yang membalut kasurnya ikut basah karena keringat yang keluar dari tubuhnya ketika mimpi buruk itu terjadi.

"Sial! Sedikit lagi Cio! Aku sudah mulai menjangkau mereka!" umpat lelaki tampan itu sambio mengusap kasar wajahnya.

Makutha menoleh ke arah ponsel yang masih menjerit di atas nakas. Dia meraihnya perlahan, lalu mengintip deretan huruf yang membentuk sebuah nama. Hasna, gadis yang dicintainya itu menelepon. Makutha menggeser tombol hijau ke atas kemudian menempelkan benda pipih itu pada telinganya.

"Halo," sapanya.

"Salam, Bapak! Kebiasaan!" gerutu Hasna.

"Ehm, Assalamualaikum, Ukhti!"

"Waalaikumsalam, Pak. Kenapa? Mimpi buruk lagi? Napasmu terdengar tak beraturan."

"Hm," jawab Makutha singkat sembari memijat pangkal hidungnya.

"Tha, aku kan sudah berulang kali mengatakan untuk ...."

"Tidak terlalu berfokus kepada berandalan itu!" Makutha melanjutkan ucapan Hasna, yang selalu ia dengar setiap gadis itu tahu dirinya baru saja bermimpi tentang kematian Cio. Makutha sudah menghafal semua kalimat itu di luar kepala.

"Aku sudah sering memperingatkanmu, Tha." Hasna membuang napas kasar kemudian kembali bicara.

Makutha membisu. Dia tidak bisa melupakan kejadian 7 tahun tersebut. Bagaimana mungkin dia lupa? Orang-orang jahat itu memaksanya untuk pergi tawuran, sehingga sahabatnya sejak kecil menjadi korbannya.

Belum lagi cara mereka melempar kesalahan kepada Makutha. Dia bahkan dilaporkan sebagai dalang dibalik aksi tawuran tersebut. Terlebih lagi orang yang mengatakan hal itu kepada polisi adalah lelaki yang biasa ia sebut sebagai teman.

Setiap mengingat kejadian itu, dendam Makutha kembali berkobar. Kenangan buruk masa lalu itu, seakan menjadi bahan bakarnya untuk terus melangkah maju membalas perlakuan biadab mereka semua.

"Kalau begitu jangan lupa minum obatmu sebelum mulai sidang nanti!" seru Hasna setengah putus asa

"Iya, aku akan segera bersiap. Terima kasih." Sebuah senyum tipis terukir di bibir lelaki tampan itu.

"Oke. Ah ya, mimpimu itu ...." Ucapan Hasna menggantung di udara.

Seketika senyap. Hanya terdengar hembusan napas serta suara berisik dari beberapa rekan kerja Hasna. Makutha mengerutkan dahi.

"Ada apa dengan mimpiku?"

"Ah, tidak. Lupakan saja! Aku akan membangunkanmu setiap hari. Aku tahu pasti mimpimu ini terus berulang dan membuatmu susah untuk segera terbangun, bukan?"

Makutha terdiam. Gadis yang dicintainya sejak lama ini benar. Dia selalu susah bangun ketika mimpi buruknya datang. Lelaki itu mengembuskan napas berat kemudian mengusap wajahnya kasar.

"Terserah kamu sajalah! Aku harus segera bersiap."

"Oke. Kebetulan IGD penuh malam ini. Aku rasa seharian ini aku akan tidur seperti beruang yang sedang hibernasi!" seru Hasna sembari terkekeh di ujung kalimatnya.

Makutha tersenyum sekilas kemudian menutup sambungan telepon setelah mengucap salam. Lelaki itu kembali meletakkan ponselnya di atas nakas dan mulai menyingkap selimut, dan merapikan kasurnya. Setelah itu dia turun dari ranjang dan mulai bersiap untuk bekerja.

Di sisi lain, Hasna segera bersiap untuk pulang. Dia menunggu rekan kerjanya datang sambil berkemas. Dokter cantik itu melangkah santai menuju ruang kerja. Setelah sampai di ruanh kerjanya, Hasna mulai memasukkan beberapa buku ke dalam tas. Tak lupa dia juga membereskan beberapa peralatan medis serta beberapa hasil laboratorium dari pasien yang menjadi tanggungjawabnya.

Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu. Praba, sahabat Hasna sejak SMA memasuki ruangan berukuran empat meter persegi itu. Gadis itu tersenyum lebar kemudian berjalan ke arah Hasna.

"Nih, buat kamu!" Praba menyodorkan sebuah amplop berwarna merah muda.

Hasna menautkan alis kemudian meraih amplop tersebut. Dokter cantik itu mulai membuka amplop serta mengeluarkan isinya. Sontak Hasna terbelalak.

"Kamu serius, Ba?" tanya Hasna sambil menatap amplop yang dia pegang dan Praba secara bergantian.

"Iyalah!" Praba melipat lengan lalu mengangguk berulang kali sambil memejamkan mata.

"Oh, jadi ini alasannya kenapa kamu getol ingin ikut Direktur ke Bali waktu itu? Kamu ingin menemui kakak pemandu wisata tampan itu, ya?" Hasna tersenyum miring.

"Enak aja! Nggaklah!" sanggah Praba.

"Hilih!" Hasna mencembikkan bibir sembari menyipitkan mata.

Praba yang kesal terhadap sikap Hasna pun segera menghampiri gadis itu kemudian menjepit kepalanya di antara ketiak. Hasna terkekeh sambil terus meronta. Dia berusaha melepaskan diri dari Praba. Namun, sia-sia. Badan Hasna kalah besar dengan sahabatnya itu.

"Lepas! Ada telepon, nih!" seru Hasna.

"Halah, alasan! Aku nggak percaya!"

"Dih, nih kalau nggak percaya!" Hasna merogoh saku snelli-nya, lalu menunjukkan layar ponsel yang berkedip karena ada panggilan masuk.

Perlahan Praba melepaskan kepala Hasna dari himpitannya. Hasna langsung membenarkan jilbab yang berantakan akibat ulah sahabatnya, kemudian langsung menjawab panggilan dari sang ibu.

"Ya, Bunda."

Seketika Hasna terbelalak. Dia dan Praba saling menatap. Praba berulang kali mendongak berusaha menanyakan alasan keterkejutan sang sahabat. Setelah Hasna menutup panggilan telepon, barulah Praba tahu alasan kenapa dokter cantik itu terlihat begitu panik.

"Makutha diserang seseorang!" seru Hasna.

...****************...

Hihi, siapa yang nunggu kisah Makutha?

Sambil nunggu karya ini update, mampir juga yukk ke karya salah satu sahabat Chika.

Terpopuler

Comments

abdan syakura

abdan syakura

Assalamu'alaikum
Salken,,Thor....
Aq mampir nih
Beda nih ceritanya dr sekian byk Novel di NT....
Semangat, Kak 🥰🥰💪🤺

2023-03-18

1

Ayuk Noy

Ayuk Noy

aku mampir kak..
beri pelajaran yg setimpal untuk mereka yg telah melimpahkan semua kesalahan kepadamu sehingga sahabatmu menjadi korbannya....
semangat makutha💪💪

2022-12-13

1

Tita Dewahasta

Tita Dewahasta

halo mas makutha

2022-09-21

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Mimpi Buruk
2 Bab 2. Penyerangan
3 Bab 3. Ekor
4 Bab 4. Residivis
5 Bab 5. Terkejut
6 Bab 6. Mati
7 Bab 7. Kesamaan
8 Bab 8. Miki
9 Bab 9. Pola yang Sama
10 Bab 10. Kembalinya Ketua Geng Cantul
11 Bab 11. Dendam
12 Bab 12. Jamuan Geng Cantul
13 Bab 13. Kekejaman Toni
14 Bab 14. Pertanyaan untuk Makutha
15 Bab 15. Pacar Hasna
16 Bab 16. Begal Keperawanan
17 Bab 17. Ancaman
18 Bab 18. Jagal Geng Cantul
19 Bab 19. Menghibur Hasna
20 Bab 20. Kegalauan Ferdi dan Tito
21 Bab 21. Menemui Tito
22 Bab 22. Sebut Saja Dewa Penyelamat
23 Bab 23. Menyerahkan Diri
24 Bab 24. Krisis Kepercayaan
25 Bab 25. Sengaja atau Tidak?
26 Bab 26. Interogasi
27 Bab 27. Musuh dalam Selimut
28 Bab 28. Orang Asing
29 Bab 29. Drama Pasangan Penghianat
30 Bab 30. Bermuka Dua
31 Update Bab 30
32 Bab 31. Mengadili Ferdi
33 Bab 32. Panas Hati
34 Bab 33. Rencana Geng Cantul
35 Bab 34. Terkejut Belum?
36 Bab 35. Penyesalan Maudy
37 Bab 36. Tersangka Baru
38 Bab 37. Hukuman untuk Ferdi
39 Bab 38. Carut Marut
40 Bab 39. Pertemuan Arjun dan Farhan
41 Bab 40. Skenario Liam
42 Bab 41. Berusaha Menjangkau Liam
43 Bab 42. Negosiasi
44 Bab 43. Sekutu Baru
45 Bab 44. Bodyguard Hasna
46 Bab 45. Ragu
47 Bab 46. Drama Pembuktian
48 Bab 47. Ternyata Kamu!
49 Bab 48. Semakin Samar
50 Bab 49. Kemurkaan Sang Ayah
51 Bab 50. Jenjang Karir Kotor
52 Bab 51. Bisnis Gelap Sang Walikota
53 Bab 52. Salah Sasaran
54 Bab 53. Baby Blues
55 Bab 54. Sisi Gelap Makutha
56 Bab 55. Memulai Rencana Bersama Musuh
57 Bab 56. Bayi Kita
58 Bab 57. Surat Panggilan dari Kepolisian
59 Bab 58. Interogasi
60 Bab 59. Penangkapan Sang Hakim
61 Bab 60. Tawanan Cinta
62 Bab 61. Sambutan dari Mereka
63 Bab 62. Tiara Si Gadis Lugu
64 Bab 63. Kekecewaan Tiara
65 Bab 64. Penyesalan Tiara
66 Bab 65. Hari Pertama Persidangan
67 Bab 66. Apakah Ini Akan Menjadi Akhir?
68 Bab 67. Fitting Day
69 Bab 68. Markas
70 Bab 69. Berhasil
71 Bab 70. THE END
72 Karya Baru: Luna and The Dire Wolf
73 Novel Baru: Rahasia Kehamilan Violetta
74 Revenge of The Ugly Lily
75 Gairah Masa SMA
76 Karya Baru: Toko Gaib (Apa yang Kamu Mau Ada di Sini)
Episodes

Updated 76 Episodes

1
Bab 1. Mimpi Buruk
2
Bab 2. Penyerangan
3
Bab 3. Ekor
4
Bab 4. Residivis
5
Bab 5. Terkejut
6
Bab 6. Mati
7
Bab 7. Kesamaan
8
Bab 8. Miki
9
Bab 9. Pola yang Sama
10
Bab 10. Kembalinya Ketua Geng Cantul
11
Bab 11. Dendam
12
Bab 12. Jamuan Geng Cantul
13
Bab 13. Kekejaman Toni
14
Bab 14. Pertanyaan untuk Makutha
15
Bab 15. Pacar Hasna
16
Bab 16. Begal Keperawanan
17
Bab 17. Ancaman
18
Bab 18. Jagal Geng Cantul
19
Bab 19. Menghibur Hasna
20
Bab 20. Kegalauan Ferdi dan Tito
21
Bab 21. Menemui Tito
22
Bab 22. Sebut Saja Dewa Penyelamat
23
Bab 23. Menyerahkan Diri
24
Bab 24. Krisis Kepercayaan
25
Bab 25. Sengaja atau Tidak?
26
Bab 26. Interogasi
27
Bab 27. Musuh dalam Selimut
28
Bab 28. Orang Asing
29
Bab 29. Drama Pasangan Penghianat
30
Bab 30. Bermuka Dua
31
Update Bab 30
32
Bab 31. Mengadili Ferdi
33
Bab 32. Panas Hati
34
Bab 33. Rencana Geng Cantul
35
Bab 34. Terkejut Belum?
36
Bab 35. Penyesalan Maudy
37
Bab 36. Tersangka Baru
38
Bab 37. Hukuman untuk Ferdi
39
Bab 38. Carut Marut
40
Bab 39. Pertemuan Arjun dan Farhan
41
Bab 40. Skenario Liam
42
Bab 41. Berusaha Menjangkau Liam
43
Bab 42. Negosiasi
44
Bab 43. Sekutu Baru
45
Bab 44. Bodyguard Hasna
46
Bab 45. Ragu
47
Bab 46. Drama Pembuktian
48
Bab 47. Ternyata Kamu!
49
Bab 48. Semakin Samar
50
Bab 49. Kemurkaan Sang Ayah
51
Bab 50. Jenjang Karir Kotor
52
Bab 51. Bisnis Gelap Sang Walikota
53
Bab 52. Salah Sasaran
54
Bab 53. Baby Blues
55
Bab 54. Sisi Gelap Makutha
56
Bab 55. Memulai Rencana Bersama Musuh
57
Bab 56. Bayi Kita
58
Bab 57. Surat Panggilan dari Kepolisian
59
Bab 58. Interogasi
60
Bab 59. Penangkapan Sang Hakim
61
Bab 60. Tawanan Cinta
62
Bab 61. Sambutan dari Mereka
63
Bab 62. Tiara Si Gadis Lugu
64
Bab 63. Kekecewaan Tiara
65
Bab 64. Penyesalan Tiara
66
Bab 65. Hari Pertama Persidangan
67
Bab 66. Apakah Ini Akan Menjadi Akhir?
68
Bab 67. Fitting Day
69
Bab 68. Markas
70
Bab 69. Berhasil
71
Bab 70. THE END
72
Karya Baru: Luna and The Dire Wolf
73
Novel Baru: Rahasia Kehamilan Violetta
74
Revenge of The Ugly Lily
75
Gairah Masa SMA
76
Karya Baru: Toko Gaib (Apa yang Kamu Mau Ada di Sini)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!