"Kau masuk komunitas wibu?" tanya Samantha semakin tertarik.
"Ya begitulah, lebih baik kita bicara sambil membeli minum," ajak Tony.
"Kita ke kantin saja," usul Samantha yang membawa Tony ke kantin sekolah.
Mereka berdua terlibat obrolan ringan sampai bell sekolah berbunyi.
"Kita lanjutkan saat menunggu di kelas musik nanti," ucap Samantha yang mengakhiri obrolannya dengan Tony.
Keduanya kemudian menjemput Lucy dan membawanya ke mobil di mana Raphael menunggu.
"Aku titip nona Lucy, aku akan mengikuti kalian dari belakang," ucap Samantha yang sekarang percaya pada Tony.
"Serahkan saja padaku," balas Tony seraya membuka pintu mobil.
Lucy melihat Raphael yang sudah duduk di kursi menunggunya. "Maaf membuatmu menunggu, Raphael," ucapnya.
Tapi, Raphael justru menanggapi dengan wajah masam. Dia tidak suka Lucy yang selalu meminta maaf padanya.
"Apa kau marah?" tanya Lucy yang melihat wajah Raphael yang seperti itu.
"Apa kau selalu seperti ini?" tanya Raphael seraya menarik tangan Lucy supaya duduk di sampingnya. Dia melihat luka di dagu Lucy yang diplester sekarang. "Apa kau akan meminta maaf lagi karena luka ini padaku?"
"Aku memang salah," ucap Lucy tertunduk.
Raphael jadi jengah sendiri, sikap Lucy yang seperti itu sangat mengganggunya. "Dengarkan aku Lucy! Kau bukan anak lemah jadi jangan selalu meminta maaf atas perbuatanmu yang tidak salah!"
Mendengar itu, Lucy langsung menegakkan kepalanya menatap Raphael. Dia kembali menangis.
"Dan jangan cengeng!" tambah Raphael.
"Aku hanya tidak terbiasa berteman, maafkan aku," ucap Lucy yang kembali meminta maaf, dia takut Raphael tidak mau berteman lagi dengannya.
Sepertinya akan sulit mengubah kebiasaan Lucy yang seperti itu.
Di dalam perjalanan tidak ada percakapan di antara mereka. Raphael sedang harap-harap cemas akan misinya sementara Lucy takut salah bicara.
Sampai akhirnya mereka sampai di gedung dimana kelas musik yang direkomendasikan Robin waktu itu.
"Sebenarnya aku belum mendaftar jadi ayo mendaftar bersama," ajak Raphael seraya turun dari mobil dan mengulurkan satu tangannya pada Lucy.
Lucy dengan jantung berdebar menerima uluran tangan Raphael kemudian mereka masuk ke kelas musik untuk mendaftar.
Pada saat itu, Samantha membantu proses pendaftaran sampai selesai. Biasanya Samantha akan terus mengawasi Lucy tapi karena ingin melanjutkan obrolannya dengan Tony, dia memilih berjaga di luar setelah memastikan kelas musik itu aman.
Raphael terus mengawasi gerak gerik Samantha, dia tersenyum miring karena Lucy kini lepas dari pengawasan.
"Untuk murid baru, sekarang tunjukkan bakat musik kalian," ucap guru pengajar.
Raphael maju dan menunjukkan keahliannya bermain drum. Raphael terlihat sangat keren sampai membuat Lucy semakin terpesona.
"Ya ampun, aura Raphael sungguh luar biasa," batinnya kagum.
Setelah Raphael giliran Lucy yang menunjukkan bakatnya bermain musik. Walaupun dia pandai bermain biola tapi kali ini Lucy ingin menunjukkan keterampilannya bermain piano.
Dulu sebelum meninggal, ibunya sering mengajari Lucy bermain piano dan Lucy ingin membangkitkan kenangan itu. Dia tidak bisa bermain di mansion seperti dulu karena Arabelle yang tidak suka suara ribut di mansion.
Lucy membayangkan jika ibunya saat ini duduk di sampingnya dan jari-jari kecilnya mulai menyentuh keyboard piano.
Saat terdengar suara piano mulai berbunyi, semua yang ada di kelas musik menatap Lucy dan mendengarkan permainan gadis kecil itu.
Lucy terlalu menghayati permainannya sampai semua yang ada di kelas musik seperti tersihir termasuk Raphael.
"Astaga si culun itu sangat berbakat," komentar Raphael dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
💖🍁K@$m! Mυɳҽҽყ☪️🍁💖
moga berhasil misi nya ya raphael tapi jangan sakiti lucy ya kasihan lucy nya raphael
2022-09-20
1
isti
tuh kan rapaelooo kamu udah mulai terlucy lucy deh😂
2022-09-20
0
Retno
Walaupun Lucy pintar Dan banyak bakatnya tapi aku kok kasihan ya, pengen nyulik Emak tirinya aja mau aku taruh di kandang semut....
2022-09-20
0