Malam harinya, Axe membicarakan masalah Raphael bersama istrinya. Sebenarnya ini bukan pertama kali mereka membicarakan Raphael yang nakal tapi mereka juga tidak bisa meninggalkan perusahaan masing-masing.
"Kita harus lebih memberi pengertian lagi," ucap Flo seraya keluar dari kamarnya untuk melihat Raphael.
Pada saat itu, Raphael berada di studio musiknya. Anak itu menabuh drum dengan lincah. Raphael memang berbakat di bidang musik.
"Anak mommy semakin pandai bermain drum," komentar Flo.
Raphael menghentikan aksinya, dia menatap Flo yang semakin mendekatinya.
"Marah pada mommy?" tanya Flo.
Raphael menggeleng. "Maafkan aku, Mom. Aku pasti akan naik kelas tahun ini!"
"Kita tidak sedang membicarakan hal itu," ucap Flo sambil memeluk Raphael. "Apa yang kau inginkan, hem?"
Bukannya Axe dan Flo melarang Raphael untuk bermain musik tapi mereka ingin Raphael mewarisi perusahaan nantinya. Tapi, Raphael justru lebih suka bermusik dari pada berbisnis.
"Mommy pasti tidak akan mengijinkan," balas Raphael.
Sebenarnya kenakalan Raphael bukan dilandasi oleh kurang kasih sayang karena nyatanya Axe dan Flo selalu memberi perhatian apalagi saat weekend mereka sering berlibur bersama.
Hanya saja, orang tuanya tidak mengijinkan Raphael untuk bermain musik.
"Kalau mommy ijinkan, apa kau juga akan berjanji tidak membuat masalah dan nilai sekolahmu meningkat?" Flo memberi penawaran.
Raphael langsung mengangguk. "Tentu saja, nilaiku pasti naik semester ini!"
"Baiklah, mommy ijinkan tapi mommy tidak tahu kelas musik yang bagus yang seperti apa," ungkap Flo.
"Aku sebenarnya sudah mengincar salah satu kelas musik, kita melewatinya setiap hari saat berangkat sekolah," sahut Raphael bersemangat.
"Oh iya? Kalau begitu Robin yang akan membantumu daftar besok," ucap Flo.
Raphael sudah tidak sabar, dia hanya perlu memikirkan nilai sekolahnya saja.
Setelah Flo pergi, Raphael masuk ke kamarnya dan mencari tabungannya, dia berencana akan membayar temannya yang pintar untuk mengerjakan tugasnya dan juga memberi contekan saat ulangan.
"Eh, tunggu!" Raphael jadi mengingat Lucy. "Bukankah si cupu itu pintar? Dia juga penurut, dia sepertinya juga menyukaiku!"
Raphael mengingat wajah Lucy selalu merona hanya dengan melihat wajahnya saja.
"Aku minta saja pada si cupu itu, lumayan dapat gratisan," ucap Raphael licik. Otak mafia Axe memang lebih mendominasi.
Keesokan harinya, Raphael datang pagi-pagi ke sekolah untuk mencari Lucy.
Beruntung Lucy sudah duduk di bangkunya, Raphael berdiri di samping bangku Lucy yang membuat anak perempuan itu gugup.
"Kau bisa kerjakan PR-ku hari ini?" tanya Raphael kemudian.
Lucy langsung mengangguk cepat. "Bi--bisa Raphael!"
Buku PR Raphael keluarkan kemudian dia meminta Lucy mengerjakannya.
Hanya butuh beberapa menit, Lucy selesai mengerjakan.
"Ini bukunya," ucap Lucy seraya memberikan buku PR Raphaelo.
Bukannya berterima kasih, Raphael justru berkata. "Besok lagi, ya!"
"Itu..." Lucy kembali ke mejanya dan mengambil kotak makan yang dia bawa. Akhirnya dia mempunyai kesempatan untuk memberikan bekal makanannya pada Raphael.
"Ini sebagai ucap terima kasih karena kau telah memintaku mengerjakan PR!"
Raphael mengerutkan keningnya, kenapa justru Lucy yang berterima kasih padanya?
"Ternyata dia tidak sepintar itu," batin Raphael.
Raphael menerima kotak makan pemberian Lucy kemudian dia memasukkan dalam tasnya.
"Kalau kau suka, besok aku akan membawa makanan yang jauh lebih enak," ucap Lucy lagi.
"Terserahmu saja," balas Raphael cuek.
Mata Lucy berkaca-kaca karena terharu. "Teman pertamaku adalah anak paling tampan di kelas!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Min@moer💜
raphael turuan axe otak mafianya bekerja, kasian lucy jd korban raphael😅moga besar mereka jodoh
2024-04-25
1
Ta..h
Raphaeel 🙄🙄🤦🤦🤦 dasar ya malah manfaatin si lucy 😅😅😅.
2023-11-28
2
Ney Maniez
😲😲🤦♀️🤦♀️
2023-03-27
0