Saya tidak marah kepada ayah saya dan juga tidak benci. Ini hanya perasaan yang selama ini saya tahan dan akhirnya meledak tanpa peringatan seolah pemicunya telah ditarik lepas.
Setelah tiba di dunia ini yang menunggu saya hanyalah keterikatan yang pahit. Jujur itu memuakkan bagi saya dan ingin melampiaskan kemarahan pada dewa kabur sialan itu, mengapa saya harus di reinkarnasi di tubuh seirang bocah ini dan tidak di tubuh lain saja.
Tidak masalah jika di dunia tingkat-SSS ataupun tingkat Kiamat sekalipun.
Namun, apakah sejak awal saya punya pilihan terbaik itu? Tidak.
Karena itu saya bersumpah sendiri akan hidup layak meskipun susah dan pahit. Namun, karena obsesi ayah dan pertahanannya yang kuat terhadap keamanan putranya, dia menjadi lupa diri bahwa itu semua bukan demi kami melainkan dirinya sendiri.
Saya berjalan entah kemana ini di trotoar ibu kota dan hanya menendang kerikik untuk melampiaskan kekesalan. Sudah berapa lama saya seperti ini? Saya tidak sadar bahwa hari menjadi gelap.
Tadi saya bertingkah kasar kepada ayah dan tidak sopan karena emosi semata saya.
“Aku benar-benar anak yang buruk.”
Nanti aku akan meminta maaf kepadanya dan jika perlu sebaiknya kami pergi dari ibu kota dan kembali ke desa. Untuk yang terbaik sampai kami, terutama ayah benar-benar menyiapkan hatinya melawan masa lalunya.
Saya mengangkat kepala saya dan melihat jalanan, bangunan, dan juga lampu-lampu yang menerangi jalan indah ini, mengingatkan saya saat di dunia lama, saya sedang jalan untuk pulang dan berhenti di dekat taman terdekat rumah untuk bersantai. Itu benar-benar nostalgia.
Lalu Kemudian di depan sana saya melihat kursi panjang empat kaki, berjalan ke sana dan saya duduk di kursi yang hanya di temani oleh sinar dari lampu jalan.
Sepi dan hanya suara angin sepoi malam dan suara serangga di sekitar semak-semak. Saya bersandar pada punggung kursi dan memandang ke langit.
Apa mungkin ini fakta bahwa dunia ini tingkat-SSS?
Karena setiap malam, terkadang saya bisa mendengar suara raungan mengerikan entah datang dari mana sumbernya. Saat saya bertanya pada monitor, dia menjawab bahwa itu adalah makhluk dari tanah gelap.
Tapi, apakah harus suaranya sampai terdengar jelas. Bukankah itu sesuatu yang benar-benar mengerikan. Ini mungkin efek dari monitor yang memperjelas pendengaran saya.
“Kuack!”
Dan itu membuat saya mendengar suara aneh lagi. Saya mengabaikan itu dan memejamkan mata sejenak. Paling juga suara makhluk aneh yang dikatakan oleh monitor untuk menakuti saya.
Buak!
“Buak?” saya membuka mata saya. Dan berbicara dalam pikiran saya. ‘Monitor itu tidak lucu.’
[Melaporkan. Itu bukan suara monster, melainkan manusia.]
“Apa?”
Saya segera menaikkan punggung saya lagi dan bangkit dari tempat duduk yang terasa hangat karena bokong saya.
Buak!
Lagi, suara itu datang lagi dan sudah berkali-kali seperti ada seseorang yang sengaja melakukan itu. Melakukan tindakan dimana ada orang yang jelas menjadi samsak tinju orang itu. Saya berlari namun mensenyapkan suara langkah kaki saya agar tidak ketahuan.
Namun, dimana? Dimana arah suara itu? Asalnya? Saya tidak berlari menelusuri tempat terdekat dan yang ada gang nya.
Kemudian saya berhenti, saya berhasil menemukannya, saya menempel pada tembok dan diam-diam mengintip ke arah gang gelap namun masih bisa dilihat.
Tiga pria tanpa identitas jelas sedang memukuli pria yang memakai seragam, dan tunggu itu adalah seragam dari Gereja, dan dari coraknya itu sepertinya dari kelas Paladin.
“Rasakan ini!” pria yang ditengah terus memberikan pukulan yang kuat dan tinjunya tidak berhenti sampai targetnya akhirnya terlempar menabrak tembok dan jatuh.
Saya yang diam-diam melihat menjadi kesal pada tingkah laku seperti ini. Bagaimana bisa pria yang lebih dewasa memukuli anak dibawah umur. Saya mengutuk dalam hati saya dan berkata, ‘Mengapa dia tidak melawan, padahal jelas dia juga paladin.’ itu sangat kesal.
“Hei, apa kau buta atau apa? Tidak bisakah kau berhenti saja menjadi Paladin dan pergi jauh dari sini. Dirimu yang membawa kutukan akan mencemari orang sekitar. Dan lagi... Apa yang bisa dilakukan anak haram sepertimu?”
Pria yang lebih dewasa itu menggertak dan terkekeh dengan tatapannya seperti melihat serangga menjijikan ada di bawahnya. Sementara dua lainnya ikut tertawa dan merasa puas meski dengan melihat saja.
Yap, mereka senang. Karena tanpa mereka bertindak, boss mereka akan memberi pelajaran padanya.
Dan yang menjadi target mereka berusaha bangun untuk bangkit, namun tidak kuat karena dia sudah babak belur dan darah keluar dari hidung dan mulutnya. Sepertinya dia mengalami luka dalam yang parah.
“Apakah kau bisu? Kenapa tidak menjawab!” dan sebuah tendangan menukik hebat seperti menendang bola sepak dengan seluruh tenaga pada urat kakinya.
“Kuack!!”
Saya tidak bisa tahan mendengar suara pukulan itu yang terdengar sangat menyakitkan dan jeritan yang ditahan oleh anak itu. Kenapa dia tidak melawan balik? Apakah dia tidak mampu oleh kesenioritasan di dalam Gereja atau apa? Dia berhak membela dirinya sendiri yang terinjak-injak.
“Walaupun putra dari seorang Duke, dia sama sekali hanya setengah dari bangsawan.”
Sial ini sudah berlebihan.
“Monitor.”
[Mencoba memproyeksikan dan mewujudkan cahaya di telapak tangan anda menjadi sebuah senjata tumpul.]
Swawas!
Debu cahaya dingin dan hangat bersatu dan berkumpul pada telapak tangan kanan saya. Dengan halus dan sentuhan gelombang yang lembut tanpa adanya objek yang terdistorsi. Ini adalah murni cahaya itu sendiri.
Saya menggenggam erat ganggang bercahaya yang mengeluarkan hawa murni ini seperti memegang sebuah tongkat bisbol. Tidak, ini memang seperti tongkat pemukul. Saya keluar dari balik bayangan.
“Hei, bajingan. Apa yang kau lakukan?”
Dengan Appraisal yang saya buka, saya melihat dengan jelas keseluruhan status dari lawan saya. Monitor memperjelas dan membaginya menjadi banyak bagian lalu merangkumnya menjadi data yang perlu, seperti titik kelemahan mereka.
“Siapa kau? Pergilah anak kecil, kami tidak ada urusan denganmu.” setelah itu dia memalingkan wajahnya dari saya seperti tidak tertarik lagi.
“Ya, kalian memang tidak punya urusan. Namun aku punya.”
“Apa yang kau—”
Pria yang di tengah terlambat bereaksi, ketika saya sudah masuk ke dalam jarak pandangnya, tepat di bawah hidungnya.
Dengan ayunan yang sangat kuat pada sendi lengan kanan saya, monitor memastikan bahwa jumlah kekuatan yang saya keluarkan hanya akan sedikit memberikan luka. Tapi...
“Kuaaack!”
Bukankah satu pukulan itu terlalu berlebihan. Pria itu jelas langsung terbang ke belakang dan dia juga tidak sadarkan diri, saya tidak tahu karena itu terlalu jauh dan gelap di dalam gang ini.
“Bajingan kecil ini—!”
Buak!Buak!
Kemudian dua kali pukulan lagi saya melempar kedua orang sisanya dan melemparkan mereka ke tempat yang sama dengan pimpinan mereka. Mereka tidak bangun, itu artinya mereka sudah pingsan.
Jelas. Ketika saya melangsungkan serangan memukul seperti memukul bola bisbol itu akan mengeluarkan efek bahwa target yang dipukul akan terhempas dan terbawa oleh angin kencang seolah mereka didorong kuat oleh medan gravitasi.
Padahal hanya satu pukulan...
Pada saat itu pria yang menjadi korban hanya bisa melihat itu dengan mulutnya yang sedikit terbuka. Dia pasti berpikir ‘Hanya sekali pukul?’ dan semuanya menjadi jelas.
Saya membatalkan kekuatan saya dan fokus kepada korban. Begitu saya melihat ke arah korban saya sedikit terkejut. Dengan suara ‘Wah’ dari saya, apakah ini semacam takdir gila yang menentukan nasib orang dengan siapa mereka akan berurusan.
Lalu apakah saya harus menunduk sopan lagi?
Tidak, paling nanti juga saya diabaikan lagi.
Tetapi, dia tengah terluka saya harus membantunya. Saya menjongkok dan melihat jelas keadaan dan luka yang diderita oleh pria yang saya temui, yang membantu saya menemukan jalan dan di tempat papan pengumuman sebelumnya.
“Senior, kau terluka. Apakah kau bisa berdiri?”
“Kamu...”
Itu adalah pertama kalinya pria ini membuka suaranya dan masih terdengar lemah. Saya merasa tidak tega ketika melihat orang sepertinya telah mengalami tindasan tidak berperasaan seperti itu.
Jika di hitung dari waktu saya tidak menyadari suaranya, luka dan memar yang dia terima pasti banyak dan kini menyakitinya karena itu dia terdengar tidak bertenaga.
Saya merentangkan tangan saya ke arahnya dan berkata. “Recovery.”
[Skill ‘Recovery Body Sculpture (L)’ telah diaktifkan!]
Sasasasa!
Cahaya kemurnian muncul dan menyinari tubuh pria ini. Gelembung cahaya berputar mengelilinginya, gelombang cemerlang naik turun dengan lembut seperti membelai sebuah kain yang menyelimuti dirinya dengan nyaman.
Ini berakhir. Luka dan memar dalam tubuh pria ini hilang tanpa bekas dan tidak tersisa. Dia tidak merasakan sakit lagi, seperti dia tidak pernah terluka. Situasi ini membuatnya bingung dan bingung. Bagaimana ini bisa terjadi? Dan meraba-raba tubuhnya yang terluka.
Saya merasa lega, sepertinya itu langsung membawa efek padanya.
“Senior sebaiknya kembali, jangan berurusan dengan mereka. Dan lagi, jika ditindas seperti itu meskipun senior memiliki kualitas kemampuan, tidak usah ragu dan lawan mereka.”
“Tapi, aku...”
Saya bangkit dan menatap pria ini tajam, entah siapa namanya saya tidak ingin peduli lagi setelah apa yang saya lihat. Namun, karena saya merasa iba dan sedikit bersimpati padanya, saya merasa dia membodohi dirinya sendiri. Itu memancing saya berteriak padanya.
“Senior! Tidak peduli apa yang dikatakan orang. Senior hanya punya hidup satu kali, dan itu sudah menjadi hak senior dalam memutuskan ingin hidup seperti apa dan menjadi apa demi masa depan. Aku harap aku tidak melihat senior terluka lagi, aku permisi.”
Setelah itu saya meninggalkannya sendirian di gang itu dan cepat-cepat pergi sebelum ada orang lain yang melihat saya melakukan kejahatan. Itu yang membuat saya merinding, bagaimana bisa baru beberapa hari tiba di ibu kota sudah membuat pingsan anak orang.
Saya menggeleng dan langkah jalan cepat saya menjadi berlari dari tempat kejadian.
Sementara itu...
Pria ini masih disini. Dia tidak bergerak sedikitpun dari tempatnya sekarang walaupun dia sudah bisa menggerakan seluruh tubuhnya dengan sempurna dan dia sudah sembuh dari lukanya.
Dia terpaku, dia terpukau dan hanya bisa terdiam, sebelum dia membuka mulutnya dia meremas dadanya.
“Bagaimana bisa kekuatan suci masuk ke dalam tubuhku? Selama ini tidak ada sihir suci yang bisa menyembuhkanku. Ini hangat dan sangat nyaman.” pipinya sedikit memerah dan juga ada sedikit bekas senyuman di sudut bibirnya.
Retinanya sedari awal sudah ada disana, menatap sosok anak yang menyembuhkannya, pupilnya mengejar punggung yang sedang berlari.
Matanya sekarang tidak lagi menjadi tempat singgahnya keterpurukan dan kegelapan seperti orang yang mati.
Melainkan harapan yang cemerlang perlahan muncul.
“Apakah dia malaikat?”
Kemudian menjadi sebuah ketertarikan kagum, seperti telah melihat sayap putih terbang menjauh darinya dan meninggalkan bekas sihir berupa bulu-bulu sayapnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Bunga Rahma II
saya akan naik kapal ini 🤗
2023-02-19
0
R
why are you gay?🤨🙂
2022-09-25
1
R
bro are you gay? 🤨
2022-09-25
0