Melihat saya mengeluarkan kekuatan suci yang begitu deras jumlahnya membuat ayah saya Felix dan kakak saya Yohan menatap tidak percaya dan bibir mereka ternganga ke bawah.
“Itu sihir suci! Bagaimana bisa Alvius...!”
“Seharusnya sihirmu lenyap karena telah di telan oleh penyakit mematikan itu dan sebagai gantinya adalah kesembuhanmu. Lalu bagaimana...?”
Sebagai anak berusia 8 tahun entah kenapa dengan mereka yang terkejut saya merasa bangga dan percaya diri. Tapi itu sementara karena saya juga orang dewasa. Kemudian saya memadamkan Skill saya dan mengembalikan kekuatan suci ke dalam tubuh saya.
Saya tahu apa yang membuat mereka terkejut seperti itu. Bukan niat saya untuk mengejutkan mereka atau memberitahu mereka tentang teknik ini. Tapi, jika saya harus keluar maka saya harus memperlihatkan kartu as saya jika memungkinkan.
“Ayah, aku juga ingin menghasilkan uang. Jadi biarkan aku keluar dari rumah ini. Aku sekarang sangat sehat berkat kemampuan saya.”
Ayah melihat saya dengan tatapan tidak percaya. Kemudian dia saling menatap dengan Yohan untuk berpikir beberapa kali. Dia dalam pikirannya yang termenung.
‘Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa anak kecil memiliki kekuatan sebesar itu. Jika pihak luar tahu...’
“Alvius—”
“Ayah.” sebelum bisa melanjutkan kalimatnya, Yohan menghentikannya dan menggelengkan kepalanya. Dia kemudian mengelus kepala saya dengan lembut dan tersenyum.
“Lihatlah anak ini. Dia begitu berbakat bahkan di usianya yang muda.” itu benar-benar perhatian yang lembut. Setelah itu pupilnya bergerak melihat ayah dengan tatapan serius.
“Apa ayah berniat untuk menyembunyikannya dari dunia selamanya?!” dia tahu bagaimana harus bertindak sebagai seorang kakak. Selama ini dialah yang paling tahu. “Dia adalah adikku yang selama ini aku jaga dan awasi. Sekarang lihatlah, dia sudah sembuh total dari penyakitnya. Dia sudah terkurung di rumah ini bahkan sejak masih kecil, sekarang dia bisa membuat keputusannya sendiri.”
Ayah tahu itu dan dia mengangkat bibirnya dengan ragu-ragu. “Ayah tahu itu. Tapi—”
“Ayah!” sentak Yohan. Dia tidak peduli apakah dia kasar dan tidak sopan terhadap ayahnya. Yang dia inginkan adalah jawaban kepastian bukan penuh keraguan dan kecemasan. Dia lelah dengan sikapnya yang overprotektif terhadap putra keduanya.
Ayah tidak punya pilihan. Mendengar Yohan bersikeras itu memang benar adanya bahwa dia selama ini mencoba mengurung Alvius putranya demi menjaganya dan demi kesehatan putranya. Dia hanya takut. Bagaimana jika dia kehilangan putranya ketika dia lengah nanti. Waktu itu bahkan hampir tidak ada harapan baginya untuk memprediksi Alvius akan sehat atau tidak.
Tetapi sekarang anak itu, putra keduanya ada di depan matanya dengan keadaan sangat sehat dan tersenyum dengan cerag ceria. Rambut putih perak itulah yang menjadi peninggalan istrinya kepadanya. Dua putra berambut perak dan bermata hijau sepertinya sudah menjadi anugerah dihadapannya.
“Kamu benar. Ayah... Terlalu serakah dan egois demi melindungi kalian berdua. Ayah bahkan tidak memberi kalian kesempatan untuk memilih.” dia merenung dan menatap ke bawah meja dengan sedih. “Ayah sepertinya gagal menjadi sosok yang bisa menjadi contoh bagi kalian.”
Mendengar kalimat itu saya dan Yohan segera bangkit dan tempat duduk dan menuju pada ayah kemudian saling memeluknya dari kedua sisi.
Karena saya ayah seperti ini dan menderita penuh kesabaran dalam menjaga saya. Saya berbicara dengan nada sedih.
“Ayah... Ayah adalah pahlawan bagiku. Setiap malam aku selalu mendengar ayah selalu menceritakan hari-hari ayah sepertu menceritakan buku dongeng padaku.”
itu bukan kebohongan. Selama Alvius sekarat dan tidak sadarkan diri di atas ranjang dia memang tidak bisa bangun. Namun, dia mendengar suara ayahnya sedang bercerita setiap malamnya ketika dia berada di dekat putranya. Bahkan setiap hari.
Dari cerita tentang tetangganya, pekerjaan yang melelahkan, dan pemandangan sekitar yang dia rasakan. Semuanya tanpa ada yang tertinggal, kecuali isi hatinya yang sebenarnya.
Saya tahu itu karena dulu saya juga seperti ini. Betapa melelahkannya, bukan.
Saya memeluk ayah saya dan menepuk punggungnya dengan belaian lembut.
“Pasti berat bagi ayah.”
Dengan kata-kata saya, saya bisa mendengar isakan ingus dan air mata dari tubuhnya yang gemetar.
Yohan melihat itu merasa tidak tega dan tidak enak karena telah bersikap kasar tadi mulai memeluk ayah dengan erat dan meminta maaf. “Maafkan aku ayah.”
“Tidak nak. Kalian berdua tidak salah. Kalian berdua benar.” ayah merangkul leher kami berdua dan mendekatkan kepala kami bertiga untuk saling berpelukan. “Terima kasih sudah bertahan.”
Hanya dengan kalimat itu saya merasakan sakit di dalam hati saya. Penderitaan kami begitu panjang hingga tidak tahu bahwa kita semua memiliki luka masing-masing yang tidak pernah ingin bisa diceritakan kepada yang lain, karena takut akan menambah beban hidupnya.
Tapi, sepertinya sekarang kamu tidak perlu begitu. Karena kami bertiga kuat jika kami bersama.
Ayah mulai mengusap air matanya dan menenangkan dirinya. Kami berdua duduk di kursi panjang di sebelahnya dan dia menepuk pundak kami berdua.
“Sepertinya saatnya bagi kita berdua pergi ke ibu kota.” kami berdua terkejut dengan apa yang dikatakan beliau dan kemudian dia melanjutkannya dengan serius. “Kita akan tinggal di ibu kota Kerajaan Suci Harvellion dan kalian bisa ikut ujian di gereja besar, Lindon.”
“Apa...? Bukankah itu terlalu terburu-buru. Ayah, aku hanya ingin ikut bekerja dengan ayah namun tingkat skalanya mengapa jadi begitu besar.” saya jelas belum siap untuk di garis depan. Padahal saya berpikir untuk bekerja bersama dengannya dengan menyembuhkan orang dan mengumpulkan uang sebanyak yang saya bisa.
Itu terlalu terburu-buru dan bisa menjadi senjata makan tuan. Saya segera memutar retina saya dan melihat kakak saya. ‘Kakak, cepat hentikan ayah!’ Namun, sepertinya dia disana sudah dipenuhi dengan tekad baja. Ah, jika dia sudah memasang ekspresi seperti itu maka....
“Aku setuju.”
Lihat! Sudah kuduga dia akan menjawabnya begitu saja.
“Al. Tidak perlu khawatir.” di sela putus asanya saya, saya melihat bagaimana raut wajah Yohan. Saat itu dialah orang yang telah menjadi perisai bagi saya. Tunggu, tidak mungkin....
“Jika Al, menjadi seorang Grand Saint maka akan menjadi tugasku untuk menjaganya. Aku akan mengambil ujian untuk menjadi seorang Paladin.”
Yohan sudah terlihat begitu percaya diri. Dibalik mata emeraldnya yang sama kita milikki namun di matanya itu ada kilauan yang berbeda dengan milik saya. Dia benar-benar sudah membulatkan tekad.
“Aku tahu itu akan sangat sulit ketika benua kita sudah akan di kuasai oleh iblis. Dan aku tidak yakin akankah bisa lulus atau tidak dengan kemampuanku yang setengah ini.” dia merubah ekspresinya begitu cepat ketika dia pesimis.
Tidak, aku yang paling tahu bagaimana kakak saya selama ini dan jelas tidak ada orang yang tahu tentang bakatnya yang seperti terpendam. Bagi saya Yohan adalah permata yang belum di poles dengan baik.
Jadi itu tidak benar ketika dia berkata bahwa dia tidak yakin bisa atau tidak. Melainkan dia jelas sangat bisa.
‘Monitor aktifkan, «Appraisal».’
Mata seperti sebuah teropong bulan yang menganalisis langsung ke dalam tubuh spirit makhluk hidup. Dengan penilaian yang bisa saya dapatkan dari Monitor saya bisa melihat Skill yang ada di dalam tubuh Yohan dan orang lain.
[Skill ‘Master of Sword (L)’ akan segera terbit ketika pemilik di berkahi dengan sihir suci yang besar.]
[Skill ‘Holy of Moonlight (L)’ akan tumbuh ketika Skill ‘Master of Sword (L)’ terbit.]
Saya kemudian puas ketika hanya melihat kedua visual layar itu dan segera mematikan Penilaian karena tidak bisa terlalu lama. Saya terpukau melihat kakak saya dan betapa berbakatnya dia. Hanya dia sendiri yang belum mengetahui itu.
Di pelukan ini sepertinya saya juga tidak bisa terus menekan seperti ini. Saya tersenyum dan melihat kedua orang ini yang menyayangi saya.
“Baiklah, mari kita pergi.” saya mendekatkan kepala saya semakin dekat dengan mereka dan melanjutkan. “Kita akan menjadi kuat bersama-sama.”
Kemudian pelukan penuh kasih sayang ini berakhir.
Malam pun tiba. Dan ketika saya tidak bisa tertidur saya bisa mendengar suara seseorang menebas dan mengayunkan pedangnya. Dimalam hari ini, siapa?
Saya kira-kira bisa menebaknya dan keluar dari rumah untuk melihat Yohan berlatih dengan pedangnya.
“Kak...”
Yohan yang kaget menyadari saya langsung melihat ke arah saya dan menurunkan pedangnya. Pedang yang sudah usang dan seharusnya sudah tidak digunakan lagi. Apakah dia menggunakan pedang itu untuk berburu selama ini? Saya tidak bisa untuk tidak kasihan.
“Kakak sedang apa? Tidak tidur?” saya berbicara seperti anak kecil polos yang tidak tahu apa-apa. Yohan menyeka keringatnya dan mendekati saya. Dan lagi, dia akan menepuk kepala saya.
“Kamu sendiri kenapa tidak tidur, hm?”
“Hehe, aku juga tidak bisa tidur memikirkan kita besok akan segera berangkat” benar-benar cepat. Ayah bahkan tidak menunda sehari pun untuk itu dan dengan semangat berapi-api dia menyiapkan segalanya dalam kurun waktu satu jam.
“Kakak, apakah sedang berlatih?”
“Benar. Bagaimanapun aku harus kuat untuk melindungimu dan ayah nanti.”
Saya tidak menutup mata untuk itu dan berkedip sekali. Saya masih merasakan tangannya yang tak jauh lebih besar dari milik saya dan hanya berbeda 2 tahun, itu terasa hangat.
“Kak, menunduklah.”
Itu terdengar absurd namun Yohan masih melakukannya. “Begini.”
“Iya.”
‘Monitor lakukan.’
[Apa anda akan menggunakan Skill ‘Holy Blessing Apostle (L)’ untuk membangkitkan kekuatannya?]
‘Yup.’
[Skill ‘Holy Blessing Apostle (L)’ diaktifkan!]
Yohan menunduk sedikit dan memperlihatkan mahkota kepalanya kepada saya. Saya mengangkat wajahnya yang menutup mata dan perlahan saya mengusap poninya untuk membuka dahinya dan mencium keningnya.
Kemudian Blessing telah dilakukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Ahmad Judana
maaf thor kalau boleh saran mending pake sudut pandang orang ketiga untuk ceritanya dan juga pilih salah satu mau pake bahasa formal atau informal jangan digabungin gini kan agak kurang pas bacanya
2023-02-23
3
Kang Comen
maaf tak lanjut baca lgi
maaf thor jika menyinggung anda.
kata² dlm bhsa novel anda perlu direvisi lgi thor
2022-12-26
1