Sudah lebih dari satu bulan saya menjadi seorang Saint dan bertugas untuk tanggung jawab saya. Tidak hanya melayani masyarakat namun juga bagaimana cara saya memperlihatkan kekuatan suci saya.
Tidak berat sebenarnya namun saya merasa telah menjadi sukarelawan pada masyarakat. Dan saya juga sudah tinggal di asrama bersama Yohan.
Karena setiap harinya saya melakukan banyak kegiatan saya sampai tidak tahu kapan saya istirahat dengan benar. Belajar pendidikan memahami materi dan teori, juga mengikuti kelas, lalu latihan melatih kekuatan suci. Tanpa ada hentinya.
Karena menjadi Saint perilaku orang sekitar saya berbeda, mereka ramah dan baik. Meski saya tahu bahwa itu hanyalah topeng tipuan, saya hanya akan berjalan ke depan tanpa berbalik lagi.
Bagi saya itu lebih menguras waktu daripada mengurus itu ada hal penting yang sudah menjadi rutinitas saya.
Yohan memiliki pelajaran tersendiri, selain materi dia harus secara teori mempraktikannya. Dia harus banyak melakukan presentasi di luar ruangan, itu sayang sekali. Ketika dia kembali dia selalu penuh luka dan saya akan menyembuhkannya.
Saya ingin memberi sedikit peringatan pada orang yang masih melakukan kekerasan pada Yohan, namun saya tidak bisa. Yohan akan selalu tersenyum dan berkata bahwa dia akan melakukannya sendiri. Jadi saya membiarkannya.
Selama lebih dari sebulan disini saya masih belum mendapatkan sosok yang benar-benar bisa disebut teman.
Entah bagaimana menjelaskannya. Intinya setiap kali saya mengajak mereka berbicara terlebih dulu, mereka langsung membungkuk hormat dan pergi begitu saja.
Apa saya begitu jeleknya?
Apa karena status saya yang menjadi Saint karena itu mereka menjauh?
Hei, saya ingin berteman bukan mencari pembantu.
Karena lelah melakukan hal yang sepertinya percuma, saya berhenti mencari mereka dan tidak lagi berpikir untuk memiliki salah satunya.
Dan ini terjadi lagi, entah sudah berapa lama dia ada disana. Mungkin dia berpikir saya tidak pernah mengetahui keberadaannya yang diam-diam melihat saya layaknya seorang mata-mata.
Saya memutar retina saya ke samping dan menemukan sosok berkulit coklat bersembunyi di balik bangunan. Saya tidak ingin mencurigainya namun tingkahnya memang sangat mencurigakan.
Saya melihat ke sekeliling saya, memastikan tidak ada orang lain di luar sini.
“Senior, jika ada yang bisa aku bantu tolong katakan?” saya harus sabar, sopan santun, dan ramah. Lihatlah senyum saya yang polos ini. “Apa ada hal yang mengganggumu?”
Dia tersentak. Apa aku terlalu mengejutkannya? Dia kemudian berbalik ke arah saya dan tingkahnya sedikit canggung dengan menekan-nekan jarinya.
Ini sedikit menyebalkan.
Saya berbicara karena saya rasa dia sedikit gugup. “Senior...? Apa ada yang bisa aku bantu?”
Tolong katakanlah sesuatu. Saya sudah sangat hormat dalam senioritas ini dan tidak tahan jika terus menjaga raut wajah saya seperti ini.
“... Bisakah... Bisakah, kamu melakukan itu lagi?”
“Melakukan itu?”
“I-itu... Aku...”
Melihat gerak-gerik yang canggung, saya menurunkan mata saya untuk mempelajari dirinya lebih lanjut. Dan tidak seperti biasanya dia selalu membawa buku namun sekarang tangannya kosong. Hm...
“Senior kau terluka?!”
Darah keluar dari arah telapak tangannya. Meskipun dia memakai lengan panjang dan saya tidak melihat lukanya namun darah yang merembes keluar seperti bukan main.
Saya buru-buru menarik lengan yang tidak terluka dan membawanya untuk duduk di kursi.
“Senior apa yang terjadi, kenapa kau terluka?”
“Itu...”
Dari tadi dia terus seperti itu. Dan ketika mengajaknya untuk duduk terkadang raut wajahnya yang tidak terlihat oleh mata, dia menjadi sedikit malu-malu dan tidak terbiasa oleh perhatian seperti ini.
“Ini hanya luka kecil.”
Mendengarnya berbicara normal saya segera menarik kerah lengannya ke atas dan melihat lukanya. Saya kaget bahwa itu luka sayatan yang sedikit dalam dan juga panjang garisnya. Saya merengut, dan berpikir itu pasti menyakitkan.
Tanpa pikir panjang saya langsung menggunakan [Recovery Body Sculpture] dan menyembuhkan luka sayatan di lengannya. Tidak meninggalkan bekas sedikit pun dan lukanya langsung tertutup.
Senior memberikan tatapannya pada sihir itu seolah sihir itu sebuah sesuatu yang menakjubkan. Dia diam-diam bergumam. “Luar biasa...”
Selama inilah dia selalu bertingkah seperti itu. Demi momen inilah dia selalu berharap untuk benar-benar melihatnya kali ini, dengan benar dan jelas dengan kedua matanya sendiri.
Ini nyata bahwa ada kekuatan yang benar-benar bisa menyembuhkannya. Dia melihat pada lukanya sendiri dan masih tidak percaya ini realitas atau hanya ilusi.
“Senior...?”
“Ah, terima kasih.”
Pertama kali saya bertemu pria ini, saat itu retinanya berusaha melawan untuk redup, tatapan seolah lebih baik mati ada disana dengan setiap ons energi kehidupannya terasa perlahan menjadi sedikit. Dia ingin mati.
Ketika itu saya berpikir bahwa karakter pria ini akan seperti itu dan menjadi suram.
Lalu apa alasan pria ini terus membuntutiku dari belakang dan diam-diam? Saya tidak bisa memikirkan alasan lain yang wajar.
Karena dia selalu mengikutiku monitor saya perintahkan untuk mencari tahu kebenarannya. Sehingga saya hanya bisa terkejut.
“Senior, apa alasanmu mengikutiku karena ini? Apa ada hal lain yang kau inginkan?”
Pria ini menatap saya sejenak kemudian membuangnya ke tanah. Ada kesedihan ketika dia hendak membuka mulutnya. Itu berat dan dagunya bergetar sedikit.
“Aku... Waktu itu kenapa kau membantuku?”
Jika yang dia maksud adalah tentang kejadian geng yang menindasnya. Itu karena saya kesal dan tidak bisa tinggal diam dengan diskriminasi itu.
Melihat ke arah matanya yang seperti menginginkan jawaban melegakan, sepertinya saya tidak bisa menjawabnya seperti itu.
“Seperti yang aku katakan waktu itu, aku melakukannya karena merasa bahwa senior butuh bantuan. Apa aku terlalu ikut campur?”
“Tidak! Tentu saja tidak! Saat itu terima kasih...”
Pria ini menjadi panik. Merass tidak enak dengan apa yang dia dengar dan apa yang ingin dia katakan tidak sesuai membuatnya bingung bagaimana harus merespon.
Tidak, selama ini dia tidak pernah bisa mengobrol dengan benar, dia tidak memiliki pengalaman.
Saya tersenyum kepadanya melihat tingkah aneh pria ini yang memikirkan segalanya terlalu serius dan keras.
“Senior kau tahu namaku, bukan?”
Dia mengangguk ringan.
“Kalau begitu siapa nama senior? Tidak adil bagiku karena senior terus melihatku dari belakang dan mengetahui segalanya.”
Dengan nada sedikit menggodanya saya mendapatkan reaksi yang tidak terduga. Wajahnya menjadi gelap akan keputusasaan, dia merasa sangat bersalah meskipun terlihat tidak ada niatan baginya untuk melakukan itu.
“Heros De Charita. Itu namaku. Dan maaf karena membuatmu tidak nyaman, aku tidak bermaksud melakukannya.”
“Hm, senior Heros. Dari nama belakangmu itu artinya senior adalah bangsawan. Apa tidak masalah bangsawan seperti senior bergaul dengan anak rakyat biasa sepertiku?”
“Meski bangsawan aku tidak pernah berpikir seperti itu. Jika kamu tidak masalah dengan menjadi dekat denganku... Aku harap kita bisa lebih dekat.”
Ho, itu mengejutkan. Sejauh ini hanya dia bangsawan yang berusaha mendekatiku tanpa ada motif di belakangnya. Setelah saya mendapatkan gelar julukan, mulai sejak itu banyak bangsawan berencana untuk mendekati saya dengan suatu motif.
Saya tahu itu namun memilih untuk menolak. Akibatnya, mereka selalu membicarakan saya sebagai rakyat jelata yang tidak tahu diri dan sombong. Lagi pula memang itu yang saya inginkan.
Berpikir bahwa Heros akan mendekati saya terlebih dulu, memang mungkin tidak ada niat buruk. Namun, pasti ada sesuatu yang dia inginkan dari saya. Karena monitor berkata bahwa dia tidak berbahaya saya melepaskan pikiran itu.
“Tentu. Kenapa tidak.” saya berhenti untuk tersenyum dan menatapnya serius. “Jika senior tidak ada maksud lain dengan mendekatiku.”
Heros melihat apa yang ada di depannya seperti sebuah tekanan yang tidak pernah dia rasakan, namun dia membiarkannya “Tentu tidak! Aku tidak bermaksud apapun! Maksudku... Aku hanya takjub denganmu. Selama ini tidak ada sihir yang bisa menyembuhkan lukaku, entah kemampuan apapun itu. Karena aku dari keluarga terkutuk.”
Dia yang tidak pernah berani membicarakan tentang kutukan. Membuka mulutnya dan melebarkan retinanya.
“Aku tahu.”
Heros terkejut dengan respon spontan saya yang cepat dan dengan nada seolah tidak tertarik sama sekali.
“Kamu tahu...”
“Apa senior pikir aku tidak tahu? Bagaimana bisa, selama aku menyembuhkanmu ada perlawanan dari dalam dirimu yang mencoba menolakku namun pada akhirnya tidak bisa karena kekuatanku lebih besar.”
Jika dikatakan kekuatan besar itu karena [Holy Blessing Apostle] skill, selama ada Skill ini kekuatan suci meledak pada batas yang tidak normal. Meskipun akhirnya saya akan kelelahan setelah banyak mengeluarkan kekuatan seperti pada saat membuka kemampuan Yohan.
Tetap, kemampuan inilah yang membuat saya menjadi kuat.
Dari dalam tubuh pria yang tidak lebih tua dari saya atau Yohan memiliki energi sangat gelap dan kuat di sekitarnya. Orang dengan mata biasa mungkin tidak menyadarinya. Namun, berbeda dengan pemilik Penilaian Mata. Semua bisa dilihat dengan jelas.
Penggambaran yang kecil dan deskripsi yang sedikit saja bisa, membuat seseorang terlihat putus asa.
Kegelapan yang menyelimuti Heros berputar sangat kental dengan percikan yang mirip seperti sebuah lendir hitam.
Appraisal menilai itu menjadi sebuah kejanggalan yang buruk.
Dan kalimat yang tidak pernah ingin keluar dari mulut kecil saya, pada akhirnya lepas.
“Energi senior... Sangat menjijikan.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments