Tubuh Yohan yang saya kecup keningnya bersinar sangat cemerlang seperti sinar bulan dimalam ini sendiri.
Monitor yang bekerja menggantikan saya memulai penilaiannya dan membangkitkan kekuatan Yohan.
[Akibat suntikan kuat energi suci yang di berikan. Skill target terbit semakin cepat dan tumbuh secara signifikan.]
[Penilai melaporkan jika adanya perubahan terhadap tingkatan Skill target. Skill ‘Holy Blessing Apostle (L)’ telah menunjuk target sebagai sosok yang telah dinantikan kebangkitannya. Target mulai Awakening serius.]
[Pembangkitan Skill berhasil. Tingkat Skill telah berevolusi.]
[Status Yohan Raven. Skill ‘Master of Sword (L)’ berevolusi tingkat menjadi. Skill ‘Sword Master Legendary (M)’ berhasil di dapatkan!]
[Akibat Skill ‘Sword Master Legendary (M)’ bangkit. Skill ‘Holy of Moonlight (L)’ berubah menjadi ‘King of Light (M)’ berhasil di dapatkan!]
[Atribut dan segala kemampuan target telah di tingkatkan ke titik dimana kehancuran bisa terjadi. Target terlalu kuat.]
Saya membuka mata saya begitu Monitor menyelesaikan ucapan terakhirnya dan saya selesai memberkati satu-satunya orang yang akan menjadi sosok yang benar-benar bisa melawan dunia ini dengan tekadnya itu.
Yohan membuka matanya. “Tunggu, ini....” saya tahu dia akan bereaksi seperti itu ketika seluruh pesan kebangkitannya telah muncul di depan retinanya sendiri. Pesan visual itu mungki memberitahunya bahwa dia sekarang sudah bangkit sepenuhnya.
“Tunggu, Al, ini... Apakah kamu yang melakukannya?”
Lagipula tidak ada gunanya membohonginya sekarang. Dengan serius saya menjawab. “Ya. Itu adalah kemampuanku. Karena itulah aku membantu kakak bangkit. Apa kakak tidak senang aku ikut campur urusan Skill kakak?”
Saya tetap melihat ke arah matanya dengan serius. Yohan beberapa kali menaik-turunkan bibirnya secara tidak terduga. Dia menatap saya bahwa bagaimana ini semua mungkin, seperti itu.
Lalu dia memejamkan mata sejenak dan menggelengkan kepalanya. “Bagaimana aku bisa tidak senang. Al, ini terlalu banyak untukku. Bahkan jika kamu tidak membantu, aku akan mencari cara untuk bangkit. Tapi, kamu melakukannya.”
Setelah mengakhiri kalimatnya dia merenung dengan wajah serius yang di tekuk olehnya dan berjalan ke belakang untuk mengambil pedang yang dia letakan tadi. Lalu dia mendekat lagi pada saya dan entah apa dia tiba-tiba menunduk dengan satu kakinya terangkat dan menancapkan bilah pedangnya ke tanah.
“Saya, Yohan Raven, dengan ini membuat sumpah. Bahwa selama sisa hidupnya, selama saya menjadi seorang yang bisa mengayunkan pedang dengan kedua tangannya. Saya bersumpah untuk menjadi pelindung dan pedang bagi Alvius Raven.”
Saya langsung tersentak kaget dengan apa yang dia lakukan dan apa yang dia ucapkan dengan tidak jelas begitu secara tiba-tiba ini. Namun, sumpah ini, dia sangat serius ketika menancapkan pedangnya di tanah dan seperti menunggu saya untuk mencabut pedang untuknya.
Saya merenung dan memalingkan wajah ke arah lain, ke kanan dan kiri, menjilat bibir saya dan berpikir keras dengan jawaban apa yang harus saya berikan. Saya ingin menolak, ini bukan karena saya tidak ingin. Tetapi, saya tidak yakin ini benar atau tidak dia melakukan sumpah ini kepada saya.
Saya.... Tidak punya pilihan selain menerimanya.
Tangan kanan saya memegang erat ganggang pedang yang sudah usang dan perlahan mencabutnya dari tanah yang basah untuk saya tarik ke atas bilahnya.
“kak, aku harap tidak ada penyesalan.” Yohan yang menutup matanya tidak memberikan jawaban disana. Saya menggertakan gigi saya dan menurunkan bilah ke arah pundak Yohan kemudian berkata. “Saya, Alvius Raven, menerima sumpah Yohan Raven dan juga akan berjanji memberikan kekuatan untuk mendukungnya menjadi pedang saya.”
Sumpah telah dinyatakan kepada dunia sebagai saksinya. Angin tenang menyapu keberadaan kami dan Yohan perlahan membuka matanya. Matanya mulai bersinar terang dengan warna kehijauan alami dan tiba-tiba monitor masuk.
[Skill ‘Absolute Seven Virtues (M)’ anda berkecambah dengan sempurna.]
[Skill ‘Monarch of Diligent (M)’ dalam tahap 10% untuk berhasil di peroleh.]
[Status Yohan Raven. Telah ditunjuk sebagai ‘Descendant of Diligent (SS Job)’!]
[Barang siapa yang menerima berkah tersebut maka orang itu akan menerima berkah besar dari ‘Monarch of Diligent (M)’ demi kesempurnaan dunia ini menuju ketekunan kembali.]
“Saya ‘Decendant of Diligent’ akan melakukan tugasnya dengan baik.” Yohan mengatakan itu dengan mata yang melihat seolah melihat ke dalam diri saya dan bukan saya. Itu terlihat seperti saya sudah menjadi seorang Raja.
[Bagi seseorang yang menerima Job ini maka di matanya sosok yang memberi Job tersebut dan berkahnya, akan terlihat memakai sebuah mahkota seorang Kebajikan.]
Setelah mendengar penjelasan penuh dari monitor saya semakin yakin dengan apa yang saya pikirkan. Tapi, apakah ini berbahaya? Jika Yohan melakukan ini mungkin saja saya akan menyebabkan bahaya baginya.
[Secara keseluruhan target sadar dengan apa yang dia ucapkan. Hanya saja apa yang dia lihat berbeda dari sebelumnya. Sekarang anda bagaikan sosok penguasa di matanya.]
“Al... Terima kasih.” Yohan bangkit dan tersenyum kepada saya dan lagi-lagi dia mengusap rambut saya.
Apa yang bisa saya lakukan hanya ini. Selanjutnya adalah tugasnya untuk terus mengasah Skillnya sendiri. Sebagai gantinya dia telah menjadi seseorang yang mirip seperti Prophet bagi saya. Dia adalah Keturunan Ketekunan jadi saya rasa dia akan semakin kuat jika dia terus berlatih.
“Mhm. Kalau begitu sebaiknya kita tidur. Ayah nanti akan marah jika kita berdua kurang tidur.” Dia benar, jika ayah terbangun dan melihat saya menggunakan Skill mungkin tidak hanya terkejut tapi dia akan pingsan mengetahui saya bisa membangkitkan kekuatan Skill Yohan.
“Baik.”
Kami sepakat menyudahi pembicaraan kami. Sebelum masuk kembali ke dalam rumah, saya begitu naif dan tidak tahu.
Jika ayah saya mungkin memang sudah terbangun dan mengetahui bahwa saya lebih dari sekedar berbakat. Dan itu akan membuatnya semakin cemas.
***
Pagi harinya, setelah kami benar-benar bangun subuh sekali, sebuah kereta kuda sudah siap di luar rumah. Kami semua pergi dan meninggalkan desa pada akhirnya.
Perjalanan panjang kami di mulai. Tetapi itu tidak benar-benar panjang karena ketika memasuki wilayah perbatasan akan ada sebuah sihir teleportasi yang bisa mendeportasi kita semua dalam sekejap untuk bisa mencapai ibu kota.
Hal yang panjang yang saya bicarakan adalah, bagaimana saya dan kakak saya di dalam kereta ini di ajarkan oleh ayah semua jenis pelajaran yang akan kami ikuti di saat kami akan menuju untuk mengikuti ujian di Gereja Suci Lindon yang diadakan hari ini.
Dan untungnya saya beruntung. Bisa dikatakan begitu. Karena memiliki Monitor yang bisa menghafal semuanya hanya dalam sekali lihat. Menggunakan Appraisal mungkin sedikit sulit karena harus membuka mata terus namun itu setara dengan apa yang saya ingat dengan bantuan sistemnya.
“Kalian hanya perlu melakukan yang terbaik. Berbeda dengan ujian yang ajan di hadiri Alvius, Yohan, kamu akan di uji secara praktek dan bukan teori. Apakah kamu yakin.” tatap serius ayah ketika dia menanyakan itu pada Yohan.
Tetapi, Yohan tidak mundur disini, malahan dia menyeringai dan menjawab. “Tentu saja.” lalu dia melihat saya dan mengedipkan mata disana. Reaksi saya hanya bisa tersenyum ke arahnya.
“Lalu, Alvius. Kamu juga tidak perlu terlalu memaksakan diri. Tidak apa jika gagal, yang penting kamu sudah berusaha.” saya tahu hanya dengan mendengar suaranya saja. Dia benar-benar ayah yang luar biasa, yang mengkhawatirkan anaknya dan cemas saat anaknya akan masuk mengikuti ujian, seperti saya akan mengikuti ujian nasional saja.
“Aku mengerti ayah.” setelah menyelesaikan semua pembelajaran yang dia berikan kepada saya, saya menutup buku materi dan melihat keluar jendela kereta.
Sesaat saya ingin membuka lebar mulut saya. Ketika pemandangan hebat yang ada di depan saya terbentang luas dengan sangat jelas dan jernih. Entah apa ini karena saya menggunakan Appraisal atau tidak. Namun pemandangan ini sangat luar biasa. Hingga saya bergumam terpukau. “Inikah, Kerajaan Suci Harvellion...”
Segalanya penuh dengan warna cat putih dan warna terang lainnya dari tembok dinding yang menjulang menutupi seisi kota dan jembatan yang membatasi antara bagian luar dan dalam yang jalanannya dipenuhi tiang lampu jalanan dan bendera Kerajaan yang berkibar tinggi.
Saya tidak sadar bahwa Yohan dan ayah saya juga ikut senang melihat saya begitu terpesona melihat pemandangan ini. Karena memang ini adalah pertama kali bagi Alvius keluar dari rumah apalagi pergi sejauh ini di ibu kota.
Setelah itu kami harus melewati penjaga yang menjaga gerbang untuk masuk dan melihat identitas dari pengendara tersebut. Kami akhirnya bisa masuk ke dalam kota yang dipenuhi oleh keramaian dan keceriaan tak terbatas di kota ini.
Saya yang masih di dalam kereta melihat keluar. Seisi kota begitu ramai dan di selimuti rasa bahagia. Rumah-rumah yang dipenuhi orang-orang yang baik, kafe untuk makan, pasar di trotoar jalan raya. Itu semua sangat baru bagi saya.
Saya ingin meneteskan air mata. Tapi ini bukan saya. Saya rasa ini adalah Alvius yang juga terharu tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
“Disini adalah Kerajaan Suci Harvellion, sebuah Kerajaan yang besar dari empat negara lain. Akibat dari invasi iblis jumlah negara yang aslinya terdapat puluhan sekarang menjadi hanya hitungan jari dari satu tangan saja. Karena itu Kerajaan ini di kategorikan sebagai Kerajaan terbesar yang makmur.” saya mendengar penjelasan ayah namun fokus saya masih ke arah jalanan di luar.
Kemudian Yohan terkikik di sebelah saya dan mengusap kuat rambut saya hingga berantakan. “Sepertinya Alvius kita sangat bahagia sampai tidak melihat ke arah kita sedikitpun setelah sampai.”
Ah, itu kesalahan saya. “Aku minta maaf.”
Ayah mendengus senang dan seolah bangga sendiri. “He, apa yang kamu bicarakan, kamu bisa melihat sampai puas dan masih ada banyak lagi yang akan membuatmu senang saat kita bisa jalan-jalan dengan kaki kita.”
“Benarkah?!” penuh semangat saya mengatakan itu untuk mendesak.
“T-Tentu saja, kita bisa melakukannya sampai kamu kelelahan.”
Saya begitu senang karena akhirnya bisa melihat-lihat dengan jelas arti dan makna dari dunia ini. Dan mari kita semua lihat, apa yang ada sebenarnya dari dunia Tingkat SSS ini. Hingga saya tidak sabar menanti untuk itu!
“Kita sudah sampai.”
Kami akhirnya telah sampai di tujuan dan turun di Gereja Suci Lindon. Tempat yang luas dan besar seperti sebuah taman kastil ada di hadapan saya.
“Alvius, ingatlah jangan gunakan kekuatanmu jika tidak ada hal yang mendesak.”
Itu pesan yang amat akurat dan perlu dicerna dengan layak. Tapi, apakah saya harus? Saya tersenyum dan melebarkan mata melihat retina ayah saya yang dalam. Dan menjawab singkat entah itu artinya apa. “Ya.”
Karena setelah saya turun dari kereta. Mata ini bisa melihat, tempat pertempuran saya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments