Setelah hari ujian telah selesai. Semua peserta dari golongan bangsawan dan rakyat biasa mereka dipulangkan untuk menunggu hasil dari ujian mereka yang akan segera di umumkan.
Sekarang di ruang rapat tentang penilaian di Gereja Suci Lindon sedang terjadi keributan.
“Bahkan sebelum kita mengumumkan siapa yang lulus dari ratusan peserta sudah ada satu kandidat di ujian tulis sebagai Priest yang mendapatkan nilai sempurna.” Priest ini meremas kuat kertas ujian yang telah dinilai, dia sedikit lebih tua dengan ekspresinya yang mengeras melihat hasil itu.
Kemudian dia melanjutkan dengan menelan ludah, lalu dia menurunkan kepalanya, ekspresinya sedikit gelap, dan tiba-tiba dia bangkit dari kursinya.
“Tuan Fatimas...?”
“Ini...” tangannya yang memegang kertas ujian gemetar. “Ini adalah sesuatu yang luar biasa! Katakan siapa yang menguji ruangan tiga ini!” dengan semangat membara mata dari Fatimas seorang High Priest berapi-api dalam ketidaksabaran.
Kemudian pria dengan kaca mata mengangkat tangannya. “Saya High Priest.”
Pupil Fatimas belok dengan cepat menemukan pria berkaca mata itu. “Oh, Inora, apakah kamu yang menjadi pengawas ujian ini.”
“Iya itu benar, apa ada masalah High Priest?”
“Tidak! Tentu tidak. Hei, katakan padaku tentang peserta ini.”
Inora seorang Middle Priest segera mengambil kertas yang diberikan kepadanya oleh Fatimas dan melihat hasil ujian milik siapa yang sampai membuat seorang High Priest bersemangat seperti itu dan kegirangan sendiri seperti telah mendapatkan jackpot.
Disini Inora mungkin bisa menebak-nebak. Biasanya yang nilainya tinggi adalah seorang dari kalangan bangsawan, tentu saja. Karena mereka dibimbing langsung oleh bangsawan ternama dan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi daripada rakyat biasa yang apa adanya.
Jadi dia tidak tertarik tentang bangsawan yang memiliki segala kemungkinan itu. Tetapi, ketika Inora membalik kertas dan melihat nama yang tertera di atas kertas itu matanya terbelalak.
“ini...!” dia tidak salah dengan apa yang dia lihat. Namun, apakah ini nyata? Inora melanjutkan dengan nada tergagap. “I-Iya High Priest saya memang menguji ruangan ini dan tentang peserta ini....”
Fatimas penuh semangat mengangguk menunggu jawaban memuaskan dari Inora. “Iya, iya, bagaimana!?”
“Anak ini sedikit aneh. Pertama kali masuk saya melihat dia bertikai dengan anak bangsawan. Sepertinya itu diskriminasi kepadanya yang adalah rakyat biasa.”
“Ho, dia rakyat biasa. Lalu?”
Fatimas mengangguk mengerti. Memang hal itu sudah biasa terjadi dan menjadi kasus bahwa bangsawan adalah dalang dari diskriminasi itu. Tapi apa yang lebih penting dari itu adalah ucapan Inora selanjutnya masih belum selesai, jadi Fatimas masih menunggu dengan semangat.
“Tetapi...” dan ucapan Inora selanjutnya membuat semua orang di ruang rapat ini terkejut. “Anak ini mengerjakan soal ini bahkan tidak lebih dari 10 menit.”
“Apa?”
“Itu tidak mungkin! Bagaimana bisa rakyat biasa memiliki wawasan yang tinggi!”
“Dan lagi lihatlah, jawabannya benar semua. Ini sempurna!”
Fatimas menunduk, tubuhnya bergidik kuat, dia masih belum duduk di kursinya dan dia pun menjadi semakin meledak.
“Ini! Ini adalah tanda bahwa seorang jenius telah lahir di dunia ini! Kuh! Setelah puluhan tahun aku menjadi High Priest belum pernah ada kasus seperti ini. Aku, aku ingin menemui anak ini. Inora, siapa namanya tadi?”
Inora mengangguk canggung melihat Fatimas sangat, sangat luar biasa meledak hari ini daripada hari biasanya. Dia benar-benar telah terpukau dan kehilangan kendali lagi.
“Namanya adalah, Alvius Raven.”
Mata Fatimas semakib berkilau seperti ada bintang bersinar di matanya. Kemudian dari arah pintu ruang rapat seseorang yang sudah masuk mengetuk pintu dan membuat kehebohan Fatimas selesai.
“Ah, Direktur.”
Beliau adalah Direktur dari Gereja Suci Lindon serta pendiri dari akademi ini untuk mencari potensi seorang Priest muda dan Paladin berbakat. Namanya adalah Sarion Ulysey.
“Silahkan duduk Direktur.”
“Ya terima kasih High Priest. Sepertinya ada sesuatu yang membuat kalian bersemangat.” dengan senyuman dan sedikit tawa dari Sarion membuat Fatimas sedikit malu. “Tidak apa, maaf atas keterlambatan saya karena saya harus menemui pria itu lagi.”
“Pria itu datang lagi?”
Sarion menaikkan alisnya dan tersenyum. “Mhm.”
Fatimas yang merubah ekspresinya menjadi tidak senang tahu bahwa orang yang ditemui oleh Sarion adalah orang yang bisa membuat memasang raut wajah tidak bahagia. Dia merasa telah bosan dengan hal itu dan sekarang dia duduk di kursinya di dekat Sarion.
“Dia berkata bahwa kami harus memilih kasih antara nilai anaknya. Tentu saya berkata bahwa itu tidak bisa. Kami disini menguji dan menilai secara adil tanpa memandang status. Pihak bangsawan tinggi atau bahkan Kerajaan tidak bisa mengubah peraturan milik saya.”
Semua orang disini tahu siapa sebenarnya Sarion Ulysey bahkan sebelum beliau menjabat sebagai direktur disini dan membangun Gereja Suci Lindon yang besar ini demi generasi muda yang berbakat alami.
Sarion adalah orang yang lembut. Tapi, jika menyangkut menyalahgunakan kekuasaan. Dia akan menjadi menakutkan. Karena dulu, dia adalah seorang Grand Saint sebelum dia pensiun dan menurunkan gelarnya. Karena dia sudah tidak memiliki banyak kekuatan suci yang tersisa.
Akibat setengah benua ini sudah dikuasai oleh kegelapan dan dia bertanggung jawab demi menghilangkan kontaminasi kegelapan itu dengan menggunakan segenap kekuatan sucinya dan berakibat dia harus kehilangan kesuciannya, sekarang dia hanya memiliki sisa-sisa dari kekuatannya saja.
Memang sekarang dia bisa dikatakan lemah. Tapi, bahkan sampai sekarang tidak ada seorang Assassin yang bisa membunuhnya yang dikirim kepadanya.
Dia tidak kuat, namun dia memiliki seseorang yang kuat di Gereja Suci Lindon miliknya ini.
“Setelah kehilangan kekuatan saya memang lemah. Namun itu tidak berarti kekuasaan saya menurun dan digunakan dengan tidak sewenang.” Sarion mengangguk dan menatap ke semua Priest di tempat ini. “Karena saya punya kalian semua.”
Semua orang terpukau oleh kata-katanya dan tersentuh oleh kebaikannya. Menyudahi ini, Sarion melihat Fatimas dan bertanya.
“Lalu, ada hal apa tadi sehingga kalian bersemangat?” Sarion bertanya kepadanya dan Fatimas sedikit malu-malu untuk menjelaskannya karena bagaimanapun dia tadi heboh sendiri dan itu membuatnya canggung begitu dia ingat kembali.
“Ah, itu...”
Dan seseorang memberikan kertas hasil ujian kepada Sarion. “Direktur, ini.”
Sarion mengambil itu dan membacanya dengan teliti. Ketika dia sampai pada kesimpulan mengapa semua orang heboh dia mengerti sekarang.
“Hm, jadi karena ini. Baiklah saya mengerti, sepertinya ada seorang jenius yang datang ke tempat saya. Benar begitu.” dia balik bertanya namun dengan senyuman di wajahnya seperti ada makna yang tersirat. Lalu Sarion melanjutkan.
“Apa ini ada hubungannya dengan kejadian beberapa hari lalu dan kejadian dimana saya merasakan kekuatan suci yang luar biasa datang entah darimana?”
Dia menganggukan kepala beberapa kali dan memikirkan itu sampai tidak tahu yang lain juga tidak bisa melupakan hal yang sama itu. Kejadian dimana kekuatan suci yang sangat besar energinya meraung dan membuat pihak Gereja kewalahan dengan informasi kecil itu demi mencari keberadaan itu.
Sarion menyandarkan dagunya pada tangannya dan berkata. “Ini menarik. Saya juga ingin bertemu anak ini.”
Orang-orang yang melihat dirinya tertarik pada orang lain adalah sesuatu yang langkah. “Bagaimanapun, saya merasa bahwa ini adalah tanda kelahiran seorang Saint baru.”
Hati mereka berdebar mendengar ucapan itu. Alih-alih takut, tidak senang, atau bahkan tidak tertarik dengan berita itu. Namun, wajah mereka sangat bersemangat dan berapi-api mereka semua tersenyum pada saat yang sama.
Karena... Mereka juga telah menunggu untuk kesempatan ini datang. Yaitu melayani Saint baru tersebut, untuk itulah mereka semua bahkan Sarion menunggu berkah itu datang.
Lalu tiba-tiba dari luar ruangan terdengar jelas suara langkah seseorang berlari menelusuri koridor dan menerobos masuk ke dalam ruang rapat dengan keadaan payah karena tergesa-gesa.
“Direktur! Maaf saya tidak sopan!”
Sarion mengangguk ringan. Fatimas yang sedikit merengut tidak senang berbicara. “Ada apa Clitch? Kamu sampai terburu-buru seperti itu dan mengganggu rapat.”
“Maaf, High Priest! Saya kemari ingin memberikan berita pada ujian praktek yang saya uji.”
“Hm, lalu kenapa?”
Clitch yang terengah-engah dan mendesah beberapa kali menarik napasnya dengan dalam dan memberikan berita dengan nada yang sangat bersemangat. “Seorang jenius telah lahir. Dia terlahir sebagai seorang Swordmaster berbakat. Bahkan saya melihat sendiri dia, menggunakan aura!”
Semua orang di ruang rapat berdiri dari tempat duduknya dan menatap Clitch dengan tatapan tidak percaya dan bibir mereka jatuh ke bawah. Bahkan Sarion juga bangkit di sana.
“Apa kamu serius?!”
Clitch mengangguk hebat dan meyakinkan semua orang dengan itu. Dia maju ke arah meja dan memberi semua orang nama dari kandidat tersebut.
“Ini... Bukankah namanya terasa tidak asing. Direktur coba lihat.” Fatimas memberikan kertas laporan itu kepada Sarion dan ketika Sarion membacanya dia terbelalak dan pupilnya bergetar. Dia lalu membandingkan laporan ini dengan kertas hasil ujian yang tadi dia lihat.
Dia beberapa kali melihat antara laporan itu dan kertas hasil ujian dengan tidak percaya.
Kemudian orang lain yang juga telah memastikan itu juga memiliki asumsi yang sama berbicara.
“Tunggu nama belakang mereka bukankah sama.”
Clitch bingung dengan maksud orang-orang lain dan hanya bisa bertanya-tanya.
Sarion disana bergumam sendiri dengan renungannya yang jatuh. “Raven? Raven...” ketika menyatakan itu untuk dua kali kini dia yakin dan matanya menjadi lebar sekali lagi. Dia kemudian tersenyum cerah dan ada kesedihan di antara matanya.
“Tidak mungkin... Mereka adalah anak-anak dari Raven.”
“Apa maksud anda adalah suami dari wanita itu?”
Sarion mengangguk dengan serius dan terharu. “Mhm, tidak salah lagi itu dia. Dia sekarang sudah kembali ke ibu kota bersama anak-anaknya.” Sarion menaruh semua barang yang di pegang di meja dan kedua tangannya menekan meja. Semua orang fokus padanya dan bertanya mengapa dia terlihat sedih.
“Ibu dari kedua anak-anak ini dan Istri dari tuan Raven adalah... Seorang Paladin terkuat di Kerajaan Suci Harvellion yang telah meninggal 5 tahun lalu karena kemunculan Dungeon Break tingkat SS.”
Seperti ada penyesalan mendalam pada seluruh ucapannya dan suara berubah menjadi sedih lagi.
“Dari sekian banyaknya wanita Paladin, hanya dialah yang bisa menggunakan aura tingkat tinggi. Dan lihatlah, tidak kusangka anak-anaknya begitu berbakat.”
Dia menyesal karena tidak bisa membantu dalam tragedi itu. Sebagai kenalannya dan sebagai teman sesama wanita dengannya. Baginya sosok Paladin terkuat itu terus membekas di benaknya hingga sekarang.
Bagaimana dia bisa membantu jika dia sudah lama kehilangan kekuatannya. Dan terjadi tragedi Dungeon Break tingkat SS itu dan hampir menghancurkan seluruh isi Kerajaan ini.
Mungkin karena suatu alasan, Felix Raven membawa kedua putranya pergi menjauh dari Kerajaan dan tinggal di desa terpencil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments