BAB 10: SEBUAH MAKNA

Saya merasa janggal ketika meninggalkan ayah dan Direktur berdua saja. Ekspresi dari Direktur tidak bagus dan sementara itu dia sangat ketakutan seperti ditimpa oleh sebuah teror yang mengerikan. Saya dan Yohan berjalan di koridor menuju tempat poster pengumuman di tempelkan.

Ini mendebarkan saya tidak yakin bisa tenang saat ini karena kaki saya saja sudah terasa lemas mengingat akan melihat hasilnya.

Yohan yang sedari tadi diam di sebelah saya memulai membuka mulutnya.

“Tingkah ayah dari tadi aneh. Seperti bukan ayah yang biasanya ketika dia berhadapan dengan wanita Direktur itu.”

Itu ada benarnya. Jika dia merasakan ada kecurigaan seperti ada rahasia di antara mereka, kami sebagai anak juga penasaran. Yohan yang berpikir keras di sebelah saya ingin menemukan sesuatu namun dia berakhir tidak mendapatkan apapun dan menghela napas.

“Bagaimana menurutmu Al?”

“Hm? Apanya?”

“Tentang tingkah Direktur saat memeriksa kita. Apa kau juga merasakan sesuatu saat itu, seperti ada sesuatu yang menyengat ketika Direktur menyentuhmu?”

Ah, tentang itu. Tidak bisa dipungkiri ini kesalahan monitor. Saya ingin bilang begitu dan meminta maaf. Tetapi situasi saya tidak mengizinkannya. Jadi saya diam-diam mengalihkan perhatian dan berpura-pura tidak mengetahui apapun.

“Mhm, entahlah. Itu berakhir dengan cepat jadi aku tidak terlalu tahu.”

“... Begitu.” akhirnya Yohan memaklumi ini dan menjadi diam lagi dan menyudahi pemikirannya dengan melihat ke depan.

Sudah berapa lama? Kami sudah ada di depan tempat pengumuman dipajang, sekarang suasana tidak seramai seperti pasar malam dan tidak ada orang di sekitar kami selain saya, Yohan, dan...

Saya memindai sekitar dan hanya itu, tetapi saya tidak menyangka akan salah menghitung. Tidak hanya ada saya, namun ada pria lain yang sedang melihat juga papan pengumuman, namun bukan bagian pengumuman hasil ujian melainkan penilaian dan Ranking.

Saya melihatnya, merasa aneh seperti saya pernah melihatnya entah dimana. Begitu saya ingat dengan jelas, ternyata pria itu adalah pria yang membantu saya menemukan jalan untuk menuju ke tempat praktik Yohan.

Ah! Dia melihat ke saya...

Saat itu tingkahnya menjadi aneh. Dia sedih ketika melihat Rankingnya dan saat dia menyadari keberadaan saya dia menjadi salah tingkah dan gugup. Saya menundukkan kepala saya padanya untuk bertingkah sopan, karena sepertinya dia senior di sini.

Tetapi, dia membuang muka begitu saja dan langsung pergi dari tempat ini dengan jalan cepat.

Saya tidak tahu apa yang terjadi. Tapi, entah kenapa saya merasa tersinggung dan benci tipe orang seperti itu. Seperti dia menjauh dari dunia masyarakat untuk bersosialisasi. Padahal aku sudah sopan.

Karena itu bukan urusan saya dan mungkin saya tidak akan bertemu dia lagi, saya mengabaikannya.

Yohan sudah melihat hasilnya terlebih dahulu, sementara saya ketinggalan karena fokus saya pada yang lain. Lalu tangan Yohan menarik kerah lengan saya kencang.

Itu mengagetkan dan saya berbicara. “Ada apa?”

Gerakan bibir Yohan gemetar. “L-Lihatlah!”

Dengan itu saya yang penasaran dengan apa yang dia tunjuk, saya juga melihat itu. Dengan menyipitkan mata dan dengan cermati saya memindai ratusan nama dari bawah ke atas di hasil ujian praktik. Terus dan terus ke atas namun saya tidak berhasil menemukannya.

Terakhir, retina saya naik hingga ke ujung dan berhasil menemukan apa yang saya inginkan. Itu nama Yohan!

— Peringkat 1 terbaik. Peserta No. 0344 Yohan Raven.

Saya segera melihat wajah Yohan, raut wajahnya terdistorsi dengan perasaan campur aduk.

Tidak, belum selesai. Saya dengan cepat juga memindai milik saya, hasil ujian tertulis menjadi Priest. Retina saya bergerak cepat dengan kegilaan, cepat, cepat dan cepat.

Setelah perjalanan panjang menelusuri hasil saya, saya menemukan nama saya juga. Saya menutup mulut saya dengan kedua tangan saya tidak terduga.

— Peringkat 1 terbaik. Peserta No. 0303 Alvius Raven.

Tangan saya mencari-cari tangan Yohan dan menggenggam erat tangannya. Kami saling bertatapan di sana dengan ekspresi kami yang sama-sama bercampur aduk dengan senyum senang dan sedih terharu. Kami hanya berteriak.

“Kita berhasil!!”

“Oh! Oh! Kita bisa!!!”

Kami melompat kegirangan dengan menggandeng tangan dan saling berpelukan satu sama lain di bawah kebahagian yang tidak ada duanya ini. Bagaimana tidak, kami berdua sama-sama berhasil pada langkah pertama kami.

Banyak orang di sekitar kami memperhatikan tingkah kocak dari dua bersaudara ini dan hanya bisa menduga-duga kebenaran tingkah aneh ini.

***

Kembali pada ruangan dimana Direktur dan Felix berada.

Dokdokdok!

Setelah itu Yohan dan saya kembali dalam keadaan sangat senang dan gembira yang tidak bisa di gambarkan lagi. Dan kami berpikir untuk segera memberitahukan pada ayah secepatnya. Sesaat setelah sampai kami langsung duduk di sofa, dengan semangat mengguncang tubuh ayah.

Yohan yang tidak bisa menahan lagi meletup seperti balon.

“Ayah, dengar! Aku dan Al lulus! Dan lagi kami berdua ada di posisi pertama!”

Saya mengangguk untuk itu seolah saya yang bangga dengan ucapan Yohan kepada ayah. Kemudian beberapa detik telah berlalu dan ayah disini tidak merespon. Yohan dan saya segera sadar dan berhenti merengek bahagia juga menghentikan senyum kami.

“Ayah?” Yohan bertanya-tanya. Mengapa dia membuat ekspresi dan raut wajah gelap seperti itu. Dia tidak pernah melihat ini sebelumnya.

“Putraku... Ada yang ingin ayah bicarakan.” mulutnya memang aktif, tetapi wajahnya seperti sangat kasual dan kedalaman yang tidak bisa di gambarkan dengan jelas. Saya langsung melepaskan tangan saya dan duduk sedikit bergeser darinya.

Yang pertama membuka mulut adalah saya.

“Ayah...” mendengar suara saya, ayah perlahan menoleh dan melihat saya, lalu tatapannya terbelalak lebar, dia kaget.

“Mengapa ayah terlihat tegang?” dia melihat saya seperti melihat monster, dia merinding. Saya tahu, dan saya tidak berhenti menatapnya lurus dan tajam dengan tatapan orang yang memikirkan hanya tentang kegilaan.

“Apa Direktur mengatakan sesuatu yang membuat ayah tersinggung?”

Tidak, bukan hanya itu. Dia masih tidak membuka mulutnya. Bahkan ketika saya menatap Direktur untuk memastikan, beliau juga tersentak dengan kejutan ketika melihat saya.

“Apa ada hal yang membuat ayah tidak senang?”

Itu pasti ada disini, disuatu tempat yang hanya ayah yang tahu kebenaran dan kenyataannya.

... Jika tidak, maka sejak kami tiba di ibu kota ayah tidak akan sewaspada ini bahkan tidak akan pernah.

“Katakan ayah, apa yang membuatmu tidak senang. Jika tempat ini menyiksamu secara mental maka...” saya menyeringai pada sudut lebar bibir saya dan menaikkan alis saya. “Aku dengan senang hati akan menghancurkan tempat ini demi membuatmu lega kembali.”

“Alvius!” dengan teriakkannya itu bisa saya mengerti. Dan, ah... Ternyata benar apa alasannya yang membuat dirinya seperti ini.

Suasana memang sedikit menegang, tidak, bukan hanya sedikit namun luar biasa tertekan dan berat untuk bernapas. Saya diam-diam melihat ayah saya, tepat pada matanya yang terlihat kesakitan. Mengapa mata hijaunya itu terlihat menderita seperti dunia ini berusaha menghancurkannya.

Itu membuat saya tidak senang dan memasang raut wajah tidak benar-benar tertarik.

“Cukup, jangan katakan hal seperti itu lagi.”

“Mengapa? Apa ayah tidak senang aku dan kakak lulus ujian? Jika begitu apa alasan ayah membawa kami ke ibu kota? Hanya jalan-jalan? Apa hanya ingin ‘Rasa tanggung jawab’, itu terpenuhi?”

Mata ayah yang melihatku bergetar mendengar jawaban saya yang terdengar absurd datang dari bibir anak kecil. Tapi, itu tidak salah, sebaliknya, kata-kata itu adalah pisau yang tak terhitung jumlahnya seolah di tancapkan di satu tempat pada tubuhnya.

Saya menghela napas resah dan kesal seperti ada uap mengambang di udara ketika saya mengeluarkan napas saya.

“Ayah selalu seperti ini ketika kita tiba di ibu kota. Aku ingin bertanya, tapi aku tidak ingin mengganggu ayah karena takut menyinggung nantinya. Tapi, apa? Sepertinya apa yang aku pikirkan selama ini benar.” saya diam-diam melihat Direktur disana dengan tidak senang.

“Hubungan ayah dan Direktur ketika kita disini. Jika ini benar... Ayah, jika ini tentang Ibu maka jangan katakan apapun.”

“Al, bagaimana...”

Saya beranjak dari sofa dan menafsirkan apa yang menjadi kekesalan saya selama ini, selama saya tiba di ibu kota tidak sedikitpun ada perubahan ketika kita pergi dari desa. Semua sama dan terus seperti itu.

Malahan menjadi lebih parah sejak tinggal di rumah baru kami. Aku selalu melihat ayah akan terbangun malam dan duduk sendirian di ruang tamu, merenung, berpikir keras, kemudian menangis sendiri.

“Sudah kuduga. Bahwa pergi ke ibu kota adalah pilihan terburuk. Bukan demi aku, bukan demi kakak Yohan, tetapi demi diri ayah sendiri.”

Ayah gemetar pada kata-kata saya. Dia ingin menjawab semua yang telah saya lontarkan padanya demi menemukan jawaban pada kesalahpahaman ini. Tapi dia tidak pernah bisa menemukannya. Dia semakin jatuh dalam keputusasaan.

“Alih-alih kata-kata ‘Demi anak-anak’. Sebaliknya, ini ‘Demi perasaan ayah’. Luka ayah terbuka lagi.”

“Al, itu... Dengarkan putraku...”

Saya berjalan ke arah pintu. Saya tidak tahan dengan ini, saya ingin pergi dan melerikan diri dari tempat ini, saya yakin saya bisa menemukan sesuatu yang bisa saya buktikan bahwa keberadaan saya bukan karena saya Alvius, namun karena saya hidup dan berhak menjalaninya.

“Al, kamu mau kemana?” Yohan, benar, dia kakak saya. Dia sedang bertanya, lalu saya menjawabnya tanpa berbalik.

“Kakak sebaiknya ada disisi ayah, aku akan pergi untuk menenangkan diri.”

Mungkin inilah yang terbaik. Ketika perasaan buruk di buang di tempat yang tepat tanpa harus terlibat pada penyebabnya. Saya sekarang terlalu emosional dan tidak bisa berpikir dengan jelas karena perasaan seolah dikhianati merasuk di dalam diri saya.

Jika seperti ini saya berhadapan dengan orang-orang ini, maka saya tidak yakin akan menahan diri.

Saya berbalik hanya untuk mengatakan kalimat terakhir yang selama ini ingin saya ucapkan.

“Padahal, kita sudah berjanji untuk menjadi kekuatan satu sama lain demi merubah kesedihan keluarga menjadi kebahagiaan tak terbatas. Apakah itu semua hanya omong kosong, ayah?”

Setelah itu saya benar-benar meninggalkan ruangan. Yohan berusaha menghentikan saya dengan keras memanggil nama saya, namun saya mengabaikannya. Ayah terpuruk disana dalam keadaan kepala yang ditekan kuat dengan tangannya. Direktur merasa tidak enak.

Dan saya, seorang anak usia 8 yang tidak mencerminkan usianya sama sekali. Mencoba mengartikan dunia, tempat saya hidup kembali.

Terpopuler

Comments

Rizhu

Rizhu

jangan kebanyakan drama nya daripada aksi nya

2022-10-15

0

lihat semua
Episodes
1 PROLOG: KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
2 BAB 1: HIDUP SEBAGAI MOB
3 BAB 2: BERKAH KEKUATAN SUCI
4 BAB 3: KERAJAAN SUCI HARVELLION
5 BAB 4: DISKRIMINASI STATUS
6 BAB 5: SAUDARA YANG TIDAK TAHU CARA MENAHAN
7 BAB 6: PUTRA DARI PALADIN TERKUAT
8 BAB 7: TRAGEDI 5 TAHUN LALU
9 BAB 8: SESUATU DI DALAM TUBUH
10 BAB 9: YANG TERPENTING ADALAH...
11 BAB 10: SEBUAH MAKNA
12 BAB 11: TIMBULNYA HARAPAN
13 BAB 12: MASING-MASING CAHAYA
14 BAB 13: ANAK YANG LICIK
15 BAB 14: SAINT BARU DAN EKSISTENSI
16 BAB 15: KUTUKAN ITU HIDUP
17 BAB 16: KUTUKAN ITU HIDUP (2)
18 BAB 17: DESCENDANT OF DILIGENT
19 BAB 18: DESCENDANT OF DILIGENT (2)
20 BAB 19: SHADOW ASSASSIN
21 BAB 20: SHADOW ASSASSIN (2)
22 BAB 21: IKATAN
23 BAB 22: DECEPTION EYE
24 BAB 23: DECEPTION EYE (2)
25 BAB 24: DECEPTION EYE (3)
26 BAB 25: DUNGEON DEMON
27 BAB 26: DUNGEON DEMON (2)
28 BAB 27: BERSINARNYA CAHAYA PEMBURU
29 BAB 28: BERSINARNYA CAHAYA PEMBURU (2)
30 BAB 29: TRANSFORMASI ARCHANGEL
31 BAB 30: PENGORBANAN SAINT
32 BAB 31: SAINT YANG TERLELAP
33 BAB 32: SAINT YANG TERLELAP (2)
34 BAB 33: SAINT YANG TERLELAP (3)
35 BAB 34: JATUH TANPA DAYA
36 BAB 35: TUJUAN DAN KESADARAN
37 BAB 36: CLARITY SHADOWLESS
38 BAB 37: UNDANGAN TAK TERDUGA
39 BAB 38: ORANG YANG LEBIH GILA
40 BAB 39: ORANG YANG LEBIH GILA (2)
41 BAB 40: ORANG YANG LEBIH GILA (3)
42 BAB 41: KEPINGAN YANG BANGKIT
43 BAB 42: SATU YANG BERHARGA
44 BAB 43: SATU YANG BERHARGA (2)
45 BAB 44: IDE YANG MENAKUTKAN
46 BAB 45: KEMUNCULAN DRYAD
47 BAB 46: KEMUNCULAN DRYAD (2)
48 BAB 47: BUKAN OLEH SIAPAPUN
49 BAB 48: PENULIS BINTANG
50 BAB 49: SESUATU YANG DI NANTI
51 BAB 50: BERTOLAK BELAKANG
52 BAB 51: RENCANA
53 BAB 52: DUNGEON RAID
54 BAB 53: DUNGEON RAID (2)
55 BAB 54: DUNGEON RAID (3)
56 BAB 55: WANITA BAYANGAN
57 BAB 56: WANITA BAYANGAN (2)
58 BAB 57: WANITA BAYANGAN (3)
59 BAB 58: TEN TAIL CHIMERA
60 BAB 59: TEN TAIL CHIMERA (2)
61 BAB 60: TEN TAIL CHIMERA (3)
62 BAB 61: LADANG KEBUSUKAN
63 BAB 62: LADANG KEBUSUKAN (2)
64 BAB 63: LADANG KEBUSUKAN (3)
65 BAB 64: LADANG KEBUSUKAN (4)
66 BAB 65: PADA HARI ITU
67 BAB 66: SATU YANG PERLU DIPERHATIKAN
68 BAB 67: SATU YANG PERLU DIPERHATIKAN (2)
69 BAB 68: SATU YANG PERLU DIPERHATIKAN (3)
70 BAB 69: ANTARA DELUSI DAN PRINSIP
71 BAB 70: ANTARA DELUSI DAN PRINSIP (2)
72 BAB 71: KEBODOHAN YANG SELALU DI INGAT
73 BAB 72: JALAN YANG TERHUBUNG
74 BAB 73: SALING MEMANFAATKAN
75 BAB 74: TAHANAN DAN KEMATIAN
76 BAB 75: TAHANAN DAN KEMATIAN (2)
77 BAB 76: TAHANAN DAN KEMATIAN (3)
78 BAB 77: NEGERI RAS DWARF
79 BAB 78: NEGERI RAS DWARF (2)
80 BAB 79: NEGERI RAS DWARF (3)
81 BAB 80: NEGERI RAS DWARF (4)
82 BAB 81: ELDER OF DWARF
83 BAB 82: ELDER OF DWARF (2)
84 BAB 83: ELDER OF DWARF (3)
85 BAB 84: ELDER OF DWARF (4)
86 BAB 85: NEGOSIASI YANG BURUK
87 BAB 86: MALAPETAKA YANG TERULANG
88 BAB 87: MALAPETAKA YANG TERULANG (2)
89 BAB 88: GERBANG DUNGEON
90 BAB 89: MEMENUHI UNDANGAN
91 BAB 90: ‘QUEEN NIGHT 25‘
92 BAB 91: ‘QUEEN NIGHT 25’ (2)
93 BAB 92: DISASTER
94 BAB 93: DISASTER (2)
95 BAB 94: DISASTER (3)
96 BAB 95: DISASTER (4)
97 BAB 96: DISASTER (5)
98 BAB 97: PIECE OF LIGHT
99 BAB 98: PIECE OF LIGHT (2)
100 BAB 99: PIECE OF LIGHT (3)
101 BAB 100: ARTIFACT STAR WRITER
102 BAB 101: ARTIFACT STAR WRITER (2)
103 BAB 102: ARTIFACT STAR WRITER (3)
104 BAB 103: HAL YANG PERLU DILAKUKAN
105 104: HAL YANG PERLU DILAKUKAN (2)
Episodes

Updated 105 Episodes

1
PROLOG: KEHIDUPAN SETELAH KEMATIAN
2
BAB 1: HIDUP SEBAGAI MOB
3
BAB 2: BERKAH KEKUATAN SUCI
4
BAB 3: KERAJAAN SUCI HARVELLION
5
BAB 4: DISKRIMINASI STATUS
6
BAB 5: SAUDARA YANG TIDAK TAHU CARA MENAHAN
7
BAB 6: PUTRA DARI PALADIN TERKUAT
8
BAB 7: TRAGEDI 5 TAHUN LALU
9
BAB 8: SESUATU DI DALAM TUBUH
10
BAB 9: YANG TERPENTING ADALAH...
11
BAB 10: SEBUAH MAKNA
12
BAB 11: TIMBULNYA HARAPAN
13
BAB 12: MASING-MASING CAHAYA
14
BAB 13: ANAK YANG LICIK
15
BAB 14: SAINT BARU DAN EKSISTENSI
16
BAB 15: KUTUKAN ITU HIDUP
17
BAB 16: KUTUKAN ITU HIDUP (2)
18
BAB 17: DESCENDANT OF DILIGENT
19
BAB 18: DESCENDANT OF DILIGENT (2)
20
BAB 19: SHADOW ASSASSIN
21
BAB 20: SHADOW ASSASSIN (2)
22
BAB 21: IKATAN
23
BAB 22: DECEPTION EYE
24
BAB 23: DECEPTION EYE (2)
25
BAB 24: DECEPTION EYE (3)
26
BAB 25: DUNGEON DEMON
27
BAB 26: DUNGEON DEMON (2)
28
BAB 27: BERSINARNYA CAHAYA PEMBURU
29
BAB 28: BERSINARNYA CAHAYA PEMBURU (2)
30
BAB 29: TRANSFORMASI ARCHANGEL
31
BAB 30: PENGORBANAN SAINT
32
BAB 31: SAINT YANG TERLELAP
33
BAB 32: SAINT YANG TERLELAP (2)
34
BAB 33: SAINT YANG TERLELAP (3)
35
BAB 34: JATUH TANPA DAYA
36
BAB 35: TUJUAN DAN KESADARAN
37
BAB 36: CLARITY SHADOWLESS
38
BAB 37: UNDANGAN TAK TERDUGA
39
BAB 38: ORANG YANG LEBIH GILA
40
BAB 39: ORANG YANG LEBIH GILA (2)
41
BAB 40: ORANG YANG LEBIH GILA (3)
42
BAB 41: KEPINGAN YANG BANGKIT
43
BAB 42: SATU YANG BERHARGA
44
BAB 43: SATU YANG BERHARGA (2)
45
BAB 44: IDE YANG MENAKUTKAN
46
BAB 45: KEMUNCULAN DRYAD
47
BAB 46: KEMUNCULAN DRYAD (2)
48
BAB 47: BUKAN OLEH SIAPAPUN
49
BAB 48: PENULIS BINTANG
50
BAB 49: SESUATU YANG DI NANTI
51
BAB 50: BERTOLAK BELAKANG
52
BAB 51: RENCANA
53
BAB 52: DUNGEON RAID
54
BAB 53: DUNGEON RAID (2)
55
BAB 54: DUNGEON RAID (3)
56
BAB 55: WANITA BAYANGAN
57
BAB 56: WANITA BAYANGAN (2)
58
BAB 57: WANITA BAYANGAN (3)
59
BAB 58: TEN TAIL CHIMERA
60
BAB 59: TEN TAIL CHIMERA (2)
61
BAB 60: TEN TAIL CHIMERA (3)
62
BAB 61: LADANG KEBUSUKAN
63
BAB 62: LADANG KEBUSUKAN (2)
64
BAB 63: LADANG KEBUSUKAN (3)
65
BAB 64: LADANG KEBUSUKAN (4)
66
BAB 65: PADA HARI ITU
67
BAB 66: SATU YANG PERLU DIPERHATIKAN
68
BAB 67: SATU YANG PERLU DIPERHATIKAN (2)
69
BAB 68: SATU YANG PERLU DIPERHATIKAN (3)
70
BAB 69: ANTARA DELUSI DAN PRINSIP
71
BAB 70: ANTARA DELUSI DAN PRINSIP (2)
72
BAB 71: KEBODOHAN YANG SELALU DI INGAT
73
BAB 72: JALAN YANG TERHUBUNG
74
BAB 73: SALING MEMANFAATKAN
75
BAB 74: TAHANAN DAN KEMATIAN
76
BAB 75: TAHANAN DAN KEMATIAN (2)
77
BAB 76: TAHANAN DAN KEMATIAN (3)
78
BAB 77: NEGERI RAS DWARF
79
BAB 78: NEGERI RAS DWARF (2)
80
BAB 79: NEGERI RAS DWARF (3)
81
BAB 80: NEGERI RAS DWARF (4)
82
BAB 81: ELDER OF DWARF
83
BAB 82: ELDER OF DWARF (2)
84
BAB 83: ELDER OF DWARF (3)
85
BAB 84: ELDER OF DWARF (4)
86
BAB 85: NEGOSIASI YANG BURUK
87
BAB 86: MALAPETAKA YANG TERULANG
88
BAB 87: MALAPETAKA YANG TERULANG (2)
89
BAB 88: GERBANG DUNGEON
90
BAB 89: MEMENUHI UNDANGAN
91
BAB 90: ‘QUEEN NIGHT 25‘
92
BAB 91: ‘QUEEN NIGHT 25’ (2)
93
BAB 92: DISASTER
94
BAB 93: DISASTER (2)
95
BAB 94: DISASTER (3)
96
BAB 95: DISASTER (4)
97
BAB 96: DISASTER (5)
98
BAB 97: PIECE OF LIGHT
99
BAB 98: PIECE OF LIGHT (2)
100
BAB 99: PIECE OF LIGHT (3)
101
BAB 100: ARTIFACT STAR WRITER
102
BAB 101: ARTIFACT STAR WRITER (2)
103
BAB 102: ARTIFACT STAR WRITER (3)
104
BAB 103: HAL YANG PERLU DILAKUKAN
105
104: HAL YANG PERLU DILAKUKAN (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!