Ayah dan Yohan yang panik segera bangkit dan mendekat ke arah Direktur yang tiba-tiba berteriak. Dia telah membatalkan kemampuan untuk melihat dan keluar secepatnya dari dalam jurang dalam tubuh anak ini.
“Direktur ada apa?!”
Tubuh Direktur menggigil ketakutan dan wajahnya menjadi pucat dengan cepat. Dia terengah-engah dan wajahnya sedikit mengeluarkan keringat dingin.
Saya tidak tahu apa yang terjadi. Mungkin ini karena monitor telah mengambil kendali sementara jadi saya hanya bisa menatap lurus ke depan tanpa ekspresi dan tanpa tatapan serius.
Lalu beberapa detik berlalu dan saya berhasil mengendalikan diri saya kembali.
Saya melihat Direktur dan sepertinya dia terlihat tidak terlalu baik. Saya sendiri tidak tahu apa yang telah dia lihat di dalam diri saya dan apa yang telah di lakukan monitor kepadanya sampai membuatnya terlihat sangat ketakutan.
“Sa-saya tidak apa. Hanya...” Direktur melihat saya dengan tatapan masih dalam keadaan pucat. Dia mencoba menenangkan dirinya sendiri dan menarik napas dengan mengaturnya.
Begitu dia bisa bernapas dengan baik dan kulitnya yang pucat kembali seperti semula. Kemudian dia membuka mulutnya.
“Saya hanya sedikit terkejut saja, jadi jangan khawatir” dengan senyuman, dia seolah ingin membuat kami berpikir bahwa dia tidak apa-apa. Ayah yang tidak punya pilihan pun hanya bisa memahami saja, mungkin benar dia sudah membaik, itu saja.
Kemudian Direktur berkata dengan melihat saya. “Sudah selesai nak. Sekarang giliran yang tertua sepertinya.” dan mengangguk ringan lalu mengganti pandangannya pada Yohan.
Saya hanya menduga-duga, sepertinya dia memang berusaha untuk terlihat baik-baik saja. Tapi karena dia bersikeras begitu dan mulai melanjutkan bagiannya kepada Yohan dengan santainya. Saya rasa saya tidak perlu cemas dengan apa yang dilakukan monitor kepadanya dan bangkit dari tempat duduk saya dan diganti oleh Yohan.
Lalu kemudian giliran Yohan berlangsung. Saya diam-diam berbisik dalam pikiran saya dan berkata pada monitor. “Monitor bisakah lakukan hal yang sama untuk menjaga informasi Yohan. Namun jangan membuatnya ketakutan lagi.”
Dan dengan cepat dan penuh tanggapan, responnya terlihat membaik dari sebelumnya.
[Perintah telah dilakukan.]
Eh? Mhm... Bukankah monitor-nim bekerja terlalu keras.
Tidak ragu, saya memberikan -nim di belakang namanya.
Saya rasa perlu untuk berterima kasih kepadanya karena selalu bisa mendukung penuh saya dan membuat saya bisa percaya dengan kemungkinan hidup saya akan menjadi lebih baik dan lebih baik.
Giliran Yohan pun telah berlalu. Itu bekerja tanpa ada teriakkan pada Direktur kali ini jadi saya rasa monitor melakukan tugasnya dengan benar untuk tidak menakutinya. Tapi, wajah Direktur terlihat pucat lagi dan dia seperti memaksakan diri untuk tersenyum.
“Baiklah karena sudah selesai saya rasa cukup” dia mengambil cangkir teh miliknya dan meminumnya. Lagi, tangannya gemetar kali ini. Sudah kuduga sepertinya monitor berlebihan juga kali ini.
Direktur pun berbicara seperti mengalihkan hal itu dan kondisinya. “Apakah kalian sudah melihat papan pengumumannya? Aku rasa kalian akan terkejut ketika melihat hasilnya, kalian harus mengeceknya sendiri.”
Direktur tersenyum, lalu membuang muka ke arah lain dengan batuk ringan, dan menghadap pada kami lagi dengan tawa canggung “Hehehe”. Saya dan Yohan saling melihat dan ayah yang merasa memang ada yang aneh berbicara.
“Kalian pergilah melihat pengumumannya.”
Saya dan Yohan pun mengangguk dan pergi dari ruangan ini meninggalkan ayah dan Direktur sendirian.
Kemudian, setelah dua anak itu pergi.
“Katakan Direktur, ada apa sebenarnya?”
Cangkir yang masih di pegang oleh Direktur gemetar hebat dan dengan pelan-pelan dan hati-hati dia meletakkannya kembali ke meja.
Wajahnya menjadi pucat pasi lagi dan ekspresinya menggelap penuh dengan teror seperti dia telah melihat sesuatu yang tidak pernah ada di muka bumi ini. Dia lalu menjawab dengan nada ketakutan.
“Tuan Raven, sebenarnya siapa kedua putra anda? Tidak, apa mereka adalah anak yang sama ketika kalian menitipkannya pada Gereja.”
Mendengar ucapan Direktur yang sepertinya mengandung kata negatif membuat Felix emosi dan meledak kesal. “Apa maksud anda Direktur?!”
“Tidak, jangan salah paham dulu. Dengarkan penjelasan saya. Pertama, Alvius lalu Yohan. Ketika saya menyelam pada diri kedua putra anda, saya tidak bisa menemukan satu pun informasi, entah itu Skill mereka, kekuatan mereka, atau bahkan informasi kecil mereka tentang atribut yang mereka miliki. Itu semua kosong dan gelap.”
Direktur belum selesai. Dia melanjutkan kembali dengan matanya menatap Felix penuh tekanan dan ketakutan, pupilnya bergetar hebat.
“Lalu, di dalam tubuh mereka, ada sosok mata yang mengerikan. Berbeda dengan Yohan, sosok yang melihat saya hanya ada satu. Tapi, milik Alvius... Mereka ada tujuh!”
Felix yang mencerna informasi itu hanya membeku kaku pada raut wajahnya. Dia tidak percaya dengan apa yang dikatakan Direktur. Tetapi, dia tahu dengan sendiri bahwa memang kedua putranya memiliki potensi seperti itu. Namun, kasusnya berbeda jika membicarakan Alvius. Karena sejak awal dia tahu bahwa Alvius tidak hanya berbakat namun dia memiliki potensi untuk membuka bakat miliknya atau orang lain.
Dia sudah tahu. Namun, dia memilih menutup mata dan berusaha yang terbaik untuk mendukung kedua putranya dari belakang dan mensupport mereka dengan sesuatu yang mereka butuhkan.
Lalu apa ini? Apakah kedua putranya memiliki potensi menjadi monster? Tidak, dia tidak membiarkan pikiran kotor itu menguasainya.
“Direktur. Saya mengerti kedua putra saya berbakat. Namun saya tidak akan membiarkan anda untuk membuat putra saya terlihat seperti monster di depan saya.”
“Tidak tuan Raven, sepertinya anda salah paham. Saya tidak berkata bahwa itu monster.”
“Apa?”
Felix pun bingung dengan maksud dari Direktur. Direktur pun menjelaskan apa maksud dari perkataannya yang tidak jelas itu dengan serius dan tenang.
“Sepertinya kedua putra anda memiliki potensi sebagai seorang penyelamat. Meskipun saya tidak mendapatkan apapun ketika menyelam ke dalam diri mereka. Tapi, mata saya masih bisa melihat energi yang dikeluarkan oleh orang lain. Dan kasus putra anda apalagi Alvius, dia benar-benar di luar nalar. Energinya.... Bahkan mencakup setidaknya seluas langit dan sedalam lautan.”
Dia tidak tahu jika kedua putranya sehebat itu. Dia memang tidak bisa melihat energi mereka. Dan mendengar apa yang dikatakan Direktur membuatnya yakin bahwa itu memang benar adanya dan dia percaya itu. Felix lega dan puas dengan itu saja.
Tetapi, Direktur masih belum ingin mengakhiri pembicaraannya.
“... Tuan Raven. Saya mengerti jika Yohan ingin menjadi Paladin. Tetapi, Alvius dia tidak bisa menjadi Priest.”
Alvius langsung bangkit dan membuang kekecewaannya kepada Direktur. “Tunggu! Saya membawanya kemari agar dia bisa belajar menjadi seorang Priest—!”
Direktur menghentikan Felix berbicara dengan tangannya terangkat.
“Bukan itu maksud saya. Sepertinya... Alvius, adalah seorang Saint yang kami cari.”
Felix tidak bereaksi dengan perkataan lagi. Dia pun kehilangan kekuatan pada kedua kakinya dan membuatnya duduk kembali. Dia kemudian mengusap wajahnya dengan kedua tangannya dan menutupnya.
“Bagaimana ini bisa terjadi...” dia merenung menggumamkan itu. Bukan karena senang, tentu dia bangga dengan anaknya yang berbakat. Namun, tidak kali ini. Dia tahu apa tugas dari Saint itu.
“Saya tahu itu berat. Itu adalah kenyataannya.”
“Apakah anda akan menggunakan putra saya, lagi?”
Lagi. Direktur tahu apa maksud kata itu dan kemudian ekspresinya jatuh. Dia tidak berani memandang Felix. Dia dipenuhi oleh perasaan bersalah dan juga sebuah tanggung jawab yang tidak terelakkan.
“Saya tidak bermaksud—”
Felix yang sudah tidak kuat menahan emosi yang bergejolak dalam hatinya mulai meraung murka, ini seperti kesempatan untuknya karena putranya tidak ada disini untuk melihat sisi buruk dari ayahnya yang tidak bisa mengendalikan diri.
“Apa satu saja tidak cukup!? Dan anda ingin menggunakan putra-putra saya? Saya sudah cukup kehilangan orang yang saya cintai, dan kali ini tidak lagi. Saya tidak akan membiarkan siapapun memanfaatkan putra saya demi kebaikan lagi. Bahkan demi Kerajaan ini.”
“Tuan Raven...”
Felix memukul dadanya dengan kekesalan bimbangnya. “Saya...! Saya sudah tidak bisa kehilangan lagi, saya tidak sanggup. Terasa seperti baru kemarin saya kehilangan Alisia. Saya tidak bisa kehilangan sesuatu yang ditinggalkan Alisia kepada saya.”
Felix mengatakan itu dengan kesedihan mendalamnya. Luka yang lama dia simpan dan tidak bermaksud untuk muncul lagi, tiba-tiba keluar dan meluap begitu saja. Dia tahu ini akan terjadi dan takut tidak bisa mengendalikan diri.
Kemudian dia ingat dengan yang dikatakan Yohan kepadanya.
“Apa ayah berniat untuk menyembunyikannya dari dunia selamanya?!”„
“Dia adalah adikku yang selama ini aku jaga dan awasi. Sekarang lihatlah, dia sudah sembuh total dari penyakitnya. Dia sudah terkurung di rumah ini bahkan sejak masih kecil, sekarang dia bisa membuat keputusannya sendiri.”„
Dia membuka matanya.
Sekarang dia tidak bisa mencegah apa-apa lagi. Karena putranya yang memiliki hak untuk memutuskan jalan mereka sendiri.
“Sayang... tolong jaga kedua putra kita.”„
Karena tugasnya adalah menjaga, bukan mencegah mereka untuk meraih impian.
Demi masa depan mereka, demi orang yang dicintainya. Dia harus mempercayai kedua putranya yang semakin cepat tumbuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Cha Yujin
Maaf ya kak banyak dramanya. Jujur buat scene drama lebih sulit drpd fightnya.
2022-12-23
2
★←Råvêñ→★
Dramanya Lumayan di Chapter ini
2022-12-22
1