Bab 14. Berserah pada Takdir

Sekujur tubuh ini rasanya lemas, melihat darah yang mengucur deras di bagian dada Kak Rey? Aku berteriak ketika tubuh tegap itu merosot ke bawah, menahan rembesan darah dengan telapak tangan kanannya.

"Kak Rey!" Segera aku berhambur mendekat, mengangkat kepala lelaki yang sebelumnya membuat kesepakatan denganku, lalu meletakkan di atas pangkuan.

Matanya menatapku dengan sayu. Bibirnya melengkung halus membentuk senyuman. Baru kali ini kulihat Kak Rey tersenyum tulus kepadaku. Padahal sebelumnya, dia selalu bersikap dingin serta apatis.

Sementara Pak Tua berhasil dibekuk setelah satu pukulan di tengkuk membuatnya tidak sadar. Polisi meringkus gerombolan itu dan menggelandangnya keluar.

"Kita bawa ke rumah sakit." Rindi datang dengan menepuk bahuku. Aku tahu jika dia juga terpukul akan insiden itu, tak menyangka jika masalahnya akan melibatkan aku dan Kak Rey.

Aku mengangguk. Dua orang petugas kepolisian mendekatiku. Lalu, mereka menawarkan diri melarikan Kak Rey ke rumah sakit terdekat untuk segera ditangani.

"Kamu angkat kakinya, aku badannya. Mobil tidak bisa masuk sini. Kita harus keluar dengan berjalan kaki." Salah seorang petugas kepolisian berbicara dengan rekannya.

Tentu aku tahu. Jalan masuk ke rumah Rindi tidak bisa dilewati mobil. Hanya motor yang bisa masuk. Tapi, Kak Rey, pasti dia datang membawa mobil, bukan?

"Pak, saya ada motor. Lebih baik kita membawanya dengan menaiki motor. Paling tidak sampai ke jalan depan." Mataku mengedar ke bawah, mencari keberadaan kunci motor yang mungkin terjatuh di dalam rumah Rindi.

"Apa ini yang kamu cari?" Rindi mengulurkan kunci motor itu kepadaku. Segera kuterima dan memberikannya kepada polisi di depanku.

"Mari, saya bantu berdiri." Dengan lemas Kak Rey menopang tubuhnya. Dia masih sanggup berjalan meski wajahnya tampak pucat. Mungkin karena terlalu banyak darah yang keluar akibat luka di dadanya.

Rindi ingin membantu, tetapi segera kutahan.

"Sebaiknya kamu urus ibu dan adik-adikmu. Mereka membutuhkanmu." Kulirik kedua adik Rindi terlihat ketakutan dalam pelukan ibunya. Dari sekilas pandang saja aku bisa menyimpulkan jika ibu Rindi terkena struk ringan. Bibirnya tampak sedikit tidak normal. Mungkin juga saat ini beliau kesulitan berdiri karena sejak tadi hanya menangis sambil memeluk kedua buah hatinya yang masih kecil-kecil.

"Heem, terima kasih, Alea. Aku selalu membuatmu berada dalam masalah." Rindi berkata dengan menunjukkan raut wajah bersalah.

Aku hanya menggeleng pelan dan mencoba tersenyum, meski pada dasarnya hatiku masih begitu cemas akan kondisi Kak Rey.

Walaupun tertatih-tatih, akhirnya kami bisa sampai di depan teras rumah Rindi dengan seorang petugas polisi sudah menunggu naik di atas motor maticku. Kak Rey dibantu dengan seorang petugas kepolisian yang lain naik ke atas boncengan, lalu aku susul ikut naik di belakangnya. Tugasku memastikan jika Kak Rey tidak sampai terjatuh hingga kami mencapai jalan raya depan.

Tanganku memeluk tubuh kekar itu, menahannya agar tidak oleng saat motor maticku melaju. Kepala Kak Rey disandarkan ke bahu Pak Polisi, sementara tangannya menjuntai lemah ke bawah. Aku berusaha menjaga keseimbangan tubuh Kak Rey agar tidak miring karena jalanan yang kami lewati bergelombang.

Sampai di ujung jalan, dua mobil bak terbuka polisi menunggu. Satu mobil digunakan untuk mengangkut para komplotan Pak Tua yang masih dalam perjalanan keluar gang, sementara satunya digunakan untuk mengantar Kak Rey ke rumah sakit.

Pria itu menurut ketika tubuhnya dipapah menaiki mobil bak terbuka di bagian pungkur. Aku sengaja memosisikan diri duduk di belakangnya, takut jika tiba-tiba tubuhnya yang lemah tak sanggup menjaga keseimbangan. Wajahku masih basah akan air mata, sesenggukan kadang keluar dari bibirku tanpa kusadari. Sementara jaket hoodie yang kukenakan telah berubah warna menjadi kemerahan akibat terkena rembesan darah Kak Rey.

Mobil ini pun sudah melaju membelah keramaian jalanan yang tengah menunggu. Angin malam membiusku dari serentetean kejadian yang bahkan sampai saat ini masih belum sempat aku pahami. Aku mencari Rindi ke rumah orang tuanya, lalu melarikan diri dari kejaran preman-preman bertubuh besar dengan wajah garang menyeramkan. Kemudian, Kak Rey datang menyelamatkanku dan Rindi, meskipun berakhir terluka.

Aku menangis di belakangnya di mana tubuh Kak Rey bersandar lemah kepadaku. Wajahku tenggelam di punggungnya, menangis sepuasnya tanpa rasa malu.

Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Kak Rey?

Bagaimana jika Kak Rey terlambat mendapatkan pertolongan?

Aku tidak akan memafkan diriku sendiri apabila Kak Rena sampai menjadi janda karena ulahku. Bagaimanapun juga Kak Rey berakhir terluka parah karena menolongku.

"Hei, mengapa kamu berisik sekali?" Suara lirih Kak Rey mengejutkanku. "Aku tidak bisa tidur mendengar suara tangismu yang seperti kuntilanak."

Lihatlah! Di saat kritis dia masih sempat menghinaku. Mengapa dia tidak diam saja, membiarkan rasa empatiku mengalir untuknya. "Aku tidak bersuara," kataku dengan nada bergetar, menyembunyikan isak tangis yang semula kukeluarkan tanpa menutup-nutupinya.

"Aku ingin tidur. Jangan membangunkanku!" Dia kembali berkata dengan suara yang teramat lirih. Aku yakin jika saat ini Kak Rey sedang berusaha menahan rasa sakit di tubuhnya.

Tapi, tidur? Jangan membangunkanku?

Mataku membulat penuh. Apakah maksud dengan ingin tidur dan tidak boleh dibangunakn? Apakah itu artinya Kak Rey akan ... tiada?

Tubuhku semakin gemetar, menggelengkan kepala kuat-kuat. "Kak Rey, jangan tidur! Kamu tidak boleh tidur! Kamu harus tetap terjaga!" teriakku diselingi tangis dengan tangan mengguncang tubuhnya.

"Kak Rey, bangunlah! Jangan tidur! Jangan menakut-nakutiku!" Aku terus-menerus mengganggunya. Aku tidak mau dia tiada. Aku akan menyesal seumur hidup karena membawanya pada jurang permasalahan yang aku sendiri tidak sanggup mengatasinya.

Aku menangis dengan histeris, memeluk tubuh lemah itu dengan kuat. Aku takut, benar-benar takut kehilangannya. Dia suami Kak Rena, tetapi juga ayah dari anak yang sedang kukandung.

"Kan sudah aku bilang. Aku mau tidur. Jangan berisik! Suaramu menyakiti gendang telingaku."

Aku sedikit lega mendengar suaranya lagi, tetapi aku tidak mau terlena. Kak Rey harus tetap sadar, setidaknya sampai di rumah sakit.

Aku terus mengajaknya bicara. Apa pun yang ada di kepalaku aku utarakan. Setidaknya dengan begitu Kak Rey tidak sempat memejamkan mata.

"Bodoh, jangan lupa dengan janjimu," katanya dengan suara yang teramat lemah.

"Janji? Janji apa?" Aku merasa tidak memiliki janji dengannya.

"Besok kita menikah. Kamu jangan pura-pura lupa."

Aku hanya bisa menggelengkan kepala. Bahkan, kondisinya hampir mati pun, dia masih membahas tentang pernikahan. Aku ingin marah, tetapi juga ingin tertawa. Lelaki ini benar-benar membuat perasaanku campur aduk.

"Apakah kamu diam-diam mencintaiku sampai sangat ingin menikah denganku?" Meski kalimat itu terkesan terlalu percaya diri, tetapi aku tetap saja mengucapkannya.

"Tentu saja ... tidak. Aku hanya mencintai Rena."

Kalau seandainya dia tidak sedang sakit, mungkin mulutnya sudah aku sumpal saat ini juga. "Kamu menyebalkan, ya, ternyata," ucapku dengan bibir berkedut.

"Sebaiknya seperti ini. Aku akan menjadi lelaki paling menyebalkan yang pernah kau kenal."

Entahlah, seharusnya aku marah. Akan tetapi, aku justru ingin tertawa. Tanganku menyeka air mata yang sejak tadi menetes di pipi. Aku tidak tahu hubungan apa yang ke depannya aku jalani dengan Kak Rey. Aku hanya bisa menghadapi semuanya, membiarkan takdir yang akan menentukan jalan akhirnya.

Terpopuler

Comments

Devi Handayani

Devi Handayani

kasian alea😭😭😭

2023-04-28

1

Diana

Diana

aaahh bisa2 aq bucin sama karya author satu ini 😍😍😍

2023-04-11

1

Starry💫

Starry💫

run alea...runnnnnnn
Jan mau di nikahin Ray.....
run...run....lupakan soal janji pokoke runnnn

2023-04-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Ternoda
2 Bab 02. Rencana Tuhan
3 Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4 Bab 04. Egois
5 Bab 05. Curiga
6 Bab 06. Dugaan
7 Bab 07. Kesucian
8 Bab 08. Sosok itu ...
9 Bab 09. Rasa Lapar
10 Bab 10. Mencari Rindi
11 Bab 11. Terselamatkan
12 Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13 Bab 13. Dibayar Tunai
14 Bab 14. Berserah pada Takdir
15 Bab 15. Di Ruang Perawatan
16 Bab 16. Rencana Pernikahan
17 Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18 Bab 18. Dipecat
19 Bab 19. Membawaku Pergi
20 Bab 20. Gugup
21 Bab 21. Hadiah Pernikahan
22 Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23 Bab 23. Maafkan Aku
24 Bab 24. Anak Haram
25 Bab 25. Kemarahan Mama
26 Bab 26. Tersenyumlah!
27 Bab 27. Belanja
28 Bab 28. Gadis Kecil Itu
29 Bab 29. Om yang Sombong
30 Bab 30. Hati yang Salah
31 Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32 Bab 32. Ketahuan
33 Bab 33. Terlalu Naif
34 Bab 34. Menggantung
35 Bab 35. Sebuah Rahasia
36 Bab 36. Terlambat
37 Bab 37. Rasa Syukur
38 Bab 38. Kabur
39 Bab 39. Memilih Siapa?
40 Bab 40. Marah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43 Bab 43. Konseling
44 Bab 44. Listrik Padam
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Hati ke Hati
47 Bab 47. Perubahan Sikap
48 Bab 48. Pertengkaran
49 Bab 49. Cerai
50 Bab 50. Ke Suatu Tempat
51 Bab 51. Mama
52 Bab 52. Pertemuan
53 Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54 Bab 54. Rasa Nyaman
55 Bab 55. Menurut
56 DINIKAHI TUAN ARTHUR
57 Bab 56. Video
58 Bab 57. Memasak
59 Bab 58. Kado Misteri
60 Bab 59. Percintaan
61 Bab 60. Mama
62 Bab 61. Hampir Sembuh
63 Bab 62. Rahasia Mama
64 Bab 63. Sidang Perceraian
65 Bab 64. Malaikat Kecil
66 Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67 Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68 Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69 Bab 69. Mama Pulang
70 Bab 70. Panik
71 Bab 71. Trenyuh
72 Bab 72. Sudah Memutuskan
73 Bab 73. Menuntut Hak
74 Bab 74. Tidak Rela
75 Bab 75. Kak Rena Sadar
76 Bab 76. Perpisahan
77 Bab 77. Pemesan Kue
78 Bab 78. Papa Siapa?
79 Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80 Bab 80. Hari Pernikahan
81 Bab 81. Pesta Pernikahan
82 Bab 82. Malam yang Indah
83 Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84 Senja di Ujung Istanbul
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 01. Ternoda
2
Bab 02. Rencana Tuhan
3
Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4
Bab 04. Egois
5
Bab 05. Curiga
6
Bab 06. Dugaan
7
Bab 07. Kesucian
8
Bab 08. Sosok itu ...
9
Bab 09. Rasa Lapar
10
Bab 10. Mencari Rindi
11
Bab 11. Terselamatkan
12
Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13
Bab 13. Dibayar Tunai
14
Bab 14. Berserah pada Takdir
15
Bab 15. Di Ruang Perawatan
16
Bab 16. Rencana Pernikahan
17
Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18
Bab 18. Dipecat
19
Bab 19. Membawaku Pergi
20
Bab 20. Gugup
21
Bab 21. Hadiah Pernikahan
22
Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23
Bab 23. Maafkan Aku
24
Bab 24. Anak Haram
25
Bab 25. Kemarahan Mama
26
Bab 26. Tersenyumlah!
27
Bab 27. Belanja
28
Bab 28. Gadis Kecil Itu
29
Bab 29. Om yang Sombong
30
Bab 30. Hati yang Salah
31
Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32
Bab 32. Ketahuan
33
Bab 33. Terlalu Naif
34
Bab 34. Menggantung
35
Bab 35. Sebuah Rahasia
36
Bab 36. Terlambat
37
Bab 37. Rasa Syukur
38
Bab 38. Kabur
39
Bab 39. Memilih Siapa?
40
Bab 40. Marah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43
Bab 43. Konseling
44
Bab 44. Listrik Padam
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Hati ke Hati
47
Bab 47. Perubahan Sikap
48
Bab 48. Pertengkaran
49
Bab 49. Cerai
50
Bab 50. Ke Suatu Tempat
51
Bab 51. Mama
52
Bab 52. Pertemuan
53
Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54
Bab 54. Rasa Nyaman
55
Bab 55. Menurut
56
DINIKAHI TUAN ARTHUR
57
Bab 56. Video
58
Bab 57. Memasak
59
Bab 58. Kado Misteri
60
Bab 59. Percintaan
61
Bab 60. Mama
62
Bab 61. Hampir Sembuh
63
Bab 62. Rahasia Mama
64
Bab 63. Sidang Perceraian
65
Bab 64. Malaikat Kecil
66
Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67
Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68
Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69
Bab 69. Mama Pulang
70
Bab 70. Panik
71
Bab 71. Trenyuh
72
Bab 72. Sudah Memutuskan
73
Bab 73. Menuntut Hak
74
Bab 74. Tidak Rela
75
Bab 75. Kak Rena Sadar
76
Bab 76. Perpisahan
77
Bab 77. Pemesan Kue
78
Bab 78. Papa Siapa?
79
Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80
Bab 80. Hari Pernikahan
81
Bab 81. Pesta Pernikahan
82
Bab 82. Malam yang Indah
83
Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84
Senja di Ujung Istanbul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!