Bab 05. Curiga

Segala hal berkaitan dengan kejadian yang dialami seseorang selalu disangkut-pautkan dengan takdir. Padahal sesungguhnya manusia mampu menyusun takdirnya sendiri. Namun, begitu hal buruk terjadi, mengapa takdir yang harus dikambinghitamkan?

Ketika pagi menjelang, aku biasanya turun ke dapur untuk membantu Mbak Leli--asisten rumah tangga kami-- menyiapkan sarapan. Meski terkadang bantuanku tidak seberapa, hanya sekadar menyiapkan bahan dan memotong sayuran, tetapi aku selalu mengambil peran dalam memasak di dapur. Namun, pagi ini enggan kulakukan.

Mataku terlalu sembab untuk keluar kamar, mengingat semalam aku terlalu lama menangis. Aku sengaja turun untuk sarapan setelah semua hidangan tertata di atas meja. Bukan karena tidak mau membantu, melainkan karena aku berusaha menyamarkan mata sembabku dari keluargaku.

Kuturuni satu per satu anak tangga perlahan dan di sana semua orang sudah menunggu sambil berbincang. Ada satu yang menarik perhatianku. Kak Rey, dia kembali menatapku. Tatapannya masih sama: dingin dan datar. Aku merasa hari-hari berikutnya akan semakin sulit bagiku jika setiap hari harus berjumpa dengan lelaki itu. Aku hela napasku dalam, mencoba mengisi ulang ketegaran dalam hidupku.

Kak Rena mencolek lengan Kak Rey, dan saat itu juga tatapannya beralih dariku. Yang menarik adalah wajah dingin dan angkuh yang dipertunjukkan kepadaku berubah menjadi ramah dan penuh sayng setelah mengarah kepada Kak Rena.

Ada rasa ngilu di sudut hati ketika menyadari hal itu. Namun, aku juga merasa senang. Kak Rey ternyata benar-benar mencintai kakakku. Kak Rena menikah dengan orang yang tepat.

Aku memilih duduk di samping Mama setelah menyapa semua orang, berusaha menunjukkan bahwa semalam tidak terjadi apa-apa. Piring kubalik dengan posisi menghadap ke atas, lalu kuisi nasi dan lauk-pauk serta sayuran. Tampaknya pagi ini Mbak Leli masak lebih banyak menu dari hari biasanya, mungkin karena ada Kak Rey di sini sehingga sarapan pagi ini lebih spesial.

Setelah berdoa, kusuapkan satu sendok makanan ke mulut. Namun, belum sempat sendok itu sampai ke bibirku, Mama menyindirku.

"Rena kelelahan kemarin, tapi pagi tadi sudah sibuk menyiapkan sarapan sebanyak ini. Sementara kamu, kerjaannya hanya malas-malasan."

Sungguh, rasanya ingin kulempar sendok dan piring di depanku. Mama sengaja merendahkanku di depan Kak Rey, entah apa maksudnya. Padahal hanya pagi ini aku tidak membantu, tetapi Mama sudah menyalahkanku seolah aku anak yang tidak berguna. Berusaha sabar dan tetap tenang, aku memilih melanjutkan suapan itu ke mulutku.

Aku memilih abai akan perkataan Mama. Meski beliau menyindirku secara terang-terangan, tetapi aku tanggapi dengan tidak peduli.

Hening. Suasana menjadi kaku dan tidak mengenakkan. Bukan kehangatan keluarga yang terasa, melainkan rasa marah dan kebencian dalam lingkup satu ruangan.

"Kami akan berbulan madu dua hari lagi." Kak Rena membuka obrolan setelah menyapukan sapu tangan ke bibirnya. "Setelah itu kami pindah ke rumah baru," ucapnya dengan mata berbinar.

"Oh, ya. Secepat itu?" Terlihat raut kecewa di wajah Mama, tetapi perempuan Paruh baya itu tampak menyamarkan dengan senyuman. "Berapa lama kalian akan berbulan madu?"

"Sebulan. Ada beberapa negara yang ingin kami kunjungi. Iya, kan, Rey?"

Kak Rey hanya mengangguk. Tampaknya lelaki itu hanya bisa ramah dengan Kak Rena saja. Dia begitu dingin dan angkuh, beruntung saja bisa mendapatkan kakakku.

"Alea, bukannya kamu ingin membeli kimono asli. Kakak juga akan ke Jepang."

"Sungguh? Apakah aku bisa mendapatkan satu?" Setidaknya aku bisa mendapatkan keuntungan dari jalan-jalan mereka.

"Ya, tentu saja. Rey punya selera yang bagus soal fashion. Dia akan memilihkanmu dengan bahan terbaik."

"Aku sibuk." Kak Rey menyela. Sudah jelas dari sikap dan perkataannya, dia membenciku.

Senyum Kak Rena yang semula terpancar redup seketika. "Ayolah, Rey! Dia adikku satu-satunya," rengeknya dengan mengapit lengan Kak Rey manja.

Lelaki itu tersenyum tipis, senyum langka yang mungkin jarang dilihat orang. Tangannya secara lembut mengusap kepala Kak Rena. "Aku hanya mengantar. Kamu yang pilihkan," ucapnya dengan menatap lembut Kak Rena.

Entahlah, aku tidak bisa memalingkan wajahku dari obrolan sepasang pengantin baru itu. Mereka sangat serasi dan tampak bahagia dengan pernikahannya. Jika sudah begini, bagaimana mungkin aku tega merusak kebahagiaan Kak Rena?

Setelah Kak Rey dan Kak Rena berangkat ke kantor, Mama menyeretku ke dalam. Aku yang kebetulan masuk sif malam sebenarnya ingin keluar menemui Rindi, tetapi Mama sudah menahanku.

"Ada apa, sih, Ma?"

Wanita berpenampilan elegan itu melipat tangan di dada, menatapku dengan tatapan penuh tuduhan. "Apa yang kalian lakukan semalam?"

Sungguh, detik itu juga aku tak sanggup hanya untuk bicara. Mama ternyata tidak sebodoh itu, memercayai perkataan Kak Rey terkait pembalut wanita.

Mama adalah tipikal wanita cerdas dan tegas. Meski semalam Kak Rey berkata dengan santai, seolah memang tidak terjadi apa-apa di antara kami, tetapi raut ketakutanku tak bisa disembunyikan. Pantas saja Mama menaruh curiga kepadaku.

"Aku, ...." Bibirku tergagap, tidak bisa memilih jawaban.

"Apa?! Kau mau menggoda kakak iparmu?"

Aku menggeleng kuat. Bagaimana mungkin Mama bisa berpikir seperti itu? "Tidak, mana mungkin aku melakukan itu, Ma."

"Lalu?" Tatapan Mama begitu tajam. Terasa mencekikku yang memang tidak pandai berbohong. "Aku tahu Reynan adalah pria sempurna. Dia kaya raya, tampan, dan royal. Tapi, jangan sampai kau berpikir bisa merebutnya dari Rena. Mengerti?"

"Aku tidak mungkin berbuat itu, Ma. Aku menyayangi Kak Rena." Aku tidak menyangka Mama menghujaniku dengan tuduhan-tuduhan miring. Aku menggoda Kak Rey? Bahkan, dalam pikiran saja aku ingin menghilang dan tidak bertemu dengannya lagi.

"Mama ingin bukti, bukan hanya perkataan. Sejak kecil Rena selalu mengalah denganmu. Bahkan, kasih sayang Papa lebih banyak untukmu daripada Rena. Apakah kamu tega merusak kebahagiannya?"

Mama mengingatkanku pada Papa. Aku tiba-tiba merindukannya. Papa memang lebih perhatian kepadaku daripada Kak Rena, tetapi aku rasa karena kasihan kepadaku. Aku tidak terlalu pandai dalam pelajaran sehingga Mama selalu memarahiku, membanding-bandingkanku dengan Kak Rena. Dan saat itu, Papa selalu membelaku.

Aku menggeleng lagi. Dalam lubuk hati terdalam, tak secuilpun rasa ingin mengambil Kak Rey dari Kak Rena. Meskipun lelaki itu telah merenggut sesuatu yang paling berharga dalam diriku.

Mama menghela napas panjang. Tatapan matanya jelas menunjukkan kemarahan. "Mama ingin kamu segera menikah. Kamu kenal Erlangga, bukan? Menikahlah dengan dia."

Mataku membulat penuh. Erlangga? Dia adalah mantan Kak Rena. Setahuku, Mama tidak menyukainya karena dinilai status sosialnya yang rendah. Bagaimana mungkin aku bisa menikah dengan laki-laki yang sebenarnya masih memiliki rasa dengan Kak Rena?

"Aku bisa mencari pasanganku sendiri, Ma. Aku tidak mau menikah dengan dia."

Aku berlari ke kamar setelah itu, meninggalkan Mama yang masih meneriaki dan memarahiku, mengatakan bahwa aku anak yang tidak tahu diuntung dan tidak mengerti balas budi terhadap orang tua. Apakah aku sejahat itu? Mengapa Mama selalu memaksakan kehendaknya kepadaku? Bukankah aku anaknya juga?

Terpopuler

Comments

Enung Samsiah

Enung Samsiah

ini baca'annya kepanjangan, jdi serasa mendengarkan orang bercerita ,,,mmbosankan,,,,

2024-01-10

1

Juan Sastra

Juan Sastra

ggak ngeh,,katanya ibu tiri bearti rena juga kakak tiri dong..trus kenapa protes jika kasihnya ayahnya lebih ke alea kalau bukan papanya lalu siapa kan mamanya tiri..

2023-04-21

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

huh mama jahat banget

2023-04-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Ternoda
2 Bab 02. Rencana Tuhan
3 Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4 Bab 04. Egois
5 Bab 05. Curiga
6 Bab 06. Dugaan
7 Bab 07. Kesucian
8 Bab 08. Sosok itu ...
9 Bab 09. Rasa Lapar
10 Bab 10. Mencari Rindi
11 Bab 11. Terselamatkan
12 Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13 Bab 13. Dibayar Tunai
14 Bab 14. Berserah pada Takdir
15 Bab 15. Di Ruang Perawatan
16 Bab 16. Rencana Pernikahan
17 Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18 Bab 18. Dipecat
19 Bab 19. Membawaku Pergi
20 Bab 20. Gugup
21 Bab 21. Hadiah Pernikahan
22 Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23 Bab 23. Maafkan Aku
24 Bab 24. Anak Haram
25 Bab 25. Kemarahan Mama
26 Bab 26. Tersenyumlah!
27 Bab 27. Belanja
28 Bab 28. Gadis Kecil Itu
29 Bab 29. Om yang Sombong
30 Bab 30. Hati yang Salah
31 Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32 Bab 32. Ketahuan
33 Bab 33. Terlalu Naif
34 Bab 34. Menggantung
35 Bab 35. Sebuah Rahasia
36 Bab 36. Terlambat
37 Bab 37. Rasa Syukur
38 Bab 38. Kabur
39 Bab 39. Memilih Siapa?
40 Bab 40. Marah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43 Bab 43. Konseling
44 Bab 44. Listrik Padam
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Hati ke Hati
47 Bab 47. Perubahan Sikap
48 Bab 48. Pertengkaran
49 Bab 49. Cerai
50 Bab 50. Ke Suatu Tempat
51 Bab 51. Mama
52 Bab 52. Pertemuan
53 Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54 Bab 54. Rasa Nyaman
55 Bab 55. Menurut
56 DINIKAHI TUAN ARTHUR
57 Bab 56. Video
58 Bab 57. Memasak
59 Bab 58. Kado Misteri
60 Bab 59. Percintaan
61 Bab 60. Mama
62 Bab 61. Hampir Sembuh
63 Bab 62. Rahasia Mama
64 Bab 63. Sidang Perceraian
65 Bab 64. Malaikat Kecil
66 Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67 Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68 Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69 Bab 69. Mama Pulang
70 Bab 70. Panik
71 Bab 71. Trenyuh
72 Bab 72. Sudah Memutuskan
73 Bab 73. Menuntut Hak
74 Bab 74. Tidak Rela
75 Bab 75. Kak Rena Sadar
76 Bab 76. Perpisahan
77 Bab 77. Pemesan Kue
78 Bab 78. Papa Siapa?
79 Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80 Bab 80. Hari Pernikahan
81 Bab 81. Pesta Pernikahan
82 Bab 82. Malam yang Indah
83 Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84 Senja di Ujung Istanbul
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 01. Ternoda
2
Bab 02. Rencana Tuhan
3
Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4
Bab 04. Egois
5
Bab 05. Curiga
6
Bab 06. Dugaan
7
Bab 07. Kesucian
8
Bab 08. Sosok itu ...
9
Bab 09. Rasa Lapar
10
Bab 10. Mencari Rindi
11
Bab 11. Terselamatkan
12
Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13
Bab 13. Dibayar Tunai
14
Bab 14. Berserah pada Takdir
15
Bab 15. Di Ruang Perawatan
16
Bab 16. Rencana Pernikahan
17
Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18
Bab 18. Dipecat
19
Bab 19. Membawaku Pergi
20
Bab 20. Gugup
21
Bab 21. Hadiah Pernikahan
22
Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23
Bab 23. Maafkan Aku
24
Bab 24. Anak Haram
25
Bab 25. Kemarahan Mama
26
Bab 26. Tersenyumlah!
27
Bab 27. Belanja
28
Bab 28. Gadis Kecil Itu
29
Bab 29. Om yang Sombong
30
Bab 30. Hati yang Salah
31
Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32
Bab 32. Ketahuan
33
Bab 33. Terlalu Naif
34
Bab 34. Menggantung
35
Bab 35. Sebuah Rahasia
36
Bab 36. Terlambat
37
Bab 37. Rasa Syukur
38
Bab 38. Kabur
39
Bab 39. Memilih Siapa?
40
Bab 40. Marah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43
Bab 43. Konseling
44
Bab 44. Listrik Padam
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Hati ke Hati
47
Bab 47. Perubahan Sikap
48
Bab 48. Pertengkaran
49
Bab 49. Cerai
50
Bab 50. Ke Suatu Tempat
51
Bab 51. Mama
52
Bab 52. Pertemuan
53
Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54
Bab 54. Rasa Nyaman
55
Bab 55. Menurut
56
DINIKAHI TUAN ARTHUR
57
Bab 56. Video
58
Bab 57. Memasak
59
Bab 58. Kado Misteri
60
Bab 59. Percintaan
61
Bab 60. Mama
62
Bab 61. Hampir Sembuh
63
Bab 62. Rahasia Mama
64
Bab 63. Sidang Perceraian
65
Bab 64. Malaikat Kecil
66
Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67
Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68
Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69
Bab 69. Mama Pulang
70
Bab 70. Panik
71
Bab 71. Trenyuh
72
Bab 72. Sudah Memutuskan
73
Bab 73. Menuntut Hak
74
Bab 74. Tidak Rela
75
Bab 75. Kak Rena Sadar
76
Bab 76. Perpisahan
77
Bab 77. Pemesan Kue
78
Bab 78. Papa Siapa?
79
Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80
Bab 80. Hari Pernikahan
81
Bab 81. Pesta Pernikahan
82
Bab 82. Malam yang Indah
83
Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84
Senja di Ujung Istanbul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!