Bab 19. Membawaku Pergi

"Apa? Dipecat?"

Seenaknya saja lelaki itu mengatakan pecat. Padahal aku tidak sedang melakukan kesalahan. Lagipula dia bukan atasanku.

Tapi, Kak Rey tidak menanggapi perkataanku. Dia tetap berjalan dan melakukan apa yang dia mau.

Sampai ketika kami akan berada di area lobby, semua orang yang lewat memandang kami. Jujur aku malu, tetapi Kak Rey tidak kunjung menurunkanku.

"Kak Rey, aku bisa jalan sendiri." Aku melihat pakaianku yang kotor membuat kemeja yang Kak Rey kenakam ikut basah. Pasti baunya tidak enak. Meskipun aku tidak tahu jabatan apa yang lelaki itu emban di perusahaan, tetapi bertugas dengan pakaian kotor pasti akan membuatnya ditertawakan.

"Apa kamu malu?" Dia bertanya tanpa memandangku. "Sembunyikan saja wajahmu."

Kalimatnya itu selalu bernada seperti perintah. Aku benci diriku yang selalu menurut ketika dirinya melakukan itu kepadaku.

Aku menenggelamkan wajah ini ke dadanya. Meskipun sesama karyawan mengenalku, tetapi setidaknya tamu hotel tidak melihat wajahku. Mungkin lebih tepatnya agar aku tidak melihat ekspresi mereka.

Dia masih memelukku ketika memasukkan tubuhku ke dalam mobil bersamaan dengan tubuhnya. Barulah saat itu aku beranjak dari pangkuannya, bergeser menyamping dan menjauh sebisa mungkin.

"Jalan!" perintahnya kepada sopir.

"Motorku!" Aku teringat akan motor dan tas yang masih tertinggal. "Berhenti, tas dan motorku tertinggal! Kak Rey, tolong suruh dia berhenti."

"Diam! Duduk di sana." Dia malah menyuruhku diam.

"Hei, tapi ...."

"Buang saja! Tas dan motormu sudah buntut."

Eh, sombong sekali dia.

Aku mencebik kesal kepadanya. Tas dan motor buntut yang dia maksud adalah hasil jerih payahku sendiri. Aku telah lama menyisihkan uang demi membeli barang-barang itu. Sikapnya semakin aneh setiap hari. Mobil itu pun melaju yang entah akan membawa kami ke mana.

Tiada percakapan selama di perjalanan. Sesungguhnya aku masih marah. Entah mengapa beberapa hari ini dia menghilang tanpa kabar dan hari ini tiba-tiba muncul seperti hantu. Lelaki itu selalu tahu di mana aku berada. Berbeda denganku yang sama sekali tidak tahu apa-apa tentangnya.

Aku merasa arah perjalanan kami tidak ke hotel di mana tempatku tinggal, melainkan ke jalan lain menuju perumahan elite menengah ke atas yang berada di dekat lapangan golf.

Lanskap di kanan dan kiri jalan terlihat begitu mewah. Bangunan-bangunan modern berdiri tegap dinaungi pohon-pohon rindang pada bagian depannya serta bunga-bunga cantik dengan nuansa asri dan sejuk sejauh mata memandang.

Sejujurnya aku belum pernah ke sini. Akan tetapi, aku sering melihatnya di televisi maupun media sosial akan keindahan dan super modernnya bangunan-bangunan di sini. Tapi, untuk apa Kak Rey mengajakku ke sini?

Aku hanya diam sambil mengamati. Tiada tegur sapa di antara kami. Sampai pada akhirnya mobil berhenti di depan sebuah rumah mewah berpagar kokoh tinggi menjulang. Pagar itu secara otomatis bergeser, membuat celah lebar dengan mobil yang kami tumpangi masuk ke dalamnya.

"Kak Rey, ini di mana?" Akhirnya aku tak sanggup menahan diri untuk tidak bertanya ketika mobil berhenti tepat di depan pintu rumah mewah tersebut.

Sopir membukakan pintu untukku, sementara aku masih bingung harus melakukan apa. Ayolah, pakaianku kotor dan bau. Penampilanku begitu acak-acakan. Bagaimana bisa aku sanggup bertemu orang?

"Turunlah, bersihkan tubuhmu di dalam!" Aku masih bingung akan perkataan Kak Rey, bergeming dalam posisi yang sama, membiarkan Pak Sopir berdiri di samping mobil dengan tangan mempertahankan daun pintu agar tetap terbuka. "Ini rumah keluargaku."

Mulutku ternganga. Bukan karena terkejut jika keluarga Kak Rey memiliki rumah semewah ini. Namun, apa maksud Kak Rey membawaku ke sini?

Kak Rey membuka pintu sendiri. Tanpa menungguku turun dari mobil, dia keluar terlebih dulu. Aku menyusulnya, mengangguk kepada Pak Sopir yang mau membantuku membuka pintu. Segera mempercepat langkah, aku berusaha menyamai gerakan kaki Kak Rey agar tidak tertinggal.

Pintu utama dibuka dari dalam. Seorang berpakaian pelayan mengangguk ramah kepadaku, lalu mempersilakan masuk menggunakan isyarat tangan.

"Antar dia ke kamarku!" Kak Rey berkata kepada pelayan wanita itu, lalu pergi meninggalkanku.

Sebenarnya ingin sekali aku memakinya karena terlalu tak acuh kepdaku, tapi tentu aku tidak bisa melakukan hal itu. Ini adalah rumahnya. Dia pasti memiliki banyak wewenang yang absolut terhadap siapa pun yang dikehendakinya.

Aku menurut ketika pelayan wanita itu mengarahkanku ke kamar Kak Rey. Menaiki satu per satu anak tangga dengan lapisan marmer yang terlihat sangat mahal, aku berjalan hati-hati. Kamar Kak Rey berada di lantai dua dan pelayan wanita membantuku membukakan pintunya.

"Silakan, Nona! Ini kamarnya."

Aku mengangguk sembari mengucapkan terima kasih atas bantuan pelayan wanita itu. Kuembuskan napas sekali sebelum akhirnya masuk ke dalam.

Begitu tubuhku masuk ke kamar Kak Rey, nuansa maskulin langsung menyambutku. Ruangan itu didominasi warna gelap yang kontras dengan beberapa atribut putih. Beberapa pajangan gambar-gambar abstrak dan lukisan ranting pohon meranggas terpasang dengan cantik dan elegan. Bolham lampu yang dibuat menggantung sedikit ke bawah menambah nilai seni dari ruangan itu. Aroma essential oil yang berasal dari red diffuser menguar, menyeruak di rongga hidungku. Aroma ini sangat khas dan begitu familer, seperti wangi ... Kak Rey.

Langkahku mengayun hati-hati dengan pandangan tertuju pada pintu kamar mandi. Ya, tentu saja tujuanku datang kemari adalah untuk numpang mandi, bukan yang lain.

Berada di ruang mandi pria membuatku sedikit aneh. Kamar mandinya begitu bersih dan rapi. Aku tidak menyangka jika Kak Rey adalah tipe pembersih. Tapi, mengapa tadi dia tidak terlihat jijik ketika menggendongku yang dalam keadaan kotor?

Wajahku tiba-tiba memanas mengingat hal itu. Jantungku pun merasakan degupan misterius. Kuembuskan napas berat demi menetralisir detak jantung yang mendadak bergejolak tanpa alasan.

Aku memutar keran shower, mengaturnya dalam temperatur yang pas. Kulucuti satu per satu pakaian yang melekat pada tubuhku. Dentuman debit air yang menghantam kepalaku terasa bagaikan pijatan-pijatan kecil, merasuk di pori-pori kulit.

Aku memejamkan mata, mengingat kejadian demi kejadian yang terjadi pada diriku. Dari awal kejadian memilukan itu sampai aku berada di titik ini. Semua seakan seperti potongan-potongan film yang diputar ulang. Entah itu mimpi buruk atau ada rencana indah Tuhan yang sedang menantiku di ujung sana.

Hampir dua puluh menit aku membersihkan diri, barulah aku sadar bahwa ... aku tidak membawa pakaian ganti.

"Bodoh! Ceroboh!"

Aku memukul-mukul kepalaku sendiri. Seharusnya aku meminta Kak Rey pakaian ganti sebelum mandi, bukan? Tetapi aku justru dengan santainya masuk ke kamar mandi tanpa memikirkan hal ini.

"Bodoh!" Aku mengumpat diriku sendiri.

Kulihat ada gantungan jubah handuk kering di sana. Paling tidak aku bisa menggunakannya sembari menunggu Kak Rey membawakan baju ganti untukku.

Aku mengambilnya. Ukurannya sangat besar sehingga tubuhku tenggelam dalam balutan jubah handuk warna hitam legam tersebut.

Rambut yang basah kuusap menggunakan handuk kering. Aku tidak melihat pengering rambut di sini. Tampaknya Kak Rey memang tidak suka menggunakannya.

Bingung harus melakukan apa, aku keluar dari kamar mandi, memilih menunggu Kak Rey datang. Mungkin dia sedang mencarikan aku pakaian. Kulirik lemari baju yang dirancang transparan di sisi kanan ruangan ini. Apakah aku boleh meminjam salah satu pakaiannya?

Bagaimana jika Kak Rey lupa membawakanku pakaian? Apakah aku akan seharian di ruangan ini?

Mendadak aku gelisah. Kak Rey tidak bisa ditebak. Aku terkadang harus mencari solusi sendiri atas tindakannya yang absurd. Dan kali ini dia justru meninggalkanku di ruangan ini tanpa memberi penjelasan.

Akhirnya aku memutuskan meminjam salah satu pakaian yang ada di sana. Semoga ada yang cocok mengingat perbedaan postur tubuh kami begitu senjang.

Langkahku senyap ketika telapak kaki ini menginjak karpet berbulu halus di sekitar tempat tidur besar itu, lalu tanganku menggapai pintu lemari kaca yang sepertinya tidak dikunci.

Saat tuas pintu lemari kaca itu aku geser, tanganku tiba-tiba gemetar. Aku mendadak seperti seorang penjahat yang sedang ingin mencuri.

Tepat ketika tanganku memilih pakaian yang berada dalam lemari tersebut, seseorang menghardikku.

"Apa yang sedang kamu cari di sana?"

Deg.

Aku menelan ludah setelah menoleh dan mendapati Kak Rey tengah berdiri di ambang pintu dengan tangan yang terselip di salah satu saku celananya sedang menatapku tajam.

Terpopuler

Comments

Wiek Soen

Wiek Soen

bikin nano2 thor ceritanya

2023-05-30

0

🌺°•▪︎MaMia Elf °▪︎•°🌈💦🌟

🌺°•▪︎MaMia Elf °▪︎•°🌈💦🌟

Bagus bnr novelnya

2023-05-24

1

ibu dedeh

ibu dedeh

koreksi dikit thor, bukan motor buntut tapi motor butut ☺️

2023-05-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Ternoda
2 Bab 02. Rencana Tuhan
3 Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4 Bab 04. Egois
5 Bab 05. Curiga
6 Bab 06. Dugaan
7 Bab 07. Kesucian
8 Bab 08. Sosok itu ...
9 Bab 09. Rasa Lapar
10 Bab 10. Mencari Rindi
11 Bab 11. Terselamatkan
12 Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13 Bab 13. Dibayar Tunai
14 Bab 14. Berserah pada Takdir
15 Bab 15. Di Ruang Perawatan
16 Bab 16. Rencana Pernikahan
17 Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18 Bab 18. Dipecat
19 Bab 19. Membawaku Pergi
20 Bab 20. Gugup
21 Bab 21. Hadiah Pernikahan
22 Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23 Bab 23. Maafkan Aku
24 Bab 24. Anak Haram
25 Bab 25. Kemarahan Mama
26 Bab 26. Tersenyumlah!
27 Bab 27. Belanja
28 Bab 28. Gadis Kecil Itu
29 Bab 29. Om yang Sombong
30 Bab 30. Hati yang Salah
31 Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32 Bab 32. Ketahuan
33 Bab 33. Terlalu Naif
34 Bab 34. Menggantung
35 Bab 35. Sebuah Rahasia
36 Bab 36. Terlambat
37 Bab 37. Rasa Syukur
38 Bab 38. Kabur
39 Bab 39. Memilih Siapa?
40 Bab 40. Marah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43 Bab 43. Konseling
44 Bab 44. Listrik Padam
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Hati ke Hati
47 Bab 47. Perubahan Sikap
48 Bab 48. Pertengkaran
49 Bab 49. Cerai
50 Bab 50. Ke Suatu Tempat
51 Bab 51. Mama
52 Bab 52. Pertemuan
53 Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54 Bab 54. Rasa Nyaman
55 Bab 55. Menurut
56 DINIKAHI TUAN ARTHUR
57 Bab 56. Video
58 Bab 57. Memasak
59 Bab 58. Kado Misteri
60 Bab 59. Percintaan
61 Bab 60. Mama
62 Bab 61. Hampir Sembuh
63 Bab 62. Rahasia Mama
64 Bab 63. Sidang Perceraian
65 Bab 64. Malaikat Kecil
66 Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67 Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68 Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69 Bab 69. Mama Pulang
70 Bab 70. Panik
71 Bab 71. Trenyuh
72 Bab 72. Sudah Memutuskan
73 Bab 73. Menuntut Hak
74 Bab 74. Tidak Rela
75 Bab 75. Kak Rena Sadar
76 Bab 76. Perpisahan
77 Bab 77. Pemesan Kue
78 Bab 78. Papa Siapa?
79 Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80 Bab 80. Hari Pernikahan
81 Bab 81. Pesta Pernikahan
82 Bab 82. Malam yang Indah
83 Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84 Senja di Ujung Istanbul
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 01. Ternoda
2
Bab 02. Rencana Tuhan
3
Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4
Bab 04. Egois
5
Bab 05. Curiga
6
Bab 06. Dugaan
7
Bab 07. Kesucian
8
Bab 08. Sosok itu ...
9
Bab 09. Rasa Lapar
10
Bab 10. Mencari Rindi
11
Bab 11. Terselamatkan
12
Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13
Bab 13. Dibayar Tunai
14
Bab 14. Berserah pada Takdir
15
Bab 15. Di Ruang Perawatan
16
Bab 16. Rencana Pernikahan
17
Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18
Bab 18. Dipecat
19
Bab 19. Membawaku Pergi
20
Bab 20. Gugup
21
Bab 21. Hadiah Pernikahan
22
Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23
Bab 23. Maafkan Aku
24
Bab 24. Anak Haram
25
Bab 25. Kemarahan Mama
26
Bab 26. Tersenyumlah!
27
Bab 27. Belanja
28
Bab 28. Gadis Kecil Itu
29
Bab 29. Om yang Sombong
30
Bab 30. Hati yang Salah
31
Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32
Bab 32. Ketahuan
33
Bab 33. Terlalu Naif
34
Bab 34. Menggantung
35
Bab 35. Sebuah Rahasia
36
Bab 36. Terlambat
37
Bab 37. Rasa Syukur
38
Bab 38. Kabur
39
Bab 39. Memilih Siapa?
40
Bab 40. Marah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43
Bab 43. Konseling
44
Bab 44. Listrik Padam
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Hati ke Hati
47
Bab 47. Perubahan Sikap
48
Bab 48. Pertengkaran
49
Bab 49. Cerai
50
Bab 50. Ke Suatu Tempat
51
Bab 51. Mama
52
Bab 52. Pertemuan
53
Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54
Bab 54. Rasa Nyaman
55
Bab 55. Menurut
56
DINIKAHI TUAN ARTHUR
57
Bab 56. Video
58
Bab 57. Memasak
59
Bab 58. Kado Misteri
60
Bab 59. Percintaan
61
Bab 60. Mama
62
Bab 61. Hampir Sembuh
63
Bab 62. Rahasia Mama
64
Bab 63. Sidang Perceraian
65
Bab 64. Malaikat Kecil
66
Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67
Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68
Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69
Bab 69. Mama Pulang
70
Bab 70. Panik
71
Bab 71. Trenyuh
72
Bab 72. Sudah Memutuskan
73
Bab 73. Menuntut Hak
74
Bab 74. Tidak Rela
75
Bab 75. Kak Rena Sadar
76
Bab 76. Perpisahan
77
Bab 77. Pemesan Kue
78
Bab 78. Papa Siapa?
79
Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80
Bab 80. Hari Pernikahan
81
Bab 81. Pesta Pernikahan
82
Bab 82. Malam yang Indah
83
Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84
Senja di Ujung Istanbul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!