Takdir bagaikan sebuah drama panggung yang sedang ditulis menggunakan tinta merah. Carut-marut kisahku tak bisa kutata ulang agar layak dibaca. Sekumpulan wayang manusia sedang mempertunjukkan keegoisannya tanpa memandang dan memedulikan seseorang yang terluka dan tersakiti sebab perbuatannya.
Di sini, Kak Rey mengurungku dengan tubuh serta lengan kekarnya. Aku tak sanggup melawan. Ragaku benar-benar lemah ketika dihadapkan pada sorot mata tegas yang terasa begitu mengintimidasi. Kepalanya menunduk semakin dalam, mengunci pandanganku yang mulai berembun.
Apa yang sedang diinginkannya?
Di saat tubuh ini ingin memberontak, dia mengeluarkan sesuatu dari balik jubah tidurnya dan diberikan kepadaku.
"Apa ini milikmu?"
Bibirku bergetar, tak bisa menjelaskan apa yang saat ini sedang bergelut dalam hatiku.
Aku menerimanya, mengulurkan tanganku dengan sudut mata yang mulai basah. Tatapan Kak Rey masih sama: dingin dan tajam seolah sedang menelanjangiku akan sebuah kejujuran.
Benda yang kugenggam adalah ... seragam kerjaku yang tertinggal di kamar hotel itu.
Aku mengangguk lemah. Rasa sakit kembali menggerogoti jiwa. Aku terlupa jika ada namaku yang tertera pada seragamku. Apakah itu artinya Kak Rey ....
"Apa yang terjadi saat itu?"
Suaranya terdengar tegas dan penuh tuntutan di telingaku. Aku menggeleng, tak bisa mengucapkan sepatah kata. Dadaku sesak. Hanya isakan tangis yang keluar dari bibirku. Aku ... tak kuasa menjelaskan apa-apa.
Pria bermata hazel menyugar rambutnya, lalu tangannya yang terkepal menghantam dinding di sebelahku. Aku semakin tergugu, terisak dalam tangis yang mencoba sekuat tenaga kutahan.
"Aku memerkosamu?"
Aku mengangguk sambil memeluk seragam kerjaku yang telah koyak. Ekor mataku menatap wajah Kak Rey yang tampak kusut dan carut-marut. Bisa dibilang, lelaki itu seolah tak percaya dengan kenyataan yang ada.
Andai mengelak sebuah kenyataan bisa mengubah takdir, akulah orang pertama yang melakukannya. Namun, nasi telah menjadi bubur. Semuanya telah terjadi tanpa bisa dibendung.
Sejenak lelaki itu melepaskan kungkungannya dari tubuhku. Dia berbalik membelakangiku. Aku tak peduli. Hatiku juga telah hancur. Bagaimanapun pihak wanitalah orang yang paling dirugikan akan insiden tersebut.
"Maaf." Kak Rey berkata lirih. Aku hanya diam menanggapi. "Malam itu aku berkumpul dengan teman-temanku. Tanpa sepengetahuanku, mereka mengerjaiku dengan memasukkan sesuatu di minumanku. Aku baru menyadarinya ketika tubuhku mulai bereaksi." Tangannya kembali meremas rambutnya kasar. "Aku tidak sadar melakukan itu kepadamu."
Mataku memejam. Rasa sakit di ulu hati kian meradang. Ketidaktahuannya telah merusak masa depanku. Ketidaksadarannya telah merenggut mahkota yang selama ini sudah kujaga mati-matian. Setelah ini, siapa lelaki yang mau menerima wanita sepertiku?
"Aku harap Rena tidak mengetahuinya. Aku tidak sanggup melihat kekecewaan di matanya."
Egois. Aku juga menyayangi Kak Rena, tetapi apakah kekecewaan itu harus aku sendiri yang menelannya?
"Keluar dari kamarku!" Aku tak ingin dia terlalu lama di sini. Aku muak. Aku semakin membencinya.
"Alea!"
"Jangan sebut namaku! Aku tidak sudi mendengar kau memanggilku."
Dia terdiam. Sorot matanya terpaku pada wajahku yang menyedihkan. Entah, apakah dia merasa iba kepadaku atau hanya sebuah simpati yang sedikit melintas di hatinya.
"Maaf. Kami baru menikah. Aku tidak mungkin menceraikannya kemudian menikahimu. Aku mencintainya dan ingin menjadikan Rena wanita satu-satunya."
Deraian air mata tak sanggup kubendung lagi. Aku tahu. Aku juga tidak mungkin merusak kebahagiaan Kak Rena. Dia terlalu baik untuk disakiti. Apakah aku harus menelan semua ini sendiri? Apakah ini adil untukku?
"Ya, tentu. Dia adalah Kakakku. Aku tidak mungkin tega merusak kebahagiaannya. Keluarlah! Aku anggap tiada sesuatu yang terjadi di antara kita."
Kak Rey mengangguk. Tanpa berkata lagi dia membuka pintu kamarku untuk segera pergi. Tepat ketika pintu itu terbuka, Mama ternyata sudah berdiri tepat di depannya.
"Reynan!"
Jelas kedatangan Mama yang tiba-tiba membuat kami terperanjat. Wajahku yang basah kuseka segera. Aku ikut melihat dengan melongokkan wajah keluar setelah Kak Rey menyingkir dari ambang pintu.
"Alea!" Wajah Mama meradang. Pasti mengira ada sesuatu yang terjadi di antara kami.
Aku menelan ludah. Bingung harus menjelaskan apa. Seorang pengantin pria tengah malam bukannya tidur di kamar pengantin, melainkan keluar dari kamar adik iparnya. Siapa yang tidak curiga? Alasan apa yang harus kukatakan?
Aku menunduk bisu. Takut dengan reaksi Mama yang mungkin akan mengguncang batinku lebih terpuruk. Sementara Kak Rey tetap tenang dalam penjiwaannya. Mengapa pria itu sama sekali tidak terganggu dengan tatapan Mama yang curiga?
"Rena tiba-tiba datang bulan. Aku meminta bantuannya untuk mencari pembalut."
Aku mengangkat wajah yang sebelumnya menunduk, menatap pria di sampingku yang terlihat tenang tanpa ekspresi. Aku sudah gemetar sejak tadi, tetapi dia justru bersikap santai seolah tidak terjadi apa-apa.
Perlahan raut muka Mama berubah ramah. Wanita yang memiliki kerutan-kerutan kecil di ujung mata menipiskan bibir dan melengkung.
"Mama ada. Tunggu sebentar, biar Mama ambilkan."
Mama membalikkan badan, pergi meninggalkan kami berdua. Kami saling pandang, tetapi kemudian dia memalingkan wajah.
"Masuklah! Biar Mama aku yang mengurusnya," ucapnya dingin.
Tanpa berkata apa pun, aku kembali ke kamarku, menutup pintu serta menguncinya segera. Kusandarkan tubuh ini di pintu, lalu seketika itu juga luruh ke bawah. Kudekap kedua lututku dengan wajah yang kutenggelamkan di sana. Aku tumpahkan tangisku. Benteng pertahanan yang sejak tadi kupersiapkan ternyata begitu rapuh.
Aku tergugu di sana, dalam kesendirian. Tiada tangan yang mau menggenggam untuk sekadar penghiburan. Aku sendiri, kesepian, dan sunyi berada dalam kekosongan jiwa.
...****************...
Pasti pada ngira Rey akan ninuninu dg Alea, kan? 🤭🤭
Lanjutaannya masih diketik.
Jangan lupa tinggalkan jejak.
Terima kasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Adinda
kasihan alea biadab rey memperkosa tapi menikahi kakaknya
2024-02-24
1
Putikah Putikah
kasian alea
biar kan si reynan Meratapi kebodohannya
2023-09-07
0
Devi Handayani
eeeeeaaaaaa...... kena prank si thor😜😜
2023-04-28
0