Bab 10. Mencari Rindi

Malam itu, hujan tiba-tiba jatuh merebak ke permukaan tanah. Kamar hotel yang kutempati memiliki balkon di bagian belakangnya. Kuulurkan tangan ke sana, menggapai bulir-bulir air yang menciprat ke wajah.

Dari rintik hujan aku belajar keteguhan. Ia selalu jatuh berkali-kali, tetapi tak pernah sedikit pun menyalahkan takdir. Dia tetap menjalankan perannya, memberi pasokan air demi kemaslahatan makhluk bumi.

Di bawah sana, kulihat induk burung sedang berteduh di bawah rimbunnya dedaunan. Ada anak-anak yang ia lindungi dengan sayapnya dari derasnya rintik hujan. Sarang itu dibuat dengan tingkat keamanan rendah, tetapi ia terus berjuang melindungi sang buah hati meski harus merasakan gigil dinginnya hujan malam.

Angin itu mengayunkan ranting-ranting pohon, bergerak ke kanan dan ke kiri. Pasti guncangan yang dirasakan induk burung sangatlah hebat. Dia terlihat tak gentar, tetap memeluk anak-anaknya yang masih kecil.

Tanpa terasa air mataku luruh membasahi pipi. Mungkin, aku berada di posisi yang sama. Dengan segala keterbatasan yang kumiliki, aku harus melindungi anakku, darah dagingku.

Kuelus perutku yang masih datar, dan seketika itu juga rasa hangat menyelimuti. Aku merasakan sebuah rasa sayang yang tiba-tiba menyelusup, melingkupi. Aku menyayangi anakku.

Angin malam terasa semakin dingin. Tanganku menyilang mengusap kedua lenganku. Aku memilih masuk ke kamar dan menutup kembali pintu balkon.

Koper yang sebelumnya kutinggalkan ternyata sudah dikirimkan Kak Rey beserta kunci motor milikku. Hanya ponselku yang hilang di antara hujan deras itu. Mungkin, aku tanpa sengaja menjatuhkannya di sungai saat itu. Kak Rey menggantinya dengan ponsel yang baru. Di sana sudah tertera nomor pribadinya andai aku memerlukan bantuannya. Dan kini, aku kembali pada kenyataan bahwa aku bukan siapa-siapa. Aku berada di sini hanya karena campur tangan Kak Rey. Tapi, jika bukan karena Kak Rey, mungkin aku masih bisa tinggal di rumah dan hidup tenang.

Kak Rey, mengapa harus aku yang bertemu denganmu?

...***...

Pagi ini aku bersiap diri untuk lanjut bekerja. Sif pagi menjadi awal lembaran baruku. Aku tidak melihat Kak Rey setelah lelaki itu mengirimkan barang-barangku yang tertinggal. Aku tidak peduli. Lebih baik dia tidak muncul di hadapanku saat ini.

Tinggal di presidentsuite room hotel bintang lima bertaraf internasional, tetapi bekerja sebagai petugas kebersihan dengan berangkat membawa motor matic sederhana. Mungkin hanya aku yang bisa begini.

Aku menggelengkan kepala menyadari jungkir baliknya kehidupanku. Segera kunyalakan mesin motor dan bergegas berangkat mencari nafkah.

Setelah memarkirkan motor di tempat parkir karyawan, aku segera masuk ke tempat kerja. Tidak ada yang terlalu istimewa, tetapi hanya ini yang bisa kulakukan.

"Alea, sudah baikan?" Kak Saci, rekan satu sifku menepuk bahuku pelan. Aku menjawabnya dengan senyuman.

"Sudah lebih baik."

"Baguslah." Dia meletakkan tas di salah satu loker pribadinya. Aku pun bersiap-siap dengan seragam kerjaku. "Oh, ya, aku dengar Rindi mengajukan resign hari ini. Dia mau ke mana?"

Seketika itu juga aku menghentikan kegiatanku, menatap Kak Saci yang bicara sambil menyisir rambutnya. "Rindi? Risign?" tanyaku memastikan.

Mengapa dia tidak mengabariku? Apa yang sebenarnya terjadi?

Aku lupa jika ponselku hilang. Aku pun tidak tinggal di rumah Mama lagi. Mendadak rasa cemas menggelayutiku. Apa yang terjadi dengan Rindi?

Aku memutuskan ke kontrakannya nanti malam sepulang bekerja.

...***...

Rumah kontrakan Rindi masih terkunci dari luar. Apakah Rindi belum pulang sejak pergi dua hari yang lalu?

Perasaanku kian cemas mengingat Rindi selalu bicara banyak hal denganku jika ada masalah. Tidak mungkin, bukan, dia memutuskan resign secepat itu. Yang aku tahu, dia memiliki dua orang adik yang harus dinafkahi dan ibu yang sakit-sakitan. Terkadang aku membantunya dengan memberikan sebagian gajiku ketika keuangannya sedang terpuruk. Aku tidak masalah akan hal itu. Aku tidak memiliki tanggungan dan gajiku lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhanku sehari-hari.

Aku mencoba menghubungi nomor telepon Rindi setelah berupaya mengingat-ingatnya. Beberapa kali kucoba ternyata salah sambung. Aku memang tidak terlalu menghafal nomor telepon perorangan. Itu semua karena sudah aku simpan di ponsel lamaku.

Akhirnya aku menyerah. Namun, aku masih mengingat jelas alamat rumah orang tua Rindi yang lokasinya di luar kota. Apakah aku harus menyusul ke rumahnya?

Aku embuskan napas kasar, sedikit menggaruk-garuk rambut. Namun, akhirnya kuputuskan untuk mencari Rindi ke rumah orang tuanya.

Hanya berbekal motor matic dan jaket hoodie berbahan fleace, aku pergi ke rumah orang tua Rindi yang berada di luar kota. Perasaanku cemas mengingat ada banyak hal yang pasti saat ini sedang Rindi lewati. Aku biasa berkeluh kesah dengan gadis itu. Kami lebih mirip saudara daripada hanya sekadar sahabat.

Angin sore itu kuterobos dengan melajukan motor matic ini secepat yang kubisa. Beberapa kali aku melongok ke arah spion, merasakan ada yang sedang membuntutiku. Entahlah, aku mengenyahkan perasaan tidak enak itu segera mungkin. Di pikiranku hanya ingin bertemu Rindi, menanyakan alasannya yang mendadak keluar dari kerjaan. Kami sudah biasa bersama. Aku tidak bisa jika harus kehilangan sahabat satu-satunya.

Hampir dua jam perjalanan, akhirnya aku berhasil memasuki sebuah desa di mana Rindi tinggal. Kulihat jam sudah menunjukkan pukul delapan malam, setidaknya tidak terlalu malam untuk bertamu. Mungkin, nanti aku bisa menginap barang semalam dan peegi sebelum subuh.

Aku belum pernah ke sini. Hanya berbekal alamat rumah yang Rindi katakan kepadaku di waktu lalu. Aku bertanya ke beberapa penduduk sekitar yang kebetulan sedang berjaga di pos ronda.

"Rindi anaknya Bu Salamah?" Aku mengangguk ragu. Aku lupa menanyakan nama ibu Rindi. "Yang besok akan menikah dengan Kakek Sugi?"

Jantungku tiba-tiba berdetak kencang. Menikah? Dengan kakek-kakek?

Ya, ampun, Rindi? Apa yang sedang terjadi denganmu?

"Di mana rumahnya, Pak? Saya temannya."

Pria paruh baya yang mengenakan peci miring dengan sarung digantungkan di bahu itu mengulurkan tangannya, menunjuk sebuah rumah di ujung sana yang berdinding biru muda. Aku mengangguk mengerti dan mengucapkan terima kasih banyak kepada bapak itu sebelum akhirnya pamit undur diri.

Motor matic kunyalakan, segera bergegas menuju rumah Rindi. Setelah menepikan dan memarkirkan motor, aku melangkah ke halaman rumah yang ditunjukkan oleh bapak tadi.

Rumah model zaman dulu yang belum sempat direnovasi adalah penilaian pertamaku melihat kondisi rumah Rindi. Rumah Rindi jaraknya agak jauh dari tetangga. Banyak lahan kosong yang belum difungsikan di sisi kiri dan kanan rumah itu. Entah milik siapa, yang pasti bukan milik Rindi karena yang kutahu Rindi hanya memiliki rumah peninggalan kakek-neneknya.

Sepasang pintu rumah tidak tertutup dan lampu ruang tamu terang benderang menunjukkan bahwa si pemilik rumah belum tidur. Aku melepaskan sepatu, menaiki teras rumah Rindi sambil mengucaplan salam. Namun, ketika mulut ini terbuka dan belum sempat mengeluarkan suara, terdengar teriakan dari dalam.

Jelas saja hal itu membuatku terkejut. Mungkin ini adalah keburukanku karena bertindak atas dasar naluri tanpa mempertimbangkan konsekuensinya. Aku menerobos masuk ke dalam, dan saat itu juga aku dipertunjukkan pemandangan yang menyesakkan jiwa.

Rindi terkurung, disaksikan oleh beberapa pria bertubuh kekar yang menonton pertunjukan biadap itu. Sementara ibu dan dua orang adik Rindi menangis dengan saling memeluk.

Di sana dengan mata kepalaku sendiri, Rindi dilecehkan oleh pria tua yang lebih pantas menjadi ayahnya.

Terpopuler

Comments

Eva Susanti

Eva Susanti

adeh kok gini muter2

2023-08-30

0

bunga cinta

bunga cinta

astaghfirullah ada yg lebih kejam

2023-06-14

0

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

rindi 😢

2023-04-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Ternoda
2 Bab 02. Rencana Tuhan
3 Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4 Bab 04. Egois
5 Bab 05. Curiga
6 Bab 06. Dugaan
7 Bab 07. Kesucian
8 Bab 08. Sosok itu ...
9 Bab 09. Rasa Lapar
10 Bab 10. Mencari Rindi
11 Bab 11. Terselamatkan
12 Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13 Bab 13. Dibayar Tunai
14 Bab 14. Berserah pada Takdir
15 Bab 15. Di Ruang Perawatan
16 Bab 16. Rencana Pernikahan
17 Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18 Bab 18. Dipecat
19 Bab 19. Membawaku Pergi
20 Bab 20. Gugup
21 Bab 21. Hadiah Pernikahan
22 Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23 Bab 23. Maafkan Aku
24 Bab 24. Anak Haram
25 Bab 25. Kemarahan Mama
26 Bab 26. Tersenyumlah!
27 Bab 27. Belanja
28 Bab 28. Gadis Kecil Itu
29 Bab 29. Om yang Sombong
30 Bab 30. Hati yang Salah
31 Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32 Bab 32. Ketahuan
33 Bab 33. Terlalu Naif
34 Bab 34. Menggantung
35 Bab 35. Sebuah Rahasia
36 Bab 36. Terlambat
37 Bab 37. Rasa Syukur
38 Bab 38. Kabur
39 Bab 39. Memilih Siapa?
40 Bab 40. Marah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43 Bab 43. Konseling
44 Bab 44. Listrik Padam
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Hati ke Hati
47 Bab 47. Perubahan Sikap
48 Bab 48. Pertengkaran
49 Bab 49. Cerai
50 Bab 50. Ke Suatu Tempat
51 Bab 51. Mama
52 Bab 52. Pertemuan
53 Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54 Bab 54. Rasa Nyaman
55 Bab 55. Menurut
56 DINIKAHI TUAN ARTHUR
57 Bab 56. Video
58 Bab 57. Memasak
59 Bab 58. Kado Misteri
60 Bab 59. Percintaan
61 Bab 60. Mama
62 Bab 61. Hampir Sembuh
63 Bab 62. Rahasia Mama
64 Bab 63. Sidang Perceraian
65 Bab 64. Malaikat Kecil
66 Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67 Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68 Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69 Bab 69. Mama Pulang
70 Bab 70. Panik
71 Bab 71. Trenyuh
72 Bab 72. Sudah Memutuskan
73 Bab 73. Menuntut Hak
74 Bab 74. Tidak Rela
75 Bab 75. Kak Rena Sadar
76 Bab 76. Perpisahan
77 Bab 77. Pemesan Kue
78 Bab 78. Papa Siapa?
79 Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80 Bab 80. Hari Pernikahan
81 Bab 81. Pesta Pernikahan
82 Bab 82. Malam yang Indah
83 Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84 Senja di Ujung Istanbul
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 01. Ternoda
2
Bab 02. Rencana Tuhan
3
Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4
Bab 04. Egois
5
Bab 05. Curiga
6
Bab 06. Dugaan
7
Bab 07. Kesucian
8
Bab 08. Sosok itu ...
9
Bab 09. Rasa Lapar
10
Bab 10. Mencari Rindi
11
Bab 11. Terselamatkan
12
Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13
Bab 13. Dibayar Tunai
14
Bab 14. Berserah pada Takdir
15
Bab 15. Di Ruang Perawatan
16
Bab 16. Rencana Pernikahan
17
Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18
Bab 18. Dipecat
19
Bab 19. Membawaku Pergi
20
Bab 20. Gugup
21
Bab 21. Hadiah Pernikahan
22
Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23
Bab 23. Maafkan Aku
24
Bab 24. Anak Haram
25
Bab 25. Kemarahan Mama
26
Bab 26. Tersenyumlah!
27
Bab 27. Belanja
28
Bab 28. Gadis Kecil Itu
29
Bab 29. Om yang Sombong
30
Bab 30. Hati yang Salah
31
Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32
Bab 32. Ketahuan
33
Bab 33. Terlalu Naif
34
Bab 34. Menggantung
35
Bab 35. Sebuah Rahasia
36
Bab 36. Terlambat
37
Bab 37. Rasa Syukur
38
Bab 38. Kabur
39
Bab 39. Memilih Siapa?
40
Bab 40. Marah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43
Bab 43. Konseling
44
Bab 44. Listrik Padam
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Hati ke Hati
47
Bab 47. Perubahan Sikap
48
Bab 48. Pertengkaran
49
Bab 49. Cerai
50
Bab 50. Ke Suatu Tempat
51
Bab 51. Mama
52
Bab 52. Pertemuan
53
Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54
Bab 54. Rasa Nyaman
55
Bab 55. Menurut
56
DINIKAHI TUAN ARTHUR
57
Bab 56. Video
58
Bab 57. Memasak
59
Bab 58. Kado Misteri
60
Bab 59. Percintaan
61
Bab 60. Mama
62
Bab 61. Hampir Sembuh
63
Bab 62. Rahasia Mama
64
Bab 63. Sidang Perceraian
65
Bab 64. Malaikat Kecil
66
Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67
Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68
Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69
Bab 69. Mama Pulang
70
Bab 70. Panik
71
Bab 71. Trenyuh
72
Bab 72. Sudah Memutuskan
73
Bab 73. Menuntut Hak
74
Bab 74. Tidak Rela
75
Bab 75. Kak Rena Sadar
76
Bab 76. Perpisahan
77
Bab 77. Pemesan Kue
78
Bab 78. Papa Siapa?
79
Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80
Bab 80. Hari Pernikahan
81
Bab 81. Pesta Pernikahan
82
Bab 82. Malam yang Indah
83
Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84
Senja di Ujung Istanbul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!