Aku menurut ketika dokter laki-laki menyuruhku duduk di tepian brankar di mana Kak Rey berbaring di sana. Kursi plastik diseret mendekat ke arahku, lalu kakiku dijulurkan ke atasnya.
"Kami bersihkan dulu. Lukanya tidak terlalu serius, tapi tetap harus segera diobati agar tidak infeksi." Dokter itu menyuruh perawat wanita untuk mempersiapkan perlengkapan, membantuku membersihkan kaki yang teramat kotor sebelum diobati dengan mengoleskan salep dan membalutnya menggunakan perban.
Bibirku sedikit mendesis di kala luka-luka di telapak kakiku terkena cairan antiseptic yang dioleskan oleh perawat wanita. Meskipun tidak terlalu serius, tetap saja ada rasa ngilu ketika robekan di kakiku dibersihkan dari kerikil-kerikil kecil dan butiran debu.
Aku memalingkan muka dari pemandangan tersebut, tetapi tanpa sadar justru pandanganku mengarah pada Kak Rey. Wajah lelaki itu terlihat serius mengamati perawat yang sedang menangani lukaku. Kedua alisnya berkerut dengan dahi mengernyit bergelombang.
"Apakah sangat parah? Periksa dengan benar! Aku tidak ingin ada yang kalian lewatkan saat memeriksanya. Dia sedang hamil. Jangan sampai luka itu berimbas pada ibu dan janinnya."
Lelaki itu selalu saja marah-marah. Bahkan, perawat dan dokter yang sudah menolong pun tak luput dari amukannya.
Aku hanya menggeleng pelan, berupaya tak mendesis atau mengeluh kesakitan. Adanya Kak Rey semakin membuat keributan. Lelaki itu nyatanya lebih cerewet dari seorang wanita.
Aku menunggu sekitar dua puluh menit lamanya sampai permukaan kakiku dibalut oleh perban tebal. Aku merasa ini sudah berlebihan. Aku lebih terlihat seperti orang yang baru saja mengalami kecelakaan parah datipada tergelincir kerikil-kerikil dan bebatuan akibat berlari tanpa mengenakan alas kaki. Pandanganku sengaja mengarah kepada Kak Rey, melototinya sebagai bentuk protes. Namun, lelaki itu terlihat tak peduli.
Dokter dan perawat pamit undur diri setelah selesai memeriksa Kak Rey dan mengobati lukaku. Kini, tinggallah kami berdua di ruangan ini. Kepalaku menunduk, menatap luka di kakiku yang sudah tertutup oleh perban tebal sesuai perintah Kak Rey. Entah apa maksud lelaki itu menyuruh perawat melakukannya.
"Aku sudah menghubungi atasanmu. Mulai besok sampai empat hari ke depan kamu diliburkan."
"Empat hari?" Aku terkejut dengan jumlah hari yang dikatakan Kak Rey.
Hei, itu sama saja dengan memotong gajiku secara cuma-cuma.
"Mengapa empat hari? Lukaku tidak separah itu. Aku cukup libur sehari saja." Kembali aku menunjukkan ketidaksetujuanku kepadanya. Belum menjadi suami, tetapi dia suka sekali mengaturku.
"Empat hari atau resign untuk selamanya."
Aku mendengkus. Tidak mungkin aku resign dari pekerjaanku. Aku harus banyak mengumpulkan uang, terutama ketika kami memutuskan berpisah setelah anak ini lahir.
"Tapi, Kak Rey, alasan apa yang akan aku berikan kepada atasanku?" Jika hanya karena kaki lecet aku harus libur, bukankah itu alasan yang sangat tidak masuk akal? Memangnya aku anak sultan yang bisa bermanja-manja hanya karena mendapati luka kecil di bagian kaki?
"Itu urusanmu. Selama empat hari ke depan aku mau kamu tetap ada di hotel, tidak boleh ke mana-mana."
Bola mataku memutar, dia semakin menjengkelkan. "Iya, baiklah, Bos! Tapi, ganti gajiku yang empat hari itu."
"Tidak!" jawabnya tegas dan tidak bisa didebat ulang. Aku meliriknya kesal, ingin sekali mencekik lehernya sekarang. Mumpung tidak ada orang. Seenaknya meliburkan orang, tetapi tidak mau bertanggung jawab. "Sekarang keluarlah! Sudah ada yang menjemputmu di depan."
Bahkan, dia tidak meminta persetujuan dariku saat memintaku pulang. Bukan meminta, lebih tepatnya menyuruh. Aku turun dari brankar, menapakkan kakiku yang berbalut perban tebal. Sedikit kesulitan aku berdiri, namun masih sanggup menyeimbangkan tubuh. Kakiku terayun menuju pintu. Dan sebelum tuas pintu aku buka, Kak Rey menghentikanku.
"Kita bertemu besok di depan penghulu."
Deg.
Jantungku tiba-tiba berdebar. Kak Rey tidak main-main akan perkatannya. Aku pikir lelaki itu akan mengundurkan hari pernikahan mengingat dirinya sedang terluka, tetapi tidak. Dia tetap menjalankan sesuai dengan apa yang dikatakannya kepadaku sebelumnya.
Aku tidak menanggapi. Walaupun perasaanku campur aduk dibuatnya, aku memilih tidak menoleh dan segera membuka pintu untuk keluar dari ruang perawatan itu. Sesuai apa yang Kak Rey katakan, di depan pintu sudah berdiri seorang laki-laki sembari membungkukkan badan sedikit ketika melihatku.
"Nona, saya diperintahkan Pak Reynan untuk mengantar Anda kembali ke hotel."
Aku mengangguk tanpa bicara, lalu melangkah pergi mengikuti lelaki itu yang akan mengantarkanku kembali ke hotel sesuai dengan apa yang Kak Rey perintahkan.
***
Mataku memandang langit-langit kamar ketika tubuh ini sudah berbaring di kasur hotel yang empuk. Jam sudah menunjukkan pukul dua pagi, tetapi kantuk tak kunjung merayapiku. Padahal sebelumnya aku sempat tertidur di depan ruang operasi di saat menunggu proses pengangkatan peluru di tubuh Kak Rey selesai. Namun, berbeda dengan saat ini. Mataku justru terjaga dan sulit memejam meski untuk sekadar menjemput minpi.
Rasa gelisahku kian mendera ketika mengingat kembali kata-kata Kak Rey sebelum aku meninggalkan ruangannya. Kami akan bertemu esok hari di depan penghulu. Itu artinya pernikahanku dengannya sudah berada di depan mata. Hatiku mendadak sesak menyadari jika besok aku akan sah menjadi madu dari kakakku sendiri, menjadi orang ketiga yang mungkin akan merusak kebahagiaan Kak Rena. Meski hubunganku dan Kak Rey hanyalah sebuah status, tetapi tetap saja. Wanita mana yang rela dimadu, apalagi dengan saudara sendiri.
Kupejamkan mataku erat, berusaha mengabaikan rasa ngilu di sudut hati akan takdir yang telah menjungkirbalikkan masa depanku. Entah apa yang akan terjadi ke depannya. Aku hanya bisa mempersiapkan diri ini sebaik mungkin, menghadapi kemungkinan terburuk sekalipun.
...****************...
Terima kasih atas doanya. Sebagai gantinya, hari ini up 2 bab. Semoga setelah ini bisa up banyak dan rutin tanpa halangan. Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Wiek Soen
baca dari part 1 sampai di part ini isinya bikin nyesek dg nasib akea
2023-05-25
0
Dee Na
kayanya ada sesuatu dg si Rey, koq ak mikir dia emang suka Alea dr awal y
2023-04-13
0
TePe
sedih bgt jd alea.....apa maksud rey ya ..
2023-04-08
0