Bab 11. Terselamatkan

Terkadang manusia lupa bahwa setiap dari mereka memiliki sifat BINATANG. Mereka akan mengedepankan nàfsu dan syahwat hanya untuk memuaskan naluri zahirnya. Otak dangkal yang mereka miliki hanya disibukkan untuk bagaimana mencari cara mendapatkan kesenangan semata. Padahal PERILAKU BINATANG ternyata lebih terhormat dari apa yang telah mereka kerjakan.

"Berhenti! Apa yang kalian lakukan?!"

Aku berteriak lantang, membuat mereka para lelaki bertubuh tegap menoleh, juga pria tua yang sejak tadi berupaya memaksakan kehendaknya kepada Rindi.

"Alea!" Kudengar suara Rindi memanggilku lirih. Aku hanya bisa memandangnya dengan tatapan iba.

"Siapa kamu?"

Kini, aku melangkah mundur. Pria-pria itu datang mendekatiku.

"Jangan mendekat!" Mataku nyalang, menatap satu per satu orang-orang bertubuh besar itu. "Aku bilang jangan mendekat!"

Mereka menaggapi dengan tertawa mengejek, menatap penuh penghinaan dan remehan ke arahku. Aku beringsut mundur, semakin mundur hingga kakiku tertabrak meja kayu tepat di belakangku.

Lenguhan kecil tanpa sadar keluar dari bibirku. Aku sedikit meringis merasakan sakit pada tumit kakiku. Namun, rasa sakit itu segera kutepis mengingat banyak orang berbahaya yang sedang berada di sekelilingku.

Apakah aku harus kabur?

Tapi, bagaimana dengan Rindi dan keluarganya?

Aku bisa meminta tolong, bukan? Warga yang duduk-duduk di di pos ronda tadi pasti bisa menolongku. Aku melirik ke belakang, memastikam tiada orang yang berdiri di sana. Lelaki berkumis tebal maju mendekat, tetapi segera kutendang tepat mengenai alat kelaminnya.

"Aaaargghh, cewek sialaan!" Dia mengerang kesakitan. Aku tidak peduli. Segera aku bergegas lari untuk mencari pertolongan. Namun, langkah kakiku terhenti padahal belum mencapai ambang pintu. Ada yang menarik rambutku.

Aku meringis menahan sakit, terpaksa berhenti di tempat. Celaka, aku tidak bisa kabur dari tempat ini.

"Lepaskan dia! Jangan melukainya. Tuan, kumohon, lepaskan temanku! Dia tidak bersalah."

Kudengar Rindi memohon pada pria tua di depannya. Padahal dengan jelas lelaki itu tadi sempat melecehkannya. Rindi memohon agar aku dilepaskan saja.

Air mataku menetes. Aku justru menjadi beban Rindi. Harusnya aku datang menolong, tetapi malah memambah masalah.

"Sini, sini kamu!"

Mereka menggiringku masuk ke dalam. Aku hanya bisa menurut karena tarikan rambut di kepalaku semakin kuat. Aku berhenti setelah berada di depan Rindi yang sedang bersimpuh di bawah kaki lelaki tua itu.

Wajah tua itu sekarang menatapku. Entah mengapa, aku merasa tatapannya bukanlah tatapan biasa. Aku melihat penampilanku sendiri. Cukup tertutup karena jaket tebal masih terpakai di tubuhku, tetapi pandangan menjijikkan itu seolah tengah menelanjangiku.

"Kau tidak bilang jika malam ini ada wanita cantik datang ke rumahmu." Senyum kotor yang dipertunjukkannya membuat bulu kuduku merinding.

"Tuan, lepaskan dia! Aku tidak akan kabur lagi. Aku janji akan menikah dengan Tuan." Rindi mengiba, berlutut dengan memeluk kaki pria tua itu. Aku tak kuasa melihatnya. Sebegitu menyedihkannya kah kehidupan Rindi?

"Sayangnya aku berubah pikiran. Dia lebih cantik."

Mataku membulat penuh ketika dia semakin mendekatiku. Aku berontak dari cekalan pria-pria kekar yang tadi menggiringku. Kaki kutendang-tendangkan, berusaha menjauh dari manusia berakhlak binatang di ruangan ini.

"Jangan mendekat!" Aku berteriak lagi. Rindi menahan kaki pria tua itu yang hampir mendekatiku. Tubuhku gemetar. Trauma pemerkosaan yang dilakukan Kak Rey masih membekas di kepalaku. Dan kali ini, apakah kejadian itu terulang lagi?

Tidak, aku harus pergi! Aku harus kabur dan mencari pertolongan.

Di saat lelaki tua itu semakin mendekat, seseorang di belakangku melepaskan tarikannya pada rambutku. Aku terbebas sejenak, tetapi hal itu tidak berlangsung lama. Pria tua di depanku justru berganti mencengkeram daguku.

Menjijikkan. Dia menatapku dengan pandangan memuakkan. Aku berusaha mundur, tetapi punggungku justru menabrak dada tubuh kekar di belakangku. Rindi semakin menangis, kepalanya menggeleng dan terus memohon.

Meski tubuhku gemetar, tetapi aku tidak akan membiarkan pria tua bangka yang tidak ingat umur ini menyentuhku. Segera kulayangkan tanganku untuk memukulnya. Namun, lagi-lagi ditahan oleh orang di belakangku.

"Mau main kasar, heem?"

"Bedebaah! Lepaskan, Pak Tua! Aku tidak sudi kau sentuh." Dia terkekeh, menunjukkan deretan gigi kuning hasil terlalu banyak mengisap tembakau dan sukses membuatku semakin jijik. Perutku sontak merasa mual. Aku ingin ... muntah.

Tanpa sengaja aku tak sanggup membendung gejolak di perutku. Aku memuntahkan isi perutku tepat di depan Pak tua itu dan sedikit menciprat ke pakaian serta wajahnya.

"Kurang ajar! Bocah tengik."

Aku mengusap bibirku dari bekas muntahan, lalu memandang wajah Pak Tua yang tampak meradang. Melihat lelaki yang berada di belakangku membantu Pak Tua membersihkan pakaiannya, segera kugunakan kesempatan itu untuk kabur.

"Hei, siapa saja, tangkap wanita itu!" Dia berteriak memerintah. Aku yang tidak berani menoleh, semakin mempercepat langkah untuk keluar dari rumah Rindi.

Segera kunaiki motor yang terparkir di depan halaman Rindi. Namun, aku tidak mendapati kunci motorku.

Sialan! Sepertinya kunci motorku terjatuh di dalam rumah Rindi. Tiada waktu untuk kembali, aku harus lari. Dua orang pria mengejarku ke tempat parkiran motor. Namun, segera aku turun dari sana. Dengan bertelanjang kaki karena tidak sempat memasang sepatu, aku berlari kencang ke tempat yang lebih terang. Pencahayaan jalan menuju ke rumah Rindi belum terpasang sehingga aku harus menajamkan mata dengan berbekal cahaya rembulan.

"Hei, jangan lari!" Suara teriakan itu semakin membuatku takut. Tubuhku gemetar, peluh di dahiku keluar lebih banyak. Angin malam yang berembus sama sekali tak banyak berimbas dengan keringat kepanikan yang keluar dari tubuhku.

Ya, Tuhan, tolong bantu aku!

Aku berteriak meminta tolong, berharap orang-orang yang ada di pos ronda di depan jalan tadi bisa mendengarku. Lokasi rumah Rindi memang terbilang agak jauh dari rumah-rumah penduduk lain. Aku harus berlari agar bisa meminta bantuan.

Dua orang berpostur besar itu semakin mendekat. Aku semakin gemetar. Aku takut tertangkap dan dijadikan pelampiasan oleh pria tua hidung belang yang tidak ingat umur itu. Bagaimana bisa tingkat keamanan di desa ini sangat rendah sehingga di saat ada orang berbuat buruk pada warganya tidak ada yang tahu. Sepertinya pos ronda hanya dijadikan tempat nongkrong warga sekitar, bukan sebagai pusat keamanan.

Kakiku perih merasakan kerikil-kerikil kecil yang menggelincirkan telapal kakiku. Aku menahan rasa sakit itu sambil terus berlari dan berteriak, berharap ada seseorang yang mendengar teriakanku dan mau menolong.

Celaka! Sebuah batu besar menghalangi langkahku. Aku terjungkal, merasakan sakit luar biasa di jari kakiku yang tersandung. Hampir saja aku terjerembab ke semak-semak, andai tidak ada seseorang yang tiba-tiba menangkap tubuhku.

"Jangan lari-lari! Ingat, kamu sedang hamil!"

Suara itu, suara itu membuatku menengadahkan wajah, menatap sosok yang telah menolongku nan hampir terjatuh.

"Kak Rey!"

Terpopuler

Comments

Fatimah Lamat

Fatimah Lamat

intersting

2023-10-23

1

bunga cinta

bunga cinta

ooohhh

2023-06-14

1

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾

kalau rey sampai menikahi alea dan bercerai dengan rena, lagu lama

2023-04-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Ternoda
2 Bab 02. Rencana Tuhan
3 Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4 Bab 04. Egois
5 Bab 05. Curiga
6 Bab 06. Dugaan
7 Bab 07. Kesucian
8 Bab 08. Sosok itu ...
9 Bab 09. Rasa Lapar
10 Bab 10. Mencari Rindi
11 Bab 11. Terselamatkan
12 Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13 Bab 13. Dibayar Tunai
14 Bab 14. Berserah pada Takdir
15 Bab 15. Di Ruang Perawatan
16 Bab 16. Rencana Pernikahan
17 Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18 Bab 18. Dipecat
19 Bab 19. Membawaku Pergi
20 Bab 20. Gugup
21 Bab 21. Hadiah Pernikahan
22 Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23 Bab 23. Maafkan Aku
24 Bab 24. Anak Haram
25 Bab 25. Kemarahan Mama
26 Bab 26. Tersenyumlah!
27 Bab 27. Belanja
28 Bab 28. Gadis Kecil Itu
29 Bab 29. Om yang Sombong
30 Bab 30. Hati yang Salah
31 Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32 Bab 32. Ketahuan
33 Bab 33. Terlalu Naif
34 Bab 34. Menggantung
35 Bab 35. Sebuah Rahasia
36 Bab 36. Terlambat
37 Bab 37. Rasa Syukur
38 Bab 38. Kabur
39 Bab 39. Memilih Siapa?
40 Bab 40. Marah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43 Bab 43. Konseling
44 Bab 44. Listrik Padam
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Hati ke Hati
47 Bab 47. Perubahan Sikap
48 Bab 48. Pertengkaran
49 Bab 49. Cerai
50 Bab 50. Ke Suatu Tempat
51 Bab 51. Mama
52 Bab 52. Pertemuan
53 Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54 Bab 54. Rasa Nyaman
55 Bab 55. Menurut
56 DINIKAHI TUAN ARTHUR
57 Bab 56. Video
58 Bab 57. Memasak
59 Bab 58. Kado Misteri
60 Bab 59. Percintaan
61 Bab 60. Mama
62 Bab 61. Hampir Sembuh
63 Bab 62. Rahasia Mama
64 Bab 63. Sidang Perceraian
65 Bab 64. Malaikat Kecil
66 Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67 Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68 Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69 Bab 69. Mama Pulang
70 Bab 70. Panik
71 Bab 71. Trenyuh
72 Bab 72. Sudah Memutuskan
73 Bab 73. Menuntut Hak
74 Bab 74. Tidak Rela
75 Bab 75. Kak Rena Sadar
76 Bab 76. Perpisahan
77 Bab 77. Pemesan Kue
78 Bab 78. Papa Siapa?
79 Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80 Bab 80. Hari Pernikahan
81 Bab 81. Pesta Pernikahan
82 Bab 82. Malam yang Indah
83 Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84 Senja di Ujung Istanbul
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 01. Ternoda
2
Bab 02. Rencana Tuhan
3
Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4
Bab 04. Egois
5
Bab 05. Curiga
6
Bab 06. Dugaan
7
Bab 07. Kesucian
8
Bab 08. Sosok itu ...
9
Bab 09. Rasa Lapar
10
Bab 10. Mencari Rindi
11
Bab 11. Terselamatkan
12
Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13
Bab 13. Dibayar Tunai
14
Bab 14. Berserah pada Takdir
15
Bab 15. Di Ruang Perawatan
16
Bab 16. Rencana Pernikahan
17
Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18
Bab 18. Dipecat
19
Bab 19. Membawaku Pergi
20
Bab 20. Gugup
21
Bab 21. Hadiah Pernikahan
22
Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23
Bab 23. Maafkan Aku
24
Bab 24. Anak Haram
25
Bab 25. Kemarahan Mama
26
Bab 26. Tersenyumlah!
27
Bab 27. Belanja
28
Bab 28. Gadis Kecil Itu
29
Bab 29. Om yang Sombong
30
Bab 30. Hati yang Salah
31
Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32
Bab 32. Ketahuan
33
Bab 33. Terlalu Naif
34
Bab 34. Menggantung
35
Bab 35. Sebuah Rahasia
36
Bab 36. Terlambat
37
Bab 37. Rasa Syukur
38
Bab 38. Kabur
39
Bab 39. Memilih Siapa?
40
Bab 40. Marah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43
Bab 43. Konseling
44
Bab 44. Listrik Padam
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Hati ke Hati
47
Bab 47. Perubahan Sikap
48
Bab 48. Pertengkaran
49
Bab 49. Cerai
50
Bab 50. Ke Suatu Tempat
51
Bab 51. Mama
52
Bab 52. Pertemuan
53
Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54
Bab 54. Rasa Nyaman
55
Bab 55. Menurut
56
DINIKAHI TUAN ARTHUR
57
Bab 56. Video
58
Bab 57. Memasak
59
Bab 58. Kado Misteri
60
Bab 59. Percintaan
61
Bab 60. Mama
62
Bab 61. Hampir Sembuh
63
Bab 62. Rahasia Mama
64
Bab 63. Sidang Perceraian
65
Bab 64. Malaikat Kecil
66
Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67
Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68
Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69
Bab 69. Mama Pulang
70
Bab 70. Panik
71
Bab 71. Trenyuh
72
Bab 72. Sudah Memutuskan
73
Bab 73. Menuntut Hak
74
Bab 74. Tidak Rela
75
Bab 75. Kak Rena Sadar
76
Bab 76. Perpisahan
77
Bab 77. Pemesan Kue
78
Bab 78. Papa Siapa?
79
Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80
Bab 80. Hari Pernikahan
81
Bab 81. Pesta Pernikahan
82
Bab 82. Malam yang Indah
83
Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84
Senja di Ujung Istanbul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!