Mataku masih memejam di kala tubuh itu memelukku. Aku kedinginan, rasanya ingin mati saja.
Perlahan kubuka kelopak mataku, menentang rasa perih akibat hantaman air hujan yang turun kian lebat. Aku dihadapkan dada bidang yang basah kuyup berbalut kemeja biru yang belum jelas siapa orangnya.
Tubuhku rasanya melayang, dia membawaku entah ke mana. Aku masih mengerjapkan mata, bergelung pada lengan kekar dan dada bidang itu. Siapa dia?
Aku didudukkan pada kursi mobil. Bibirku gemetar, rasanya begitu dingin. Sampai dia menutupi tubuhku dengan selimut setelah memasangkan sabuk pengaman dengan benar.
"Kak Rey!" Suaraku terdengar lirih, tetapi lelaki yang kini sudah duduk di kursi kemudi menoleh ke arahku.
"Bodoh! Apa yang kamu pikirkan?" Dia hanya mengumpat kepadaku. Tidak tahu kah bahwa aku telah hancur? "Kita pulang," ucapnya tanpa meminta persetujuan kepadaku.
Aku terdiam. Pulang? Ke mana? Bukankah Mama telah mengusirku? Bagaimana Kak Rey tahu aku berada di sini. Bukankah dia harusnya masih liburan? Ke mana Kak Rena?
Banyak pertanyaan yang membelenggu, penuh sesak di kepalaku. Aku ingin menanyakan itu kepadanya, tetapi sorot mata tajamnya mengurungkan niatku bertanya.
Rasa dingin menyeruak di sekujur tubuhku. Aku yakin sebentar lagi demam akan menyerang. Namun, aku tidak mungkin menuruti Kak Rey untuk kembali pulang ke rumah. Aku belum sanggup menghadapi Mama dan ... Kak Rena. Apa yang harus aku katakan mengenai kehamilanku?
"Aku tidak mau pulang," ujarku tegas kepadanya.
Aku tidak memiliki keberanian untuk menghadap Kak Rena. Apalagi Mama sudah tidak mengharapkanku dan tidak menganggapku sebagai anaknya lagi.
Lantas, untuk alasan apa aku harus kembali?
Kak Rey tak menghiraukanku. Dia tetap melajukan mobilnya menerobos derasnya hujan. Aku sadar jika lelaki itu adalah pria egois. Tidak mau mengerti keadaan orang lain, terutama aku.
"Kak Rey, aku .... hamil." Terpaksa aku mengatakan hal itu kepadanya. Dia harus tahu kenyataan yang sesungguhnya. Bagaimanapun, ini adalah anaknya, darah dagingnya. Namun, sepertinya perkataanku tidak terlalu ia tanggapi. Dia seolah tak acuh akan kehadiran malaikat kecil yang sedang tumbuh dalam perutku.
Aku mmenggeleng lemah. Seperti inikah sosok ayah anakku kelak?
Segera kukuatkan diriku, menahan tangan Kak Rey. Aku ingin sekali saja dia mendengarku. Aku tahu jika dia membenciku. Mungkin karena malam kelam itu, dia merasa aku adalah kerikil kecil yang bisa menghancurkan hubungan rumah tangganya dengan Kak Rena. Tapi, bukankah aku yang korban di sini? Tidak adakah rasa empatinya untukku.
"Berhenti! Aku tidak mau pulang." Aku berteriak sekuat tenaga di tengah bibirku yang gemetar. Rasa menggigil kutahan. Aku tidak mau kembali ke rumah itu.
Mobil itu seketika berdecit, berhenti mendadak setelah melaju dengan kecepatan tinggi. Aku hampir saja terpental andai tidak ada sabuk pengaman yang dipasangkan Kak Rey ke tubuhku. Sontak rasa takut hadir menyelimutiku. Lelaki jenis apa sesunguhnya sosok di sampingku ini?
"Turun?"
Apa? Aku melebarkan mata. Aku tidak salah dengar, bukan? Di tengah hujan deras dan guntur yang beberapa kali terdengar menggelegar dia menyuruhku turun? Jahat. Aku tidak pernah melihat sosok kejam seperti pria di sampingku ini.
Aku masih terdiam membisu, belum bisa mencerna perintahnya. Namun, gerakan tangannya yang membuka pintu mobil menyadarkanku bahwa perkataan lelaki itu tidak main-main. Dia sungguh-sungguh mengusirku dari dalam mobilnya.
"Aku bilang turun!" ucapnya lagi dengan tegas dan tak terbantahkan.
Aku masih tidak percaya dengan apa yang terjadi. Tega sekali dia menurunkan seorang wanita hamil di tengah jalan saat hujan deras seperti ini. Mengapa aku harus menerima kenyataan bahwa dia adalah ayah biologis anak yang kukandung?
Dia sama sekali tidak memandangku. Aku rasa dia begitu jijik dan membenciku. Kak Rey, kau adalah laki-laki jahat yang pernah kutemui.
Menahan tubuh yang sudah menggigil, aku paksakan diri ini keluar dari mobil mewahnya. Aku tidak sudi menerima tumpangannya. Kenapa juga dia tadi menolongku? Lebih baik biarkan aku mati terjun dari atas jembatan.
Hujan semakin deras menghantam kepalaku. Bibirku benar-benar gemetar, merasakan aliran darah yang juga ikut membeku. Desiran angin di antara hujan lebat itu menggumpalkan otakku.
Aku pikir Kak Rey bercanda dengan menyuruhku turun. Namun, ternyata aku salah. Begitu aku turun dari mobil, tanpa melihatku dia segera melajukan mobilnya.
Aku sudah tidak tahu harus bagaimana. Aku tidak kuat hidup seperti ini.
Ya, Tuhan, mengapa Engkau tidak mengambil nyawaku saja? Peluk aku, ya, Tuhan!
Aku menepi di trotoar. Mataku perih terkena hantaman rintik hujan. Dingin. Aku benar-benar menggigil. Tubuhku tidak bisa menahan rasa dingin yang ternyata mampu membekukam diriku.
Aku duduk di sana, memeluk tubuhku yang rapuh. Perlahan mataku terkatup, semuanya mendadak gelap. Tubuhku terperosok, lunglai tak berdaya dan tidak bertenaga. Entah, apakah ini adalah tanda-tanda bahwa aku akan tiada?
Tapi, aku masih sadar. Hanya mataku yang memejam dengan tubuh lemah tak bertenaga. Sampai ketika tubuh ini terasa melayang, seolah ada lengan kekar yang membawaku pergi. Aku tidak tahu apa yang terjadi kepadaku.
Sebuah kain hangat dibalutkan ke tubuhku. Dan saat itu juga aku mendengar mesin mobil dinyalakan. Aku tak sanggup membuka mata. Siapa gerangan yang menolongku? Mengapa aku tidak mati saja.
Hingga beberapa lama mobil itu melaju dan berhenti. Kembali tubuhku rasanya melayang, didekap oleh seseorang yang entah siapa. Aku bahkan tak sanggup membuka kelopak mataku sendiri. Dia terus membawaku ke suatu tempat yang aku sendiri tidak tahu di mana.
Setelah berapa lama, akhirnya aku direbahkan di suatu tempat yang lebih hangat dan empuk. Kain yang sebelumnya dibalutkan ke tubuhku dilepas olehnya. Tentu kain itu ikut basah karena pakaianku yang berair terkena hujan. Kudengar sosok itu mengesah kasar, lalu berkata, "Alea, maaf. Aku izin melepas pakaianmu."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
bunga cinta
suka ceritanya, gk berbelit belit
2023-06-14
0
◡̈⃝︎➤N୧⃝🆖LU⃝SI✰◡̈⃝︎👾
hmmm🤔
2023-04-29
0
Devi Handayani
siapa kah kamu wahai malaikat penolong??? 😇😇😇
2023-04-28
0