Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan

Senja baru saja turun. Semburat sinarnya yang keperakan memantul sendu di ujung hijabku. Sepoi angin berembus mengusap dingin mukaku, seolah mewakili hati yang rasanya begitu sunyi.

Meskipun hari ini adalah hari pernikahanku, tetapi bukan bahagia yang kurasakan, melainkan kabut pekat yang seolah datang menghadang tepat di depan mataku. Tak selaras dengan bibirku yang melengkungkan senyum, karena pandanganku mendadak kabur dan berembun.

Pernikahanku dilaksanakan di sebuah masjid yang berada di pinggiran kota. Pernikahan yang terlihat sunyi karena tidak ada kehadiran keluarga satu pun. Saksi yang mengetahui pernikahan kami kebanyakan dari penduduk sekitar dan beberapa karyawan yang sengaja Kak Rey utus dari perusahaannya. Seorang wali hakim telah duduk bersila saling berhadapan bersama penghulu, dipisahkan sebuah meja kecil dengan Al-Quran di atasnya. Kami menunggu kehadiran Kak Rey.

Jemariku saling bertaut, sangat gugup dengan situasi seperti ini. Apakah Kak Rey akan datang mengingat semalam dia baru saja melakukan operasi pengangkatan peluru?

Walaupun pernikahan ini sangat sederhana tidak seperti perayaan pernikahan pada umumnya, tetap saja aku akan sangat terluka jika Kak Rey akhirnya tidak datang untuk melakukan prosesi ijab kabul yang sejak semalam ia minta. Bagaimanapun seorang mempelai wanita akan merasa sangat malu apabila pernikahan yang dilakukan sangat sederhana berakhir batal karena mempelai laki-laki tidak datang.

Hampir satu jam kami menunggu. Bisik-bisik tidak mengenakkan mulai terdengar di telingaku. Aku mencoba tetap sabar dan berdoa semoga mimpi buruk tidak berlanjut sampai mempermalukanku di hari pernikahanku sendiri.

"Kak Rey, kamu di mana?"

Aku mengirimkan pesan kepada Kak Rey, tetapi tampaknya pesan itu tidak dibaca olehnya. Aku juga menghubunginya, tetapi ponselnya ternyata tidak aktif.

Jangan sampai dia mengerjaiku dengan tidak menghadiri pernikahan ini. Aku tidak akan memaafkannya jika memang itu sampai terjadi. Jangan harap dia bisa melihat anaknya di kemudian hari apabila hari ini dia benar-benar berniat mempermalukanku.

Para undangan mulai tidak sabar. Ada yang sudah berdiri ingin meninggalkan tempat, ada juga yang berusaha bersabar dengan mengobrol meski bahan obrolannya tidak ramah didengar.

Mataku mulai berembun. Bibirku bergetar.

Kak Rey, mengapa kamu jahat sekali? Aku sudah menolak menikah denganmu, tetapi kamu justru memaksaku. Namun, apa yang kamu lakukan sekarang? Kamu telah merusak kepercayaanku.

Semua orang menatapku. Aku semakin menunduk, menyembunyikan air mata dan raut muka kecewaku. Tangan kuremas hanya untuk meluapkan kekesalan terhadap Kak Rey. Lelaki itu sudah sangat keterlaluan.

Hampir dua jam berlalu. Aku sudah tidak tahan lagi. Sudut mataku sudah meneteskan cairan jernih. Buru-buru aku menyekanya, menatap semua orang dengan menunjukkan wajah tegar. Aku tidak secengeng itu, menangisi lelaki yang tega melukai dan mengecewakanku.

Mereka semua memandangku dengan cemas terutama para karyawan Kak Rey. Aku tidak peduli. Semuanya telah berakhir. Tidak ada pernikahan hari ini.

Aku beranjak dari posisiku yang sebelumnya duduk bersila, membawa buket bunga yang sejak tadi kuletakkan di sebelahku.

Mereka tampak panik dan segera menghadangku, tetapi segera kutepis agar memberiku jalan. Hati ini merasakan sakit luar biasa di kala kebohongon dipertunjukkan dengan cara yang tidak manusiawi.

Mengapa Kak Rey setega itu?

Tiada yang berani menghalangiku. Aku sudah muak dengan drama ini. Mungkin Kak Rey menganggap semua ini hanya sebuah permainan. Sungguh, permainan yang dia maksudkan sama sekali tidak lucu.

Aku berusaha tegar di kala hati telah remuk dengan ketidakhadirannya. Berjalan melewati para tamu undangan untuk segera keluar dari rumah suci ini. Bodohnya aku yang dengan muda dipermainkan olehnya. Seharusnya aku sadar di kala dia mengatakan hanya mencintai Kak Rena. Mana mungkin seorang suami yang mencintai istrinya akan tega menikahi wanita lain, bukan? Tapi, aku justru percaya saja dengan segala ucapan yang terdengar tulus dari bibirnya.

"Bodoh, bodoh, bodoh!" Karena Kak Rey, aku berani mengumpat di area Masjid. Seharusnya dia tidak perlu memberiku pelajaran sampai seperti ini? Memang apa salahku kepadanya? Bukankah aku hanyalah korban. Dia begitu tega melakukan ini kepadaku.

Kak Rey, aku membencimu.

Aku menunduk mencari sepatu untuk kukenakan. Suara tamu undangan terdengar mencibir atas tindakanku. Sungguh, aku berusaha menulikan telinga agar ejekan-ejekan itu tidak membuatku kian terpuruk.

Sial! Mengapa memakai sepatu sulit sekali? Aku kesulitan memasang sepatu dengan mengaitkan tali pada gespernya karena tanganku begitu gemetar. Dadaku kian sesak, aku yakin semua mata tertuju padaku dengan berbagai macam perasangka.

Akhirnya dengan susah payah sepatu berhasil kukenakan. High heels itu tiba-tiba membuatku kesulitan berjalan. Lagi-lagi aku mengumpat di dalam tangisku yang tertahan. Mungkin aku seperti wanita gila yang sedang kabur di hari pernikahan.

Sejujurnya aku bingung akan ke mana. Pikiranku melayang dengan rasa bimbang melanda. Kembali ke hotel sama saja dengan mempermalukan diriku sendiri. Akan tetapi, aku tidak memiliki tempat lain untuk berpulang.

Aku harus menerima pengalaman yang memalukan ini dengan menguatkan hati. Tidak boleh sepenuhnya percaya dengan bujuk rayu laki-laki. Aku merutuki diriku sendiri.

Alea, mengapa kamu sangat bodoh?

Sampai ketika aku berhasil mencapai gerbang masjid, sebuah motor yang pengendaranya mengenakan jaket hijau dan helm hijau dengan logo perusahaan ojek onlie melintas, lalu berhenti tepat di depanku membuatku ikut menghentikan langkah. Seorang penumpang mengenakan stelan rapi turun dari atas motor sambil mengeluarkan pecahan ratusan ribu.

"Kembaliannya buat Bapak saja," ucapnya sambil melepaskan helm di kepalanya.

Sontak, seketika itu juga mataku membulat terkejut.

Kak Rey ... naik ojek?

"Terima kasih, Mas." Kudengar tukang ojek tadi mengucapkan terima kasih, lalu memutar motornya untuk segera pergi dari hadapanku.

Dan sekarang, pria yang sejak tadi ingin kumaki dan kumarahi malah tersenyum tanpa dosa melihatku.

"Mengapa di luar? Mau naik ojek?"

Astaga, dengarlah! Pertanyaannya sangat menjengkelkan.

"Bodoh, bodoh, bodoh!" Kutimpuk dia dengan buket bunga yang sejak tadi kubawa. Aku pukulkan kepadanya berkali-kali tiada henti. Aku kesal, aku kesal. Ya, Tuhan, mengapa punya calon suami menjengkelkan seperti ini?

Kak Rey hanya menghalangi pukulanku dengan lengan kirinya yang diangkat. Dia terlihat santai dengan sikapku yang rasanya sudah ingin membunuh orang. Aku ingin memukulinya lagi, kalau bisa melepas sepatu hak tinggiku dan menimpuknya berkali-kali sampai dia babak belur. Tapi, aku tidak tega. Dia tentu masih kesakitan, bukan? Semalam saja dia baru operasi, pasti rasa sakit itu belum sepenuhnya sembuh.

Setelah puas memukulinya dengan buket bunga hingga bunga indah itu berguguran di pavingan luar masjid, barulah aku berhenti.

"Mengapa berhenti? Siapa yang kamu bilang bodoh?" tanyanya dengan ekspresi yang masih sama ... menyebalkan.

"Aku yang bodoh!" jawabku kesal. Wajahku benar-benar tidak bisa dikondisikan. Tidak bisa tersenyum sama sekali apalagi menanggapi candaannya. Kak Rey tidak berusaha membujuk atau menghiburku, tetapi tanpa meminta izin dariku dia menarik lembut lenganku yang berbalut kebaya panjang, mengajakku masuk kembali ke dalam masjid.

"Jadi, Aku belum terlambat, bukan? Kita masih bisa menikah?" bisiknya di telingaku.

Aku hanya menurut saat lengan kekar Kak Rey menarikku dan menuntunku untuk memasuki rumah suci itu. Entahlah, di detik itu juga rasa kesal dan amarahku mereda, hilang entah ke mana. Segaris senyum tiba-tiba muncul di bibirku. Para undangan tampak tenang dengan duduk mengitar di setiap sudut ruangan. Aku dan Kak Rey berada di tengah-tengah di mana ada wali hakim dan penghulu yang siap menikahkan kami.

Dan hari ini, tepat di minggu kedua bulan November, aku dan Kak Rey resmi menjadi pasangan suami istri.

Aku menyambut uluran tangannya, mencium punggung tangan kekar itu dengan penuh ketakziman. Sudut mataku rasanya basah, berembun. Tidak menyangka jika acara sederhana ini ternyata begitu sakral dan mengharukan. Andai kedua orang tuaku hadir. Andai ada keluarga yang ikut meramaikan dan menyaksikan ini, begitu sempurnanya pernikahanku. Namun, aku sadar. Ini hanyalah pernikahan status, bukan pernikahan sesungguhnya yang diimpikan para wanita.

Dia mengecup keningku dengan mataku yang terkatup. Lalu, bibirnya membisikkan sesuatu. "Alea, terima kasih mau menikah denganku."

Terpopuler

Comments

Gabriela Ony

Gabriela Ony

seruu...yakin ku sih Rey cinta nya ke Alea

2023-12-10

0

kalyani

kalyani

kk author terimakasih novelnya bagus buat penasaran..

2023-09-24

1

Wiek Soen

Wiek Soen

penasaran dg Ray

2023-05-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 01. Ternoda
2 Bab 02. Rencana Tuhan
3 Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4 Bab 04. Egois
5 Bab 05. Curiga
6 Bab 06. Dugaan
7 Bab 07. Kesucian
8 Bab 08. Sosok itu ...
9 Bab 09. Rasa Lapar
10 Bab 10. Mencari Rindi
11 Bab 11. Terselamatkan
12 Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13 Bab 13. Dibayar Tunai
14 Bab 14. Berserah pada Takdir
15 Bab 15. Di Ruang Perawatan
16 Bab 16. Rencana Pernikahan
17 Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18 Bab 18. Dipecat
19 Bab 19. Membawaku Pergi
20 Bab 20. Gugup
21 Bab 21. Hadiah Pernikahan
22 Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23 Bab 23. Maafkan Aku
24 Bab 24. Anak Haram
25 Bab 25. Kemarahan Mama
26 Bab 26. Tersenyumlah!
27 Bab 27. Belanja
28 Bab 28. Gadis Kecil Itu
29 Bab 29. Om yang Sombong
30 Bab 30. Hati yang Salah
31 Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32 Bab 32. Ketahuan
33 Bab 33. Terlalu Naif
34 Bab 34. Menggantung
35 Bab 35. Sebuah Rahasia
36 Bab 36. Terlambat
37 Bab 37. Rasa Syukur
38 Bab 38. Kabur
39 Bab 39. Memilih Siapa?
40 Bab 40. Marah
41 Bab 41.
42 Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43 Bab 43. Konseling
44 Bab 44. Listrik Padam
45 Bab 45. Kecewa
46 Bab 46. Hati ke Hati
47 Bab 47. Perubahan Sikap
48 Bab 48. Pertengkaran
49 Bab 49. Cerai
50 Bab 50. Ke Suatu Tempat
51 Bab 51. Mama
52 Bab 52. Pertemuan
53 Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54 Bab 54. Rasa Nyaman
55 Bab 55. Menurut
56 DINIKAHI TUAN ARTHUR
57 Bab 56. Video
58 Bab 57. Memasak
59 Bab 58. Kado Misteri
60 Bab 59. Percintaan
61 Bab 60. Mama
62 Bab 61. Hampir Sembuh
63 Bab 62. Rahasia Mama
64 Bab 63. Sidang Perceraian
65 Bab 64. Malaikat Kecil
66 Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67 Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68 Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69 Bab 69. Mama Pulang
70 Bab 70. Panik
71 Bab 71. Trenyuh
72 Bab 72. Sudah Memutuskan
73 Bab 73. Menuntut Hak
74 Bab 74. Tidak Rela
75 Bab 75. Kak Rena Sadar
76 Bab 76. Perpisahan
77 Bab 77. Pemesan Kue
78 Bab 78. Papa Siapa?
79 Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80 Bab 80. Hari Pernikahan
81 Bab 81. Pesta Pernikahan
82 Bab 82. Malam yang Indah
83 Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84 Senja di Ujung Istanbul
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Bab 01. Ternoda
2
Bab 02. Rencana Tuhan
3
Bab 03. Mengapa Dia Datang?
4
Bab 04. Egois
5
Bab 05. Curiga
6
Bab 06. Dugaan
7
Bab 07. Kesucian
8
Bab 08. Sosok itu ...
9
Bab 09. Rasa Lapar
10
Bab 10. Mencari Rindi
11
Bab 11. Terselamatkan
12
Bab 12. Sebuah Kesepakatan
13
Bab 13. Dibayar Tunai
14
Bab 14. Berserah pada Takdir
15
Bab 15. Di Ruang Perawatan
16
Bab 16. Rencana Pernikahan
17
Bab 17. Mempelai yang Menyebalkan
18
Bab 18. Dipecat
19
Bab 19. Membawaku Pergi
20
Bab 20. Gugup
21
Bab 21. Hadiah Pernikahan
22
Bab 22. Apa yang Dia Inginkan?
23
Bab 23. Maafkan Aku
24
Bab 24. Anak Haram
25
Bab 25. Kemarahan Mama
26
Bab 26. Tersenyumlah!
27
Bab 27. Belanja
28
Bab 28. Gadis Kecil Itu
29
Bab 29. Om yang Sombong
30
Bab 30. Hati yang Salah
31
Bab 31. Arti Genggaman Tangan
32
Bab 32. Ketahuan
33
Bab 33. Terlalu Naif
34
Bab 34. Menggantung
35
Bab 35. Sebuah Rahasia
36
Bab 36. Terlambat
37
Bab 37. Rasa Syukur
38
Bab 38. Kabur
39
Bab 39. Memilih Siapa?
40
Bab 40. Marah
41
Bab 41.
42
Bab 42. Jangan Kabur Lagi!
43
Bab 43. Konseling
44
Bab 44. Listrik Padam
45
Bab 45. Kecewa
46
Bab 46. Hati ke Hati
47
Bab 47. Perubahan Sikap
48
Bab 48. Pertengkaran
49
Bab 49. Cerai
50
Bab 50. Ke Suatu Tempat
51
Bab 51. Mama
52
Bab 52. Pertemuan
53
Bab 53. Tidak Mau Mengalah
54
Bab 54. Rasa Nyaman
55
Bab 55. Menurut
56
DINIKAHI TUAN ARTHUR
57
Bab 56. Video
58
Bab 57. Memasak
59
Bab 58. Kado Misteri
60
Bab 59. Percintaan
61
Bab 60. Mama
62
Bab 61. Hampir Sembuh
63
Bab 62. Rahasia Mama
64
Bab 63. Sidang Perceraian
65
Bab 64. Malaikat Kecil
66
Bab 65. Ketemu Kakek dan Nenek
67
Bab 67. Kedatangan Kak Rena
68
Bab 68. Untuk Pertama Kalinya
69
Bab 69. Mama Pulang
70
Bab 70. Panik
71
Bab 71. Trenyuh
72
Bab 72. Sudah Memutuskan
73
Bab 73. Menuntut Hak
74
Bab 74. Tidak Rela
75
Bab 75. Kak Rena Sadar
76
Bab 76. Perpisahan
77
Bab 77. Pemesan Kue
78
Bab 78. Papa Siapa?
79
Bab 79. Air Mata Kedua Anakku
80
Bab 80. Hari Pernikahan
81
Bab 81. Pesta Pernikahan
82
Bab 82. Malam yang Indah
83
Bab 83. Bonus Chapter (TAMAT)
84
Senja di Ujung Istanbul

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!