Entah mengapa saat ini juga aku langsung memeluk Kak Rey. Baru kali ini aku merasa begitu senang melihat Kak Rey. Rasa takut dan kepanikan yang sejak tadi menderaku berangsur menghilang setelah lelaki itu datang.
Aku tidak tahu, bagaimana bisa Kak Rey berada di tempat seperti ini. Dan lagi-lagi, lelaki itu selalu datang di waktu yang tepat.
Rasa maluku hilang. Aku memeluk Kak Rey seolah dia dikirimkan Tuhan sebagai malaikat penolongku, meredakan degup jantungku karena rasa takut yang sejak tadi bergelayut menggebu. Namun, dia sama sekali tidak membalas pelukanku.
Aku tersadar. Segera kulepaskan pelukan itu tepat suara pria yang sejak tadi meneriakiku terdengar lagi. Tak terlalu memikirkan reaksi Kak Rey akan sikapnya yang dingin, aku bersembunyi di belakang punggung lelaki itu.
Di sana dua orang berpostur tinggi tegap sudah berdiri di depan kami.
"Kak Rey, mereka ...." Kalimatku menggantung. Pria berkumis tebal berkata dengan menunjukkan raut muka garang.
"Jangan jadi pahlawan kemalaman! Serahkan perempuan itu, jika kau masih ingin bernapas."
Aku melihat Kak Rey bergeming dengan air muka yang sama. Dingin dan datar. Lelaki itu sama sekali tidak terpengaruh akan ucapan kedua pria jahat tersebut.
Sampai kedua orang itu menyerang secara bersamaan, aku berteriak ketakutan sambil memejamkan mata, menutup mulutku dengan kedua telapak tangan yang terbuka. Suara pukulan dan hantaman terdengar ngilu. Entah itu suara tulang patah atau gigi yang tanggal, aku tidak berani memastikan kejelasannya. Tubuhku benar-benar lemas dan gemetar. Apa yang sebenarnya terjadi?
Hanya dalam waktu dua menit. Ya, hanya dua menit pertarungan itu terjadi, semua kembali senyap. Terdengar suara jerit kesakitan yang membuatku tergerak membuka mata.
Jelas saja semua itu membuatku tak percaya. Dua orang bertubuh besar itu terkapar di tanah tanpa sanggup bangkit melawan lagi. Sementara Kak Rey tak tergores sedikit pun. Aku ternganga menyaksikan keanehan itu.
"Tutup mulutmu! Di sini banyak nyamuk. Aku takut nyamuk-nyamuk itu masuk ke mulutmu yang bau."
Dia berkata dengan keji. Mulutku bau? Enak saja. Aku mengebuskan napas di telapak tangan lewat mulut yang terbuka, memastikan mulutku tidak sebau apa yang lelaki itu katakan.
"Mulutku tidak bau. Tolong tarik kembali ucapanmu!"
Dia menggeleng, lalu berjalan menjauh ingin pergi.
"Kak Rey, mau ke mana? Urusan kita belum selesai." Aku berlari mengejarnya, mengabaikan hinaan bau yang baru saja ia ucapkan kepadaku. Tanganku merentang di depannya, berharap dirinya mau membantuku sekali lagi.
"Tolong bantu temanku. Dia dalam bahaya."
Dia hanya mengangkat sebelah alisnya menanggapi. "Jangan terlalu mencampuri urusan orang lain! Sebaiknya pulang saja."
Aku menggeleng. "Tolong, sekali ini saja. Dia temanku satu-satunya. Dia benar-benar dalam bahaya."
Aku menunjukkan raut memohon kepadanya. Mungkin ini terkesan memaksa, aku tidak peduli. Dalam benakku ingin membantu Rindi keluar dari masalahnya. Terlintas di pikiranku bagaimana sikap bejad lelaki tua itu kepada Rindi. Sungguh, aku tidak tega membiarkan masa depan Rindi hancur karena pria tua mesum itu.
"Apa urusannya denganku?"
Aku kembali ternganga, tidak menyangka jika Kak Rey bisa berkata seperti itu. Aku pikir dia adalah malaikat penolong, tetapi ternyata hanya seorang iblis kejam yang berpura-pura baik.
"Di mana rasa kemanusianmu? Temanku sedang dilecehkan oleh pria tua, tetapi kamu malah menanyakan apa urusannya denganmu? Sungguh pikiranmu sangat picik."
Hinaanku hanya ditanggapi dengan kedikan bahu. Dia benar-benar tidak peduli dengan nasib Rindi. Aku menarik tangannya ketika ia hendak melangkah pergi.
"Mengapa kamu jahat sekali? Bantu Rindi sekali saja. Aku akan menganggap ini sebagai hutang budi."
Dia berhenti melangkah, menoleh ke arahku kemudian.
"Aku akan membantunya, tapi ... menikahlah denganku."
Tangan yang sejak tadi kucekal segera kulepaskan. Bagaimana di situasi genting seperti ini dia masih membahas pernikahan?
"Aku tidak mau. Jangan memaksaku!"
"Kalau begitu, tolonglah sendiri. Aku mau pulang. Rena sudah menungguku."
Lihatlah! Baru saja dia memintaku menjadi istrinya. Namun, detik itu juga dia mengatakan bahwa Kak Rena telah menunggunya di rumah. Sungguh laki-laki tidak memiliki perasaan.
"Pergilah! Aku akan meminta bantuan warga yang ada di pos ronda." Aku berteriak ke arahnya. Sangat kesal dengan cara pikir lelaki itu. Buat apa dia datang kemari kalau tidak ada niatan membantu?
"Jika kamu bisa." Dia menunjukkan senyuman tipis yang teramat samar. "Warga yang kau maksud sedang pesta minuman keras di pos ronda."
"Apa? Pesta minuman keras?" ucapku lirih, terkejut dengan kenyataan yang ada.
Aku masih bingung dengan sistem keamanan di kampung Rindi. Mengapa warganya seolah tidak peduli dengan nasib orang lain?
Dia kembali melangkah pergi, meninggalkanku yang sedang dilanda dilema. Aku bingung harus bagaimana. Rindi sedang dalam masalah. Dia teman sekaligus sudah kuanggap sebagai saudara. Aku tidak tega jika gadis itu mengalami penderitaan seperti itu.
Ya, Tuhan, bagaimana ini?
Aku menggeleng lemah. Segera kususul Kak Rey yang berjalan santai, lalu menghadangnya di depan dengan tangan terentang. Dengan sedikit kesulitan bicara, aku akhirnya membuat sebuah kesepakatan dengannya.
"Aku mau menikah denganmu, tapi dengan satu syarat!"
...***...
Kami kembali ke rumah Rindi. Sedikit ragu saat memutuskan meminta bantuan Kak Rey mengingat pria itu hanya sendiri. Apakah ini sama saja dengan bunuh diri?
Di sana, Rindi masih menangis dengan memeluk keluarganya. Kedua adiknya meringkuk dalam pelukan ibunya. Mereka semua ketakutan.
"Lepaskan mereka!" Kak Rey dengan percaya diri meneriaki mereka: tiga pria berbadan besar dengan gambar aneh di tangan berotot mereka dan pria tua yang tengah berkacak pinggang.
"Pengganggu lagi," kata pria tua itu dengan senyum meremehkan. Namun, di saat matanya memandang ke arahku, dia tampak terkejut. "Kau, bagaimana bisa lolos. Di mana kedua anak buahku?"
"Mati." Kak Rey menjawab santai.
"Keparat! Habisi pria sialan ini!"
Kak Rey menoleh ke arahku, mengisyaratkan agar aku mundur menjauhinya. Jujur, aku takut terjadi apa-apa dengan Kak Rey. Dia tidak membawa senjata, tetapi ketiga orang berambut gondrong itu mengeluarkan pisau tajam nan runcing dan memainkannya di depan semua orang.
"Hati-hati, Kak!" Aku memperingatkannya. Dia menanggapi dengan anggukan tipis.
Mereka menyerang Kak Rey dengan mengangkat pusau itu, ingin mencelakai Kak Rey dengan menusuknya secara serentak. Mulutku tak bisa berhenti berteriak. Aku takut Kak Rey terluka. Postur tubuh Kak Rey tidak berimbang dengan mereka, membuatku panik dan menduga hal-hal buruk yabg mungkin akan terjadi.
Apabila ada sesuatu yang terjadi dengan Kak Rey, aku yang akan disalahkan. Kak Rena pasti akan sedih, dan Mama .... Entah apa yang akan Mama lakukan kepadaku. Pria tua itu terkekeh. Suaranya sangat menjengkelkan, mentertawai lawan yang tak berimbang.
Keringatku ikut bercucuran, melihat Kak Rey berusaha menahan serangan dan menghindar dari sabetan benda tajam yang mereka layangkan ke tubuhnya.
Aku tidak berani melihat. Tubuhku benar-benar gemetar, merasakan kengerian yang teramat sangat. Hingga mataku melihat lantai yang penuh cucuran darah segar. Bau anyir menusuk hidungku. Bigitu lekat dan pekat warnanya menodai keramik putih itu.
Kak Rey, apa yang terjadi?
Di luar dugaan, dari perkelahian tak berimbang itu, Kak Rey masih berdiri tegap di sana, sementara tiga orang pria berbadan besar telah terkapar dengan luka tusukan di beberapa tempat.
Mata hazel yang biasanya terlihat indah, menatap ke arah pria tua dengan tajam dan mengerikan. Kilatan aneh jelas terlihat di bola mata lelaki itu. Aku bahkan tidak mengenalinya saat ini.
Kak Rey, sebenarnya kamu manusia seperti apa?
...****************...
Sudah tahu, dong, Rey itu turunannya siapa? 😁😁
Btw, ada yg bilang ceritanya jangan seperti drama ikan terbang. Memang drama ikan terbang itu seperti apa, sih? Jujur sj, TV di rumah nyala hanya saat ada pertandingan badminton dan bola. Selebihnya mati.
Sy hanya mencoba memberikan cerita versi terbaik sy. Jd, mohon maaf kalau memang tidak suka ceritanya. 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Devi Handayani
lanjut lanjut aja thor.... aku menghargai para author yg sudah bersusah payah menghasilkan karya karya disini 🤗🤗🤗
2023-04-28
1
🧸ηια•ᴍ֟፝ᴀꜰɪᴀæ⃝᷍𝖒𖣤᭄ιиɑ͜͡✦
jujur aja thor ini mengaduk ngaduk emosi banget yg sulit utk di tebak jalan cerita jadi kita gk bisa mengira2 kelanjutan nya kayak apa..sejauh ini aku udah nyaman sama jalan cerita nya dan gk ngedrama banget..malah seru banget
2023-04-11
1
Ita Mariyanti
g tw Thor, br bc karya terbaik mu lsg ini
2023-04-11
1