Dinding berwarna biru muda itu menjadi saksi bisu, tirai ruang tengah melambai-lambai akibat terpaan angin dari arah pintu, helaiannya mengenai permukaan wajah Pak tua.
Wajah angkuh yang tadinya mentertawai adegan pengeroyokan tersebut mendadak pasi. Pria tua itu melangkah mundur setelah menyadari lelaki di depannya bukanlah lawan yang mudah disingkirkan.
Kak Rey maju mendekat, membuat lelaki tua itu menjauhkan tubuh hingga sampai pembatas dinding. Tubuhnya tampak gemetar, melihat aura keji yang dipertunjukkan Kak Rey kepadanya.
"Ampun, jangan sakiti aku!" Dia mendadak minta maaf. Tubuhnya merosot ke lantai, menyembunyikan gemetar pada badan gempal dan perut buncitnya.
Kak Rey tak banyak bicara, ia tetap bergerak maju mendekati pria tua itu. Ekspresinya datar, tetapi sorot matanya tajam dan penuh ancaman.
"Minta maaf kepada mereka!" Dia memerintah dengan hardikan.
"Tapi, dia berjanji menikah denganku." Pak tua itu beralasan. "Mereka tidak mampu membayar utang sesuai janji. Tapi, gadis bodoh itu mencoba mengelabuiku dengan berniat kabur sehari sebelum hari pernikahan." Dia mengarahkan tatapannya ke arah Rindi yang masih menangis memeluk kedua adiknya.
"Hutang?" Kak Rey melirik ke arah Rindi dan itu jelas membuat Rindi malu. Gadis itu menunduk, tak berani menatap Kak Rey maupun aku. Mungkin, Rindi mengira kami menyalahkan keputusannya karena tidak menepati janji kepada Pak pria tua.
"Ya, dia berhutang dua puluh juta untuk biaya operasi ibunya, tapi sampai sekarang belum juga dilunasi. Masih baik aku nikahi, bagaimana kalau aku laporkan ke polisi."
Pak tua itu malah bersikap arogan. Aku semakin tidak menyukainya. Hanya pekara uang dua puluh juta saja sampai memaksa seorang gadis menjadi istrinya. Entah istri yang ke berapa. Padahal usia sudah uzur, seharusnya di umur yang tersisa digunakan untuk lebih mendekatkan diri pada Yang Kuasa, tetapi dia malah mencari masalah dengan memaksa gadis belia untuk dinikahi. Benar-benar pria tua yang tidak tahu malu.
"Hanya itu?" Kening Kak Rey mengernyit.
"Dia juga tidak membayar bunganya. Jika ditotal bisa melebihi lima puluh juta." Pak Tua menjelaskan. "Dia sudah untung karena aku mau menikah dengannya."
Seketika aku membulatkan mata dengan mulut terbuka. Bagaimana bisa nilai bunga lebih besar daripada jumlah yang dipinjam.
"Untung?" Kak Rey tersenyum mengejek. "Apa kau tidak sadar dengan usiamu yang lebih cocok sebagai kakeknya? Sebagai orang tua kau benar-benar tidak tahu malu!"
Kak Rey mendorong Pak Tua dengan tangan kanannya. Meski Pak Tua bertubuh gempal, tetapi hanya dengan sedikit dorongan lelaki yang rambutnya tampak hitam karena semir rambut itu terjungkal ke belakang.
"Aku tidak melukaimu hanya karena menghormati usiamu yang sudah tua." Kak Rey merogoh ponsel dari saku celananya, lalu berkata, "Berapa nomor rekeningmu. Aku yang akan melunasinya."
Sontak Rindi yang sejak tadi menunduk menahan malu menengadahkan wajah, menatap Kak Rey dengan raut tak percaya. Dia beralih melihatku yang berdiri sedikit jauh di samping Kak Rey, seolah menanyakan siapa lelaki yang datang bersamaku. Aku hanya menanggapi dengan gelengan kepala.
"Kau melunasi semua hutang-hutangnya?" tanya Pak Tua dengan mata berbinar dan raut muka tak percaya.
"Ya, asal kau keluar dari desa ini. Pergi sejauh-jauhnya dan jangan mengganggu mereka lagi."
Pak Tua mengangguk setuju, lantas menyebutkan deretan nomor rekening lengkap dengan nominal utang yang harus dibayar.
"Sudah!" ucap Kak Rey sambil menunjukkan layar ponselnya ke depan wajah Pak Tua yang mana bukti transfer telah berhasil dilakukam.
Pria yang memiliki banyak kerutan di wajah itu tersenyum bahagia. Lalu, dia beranjak dari posisinya untuk berdiri.
"Akhirnya, uangku kembali. Sudah, ambil saja dia! Aku sudah tidak peduli." Pak Tua melenggang pergi dengan melewati Kak Rey. Namun, belum sempat Pak Tua mencapai ambang pintu, Kak Rey memanggilnya.
"Tunggu, kau meninggalkan sesuatu!"
Dia berhenti dan disusul Kak Rey yang melangkah ke arahnya. Tanpa menaruh curiga, Pak Tua menoleh dengan wajah yang tampak semakin jumawa. Dan saat itu juga sebuah hantaman keras mendarat di tulang rahang lelaki tua itu.
Dia menjerit, melenguh kesakitan, merasakan giginya patah akibat benturan itu. "Kau, berani sekali ...."
"Itu pelajaran pertamamu karena telah melecehkannya." Kak Rey merapikan kemejanya yang sempat kusut. "Pelajaran keduamu, sebentar lagi datang," imbuhnya dengan begitu santai.
"Apa?"
Dalam hitungan detik, terdengar suara teriakan yang mengejutkan kami semua, kecuali Kak Rey. Dia hanya diam sambil membenarkan rambutnya. Lelaki itu sama sekali tidak bisa ditebak.
Aku mencari tahu dengan melongokkan wajahku ke depan rumah Rindi. Dan di sana sudah berjajar polisi dengan senjata di tangan.
Apakah Kak Rey yang memanggil mereka?
Beberapa petugas masuk, menggelandang pria-pria bertubuh besar yang tadi dilumpuhkan pergerakannya oleh Kak Rey. Mereka masih hidup, hanya terluka di bagian-bagian tertentu yang tidak terlalu fatal. Sementara Pak Tua dicekal dengan kedua tangannya diarahkan ke belakang. Namun, siapa sangka, sebelum polisi tersebut memakaikan gelang besi pada kedua tangan pria tua tersebut, lelaki yang hampir putus asa itu merebut senjata yang diletakkan polisi muda pada sarung pistol yang diletakkan di pinggang.
Begitu cepat ternyata pergerakannya, sehingga pelatuk itu ditarik dan melesatkan peluru ke arah depan.
Suara lesatan amunisi terdengar memekakkan telinga, berdengung menggema di ruangan itu. Semua mata membelalak terkejut. Aku pun tak kalah syok dengan apa yang terjadi. Dunia sekaan berhenti berputar. Suara ricuh yang sejak tadi terdengar kini mendadak senyap. Baru kali ini aku melihat penembakan di depan mata dan hal itu membuat tubuhku gemetar ketakutan.
Di sana. Ya, di sana Kak Rey ... tertembak tepat di depan mataku dengan darah segar keluar dari balik kemeja putihnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Ita Mariyanti
tua bangka tp piktor mulu dan bela dr 😡😡😡
2023-04-11
0
Yusni Ali
Semoga Rey selamat
2023-03-10
0
Rina
alea kan setidaknya sarjana thor..pasti ada lah sedikit ilmu yg didapat dr tempat kuliah.
kenapa ga pergi jauh saja sih....terlalu menye².
toh sdh diusir juga dari rumah. biar saja rey bahagia sama rena "awalnya", ntar kasih deh jodoh alea yg bisa nerima dia apa adanya dan bahagia ever after.
baru buat si rey kelabakan dan sangat menyesal.........
2022-11-29
0