Andrea keluar dari kamar mandi dengan handuk terlilit di badannya, bukannya pergi ke kamarnya untuk memakai baju, ia malah menuju ruang tamu bagian kos laki-laki. Dan kebetulan Yayan ada di sana, tengah bersantai memainkan ponsel barunya.
“Yan?“ panggil Andrea malu, tidak bisa tidak curi-curi pandang pada Yayan.
“Ada apa? Kenapa kau tidak ganti baju?“ balas Yayan sedikit ketus, tetap fokus pada ponselnya.
“B-begini … a-aku tidak punya baju ganti yang bersih!?“ Andrea menunjukkan gelagat malu-malu dengan cara menarik ujung handuknya ke bawah.
Yayan mengalihkan pandangannya, beralih menatap Andrea. 'Hah? Serius? Bagaimana jalan pikirannya wanita ini? Yang penting pindah tanpa persiapan?'
“A-apakah kau bisa meminjamkan bajumu?“ tanya Andrea agak takut.
Yayan meletakkan ponselnya di meja lalu menghela nafas berat, dia berlalu ke kamarnya.
'Hore … aku akan memakai bajunya Yayan!?'
“Jangan mengendusnya jika kau ingin tinggal di sini!“ peringat Yayan.
'Huh, dia seperti bisa membaca pikiranku?!' heran Andrea dalam hati.
Yayan membawa sepotong kaos dan celana pendek.
“Terima kasih.“
Andrea menerimanya dan hendak memakainya di tempat. Yayan lantas bereaksi.
“Woi, woi, jangan di sini! Aku tau kau ingin menggodaku. Namun, orang lain bisa saja melihatmu telanjang!?“
“Baiklah.“ Andrea mesem-mesem sendiri.
'Yayan perhatian padaku?!'
'Aku nggak perhatian padamu, ******!'
Andrea pergi ke salah satu kamar milik bagian pria untuk memakai baju pemberian Yayan.
'Hmm … oh, ya … parameter kesukaannya sekarang mencapai 70, kenaikan sangat tidak masuk akal.' Yayan pun heran dengan kenaikan kesukaan Andrea padanya.
Tidak berselang lama, Andrea keluar dengan baju pemberian Yayan. Baju kaos putih longgar, bagi Andrea itu kebesaran. Kaos itu memakan badannya sampai pangkal paha.
“Yan, bagaimana?“ Andrea berputar kecil untuk menunjukkan seluruh lekuk tubuhnya.
'Apanya yang harus dilihat? Kecocokan?' batin Yayan.
“Kau tidak memakai celananya?“ tanya Yayan menaikkan sebelah alis.
“Untuk apa?“
“Baiklah, terserah!“
'Harus diakui, wanita ini memang cantik walaupun tanpa make up. Apalagi badannya yang sangat berisi. Eh? Tunggu, dia tidak memakai daleman?'
“Andrea … kau tidak memakai daleman sama sekali? Tidak merasa kedinginan?“ tanya Yayan.
“Aku tidak punya.“
Yayan jadi diam seribu bahasa dan memandang Andrea dengan tatapan hampa.
'Wanita ini … ahhh!' Yayan jadi frustasi sendiri.
“Aku ingin memastikan sesuatu … begini, apakah kau tidak merasa malu atau apalah, saat orang-orang melihatmu berpakaian minim?“ ucap Yayan mengerutkan kening.
Wanita itu sontak menggeleng, tidak ada keraguan sama sekali. Yayan pun sampai menepuk jidat.
“Baiklah, pertanyaan terakhir … apa yang kau inginkan?“
“Dirimu … aku mencintaimu. Aku ingin selalu, yah … kau tau sendiri gimana!?“
'Apa seluruh isi otaknya cuma *****? Yah, dia psk, sih. Meskipun begitu, dia sungguh kecanduan,' batin Yayan.
“Oke … oke … kurasa kau bisa mendapatkannya——oi, oi … jangan seenaknya lepas baju. Aku belum selesai bicara!“
Andrea yang tadinya hendak melepaskan kaosnya reflek berhenti.
“Apa?“
“Itu tidak gratis!“ Yayan menyeringai jahat.
“Maksudnya?“ tanya Andrea kebingungan.
“Kau harus melakukan sesuatu untukku terlebih dulu!“ Yayan menunjukkan sebuah foto pada Andrea.
“Kenapa dengan pria itu?“ Andrea memerhatikan dengan seksama fotonya, memastikan jika ia belum pernah bertemu.
“Aku ingin kau mendekatinya.“
“Untuk apa?“ tanya wanita sambil mengembalikan ponselnya Yayan.
“Aku beritahu detailnya nanti. Yang terpenting, kau harus beli baju yang normal.“ Yayan menyerahkan sejumlah uang. “Beli pakaian yang tertutup!“
“Oke ….“ Andrea dengan lesu mengambil uang yang tergeletak di atas meja, ia pun kemudian pergi.
“Woi, pakai celananya dulu!“ teriak yayan.
“Huh, dia merepotkan!“
Selagi Andrea pergi belanja, Yayan memilih untuk memasak dan … yah, tujuan awal yang mana adalah tidur menjadi berantakan karena kehadiran Wanita itu. Jika memaksakan tidur pun Yayan cemas tentang Andrea yang melakukan hal aneh pada dirinya ketika terlelap.
Yayan memasak telur dadar, hanya itu menu yang simpel. Namun, masalah lain adalah tidak ada nasi.
Yayan pun terpaksa untuk meminta juragan kos. Dia malas menanak beras karena memakan waktu.
Semuanya sudah siap, Yayan menyajikan untuk dirinya sendiri.
“Hmm … baiklah, ada info apa saja di kantor? Apakah aku dipecat!“
Yayan mengoperasikan ponsel sambil makan, hal pertama adalah menyimpan nomor Vina. Dia sungguh hafal nomornya di luar kepala.
Sebuah pesan telah dikirim, lalu tak berselang lama Vina melakukan panggilan telepon.
“Kenapa kamu tidak berangkat? Kau ingin dipecat? Kau bukan anak sekolahan yang bisa berangkat seenaknya!?“ sembur Vina, suaranya melengking kencang.
Yayan seketika menjauhkan telepon dari telinganya, teriakan Vina barusan membuat dengungan keras pada kuping.
“Jadi, apakah aku dipecat?“ tanya Yayan enteng. Dia punya banyak uang sekarang, bekerja sudah tidak lagi penting.
“Kau harus mentraktirku malam ini, Yan! Kau berhutang budi padaku!“ Vina tiba-tiba memelankan volume suaranya.
“Kalau begitu … aku sangat berterima kasih, Vina. Ya, kita akan jalan-jalan malam ini.“
Vina tidak langsung menjawab, tercipta keheningan di telepon seberang.
“Vina, kau masih di sana?“ tanya yayan meminta konfirmasi.
“Ya. Pokoknya jangan lupa malam ini. Jemput aku!“
“Siap, Tuan Putri.“
“Satu hal lagi … apa alasanmu bisa absen? Bukan sesuatu yang buruk, 'kan?“ tanya Vina.
“Masalah sepele, aku hanya Ketiduran.“
“Apakah itu valid, sungguh begitu? Kau terdengar mengada-ada!?“
Yayan menghela nafas, “Faktanya memang begitu.
“Baiklah, aku tunggu kedatanganmu malam ini.“ Setelah itu Vina mematikan sambungan teleponnya. Sekarang adalah jam kerja, ia pasti tidak bisa berlama-lama.
Yayan juga sudah menghubungi nomor keluarganya. Bukannya tanya kabar tentang anaknya atau kenapa bisa ganti nomor lagi, ibunya Yayan malah bertanya ….
“Kau sudah memiliki calon?“
Hal pertama yang dipentingkan adalah calon mantu, Yayan dinomorduakan, jujur saja itu agak menyakitkan.
“Tentu saja belum. Ibu tidak perlu cemas,“ balas Yayan sedikit kesal. “Oh, ya … aku mau ngirimin uang lagi!“
“Lagi? Kau baru gajian, sudah gajian lagi?“ heran ibunya.
“Ini rezeki yang tidak diduga-duga. Terserah ibu uangnya mau digunakan untuk apa … renovasi rumah, beli sapi, disumbangin atau, yah … pokoknya bebas.“
“Memangnya berapa uang yang mau kau kirim?“
Ibunya Yayan berpikir bahwa anak sulungnya itu hanya sedang bercanda, mencoba menggoda dirinya.
“30 juta!“
Untung ibunya tidak memiliki riwayat penyakit jantung, jika tidak … yah, yayen bisa menyesali perbuatannya Karena telah menggegerkan ibunya.
“Kau dapat uang dari mana, Yan? Kau tidak mencuri atau semacamnya, 'kan?“
“Hah, ibu … prasangkamu sangat buruk! Aku tidak melakukan itu. Yah, pokoknya aku mendapat uang ini dari sesuatu yang sulit dijelaskan. Ibu terima, ya?“
“Huh, aku percaya saja. Kau di sana hati-hati, ya? Jaga kesehatan dan jangan lupa cari istri!“
“Iya, iya. Yayan pasti akan menemukan menantu paling sempurna untuk ibu.“
Yayan lantas menutup teleponnya, dia lalu menghembuskan nafas dengan kasar.
“Meski aku memiliki banyak kenalan wanita-wanita cantik, tapi kenapa aku tidak bisa mencintai mereka. Lalu, kenapa aku bisa mencintai Yani padahal ada Vina yang lebih darinya?!“
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 98 Episodes
Comments
Harman LokeST
Yayan mentransfer uang kepada orang tuanya
2023-09-24
0
Eros Hariyadi
Lanjutkan Thor 😄💪👍👍 o
2023-05-04
0
Eros Hariyadi
Kenapa kamu ga bisa mencintai eanita yang lain ? karena kamu...Yayan adalah MC yang Super duper koplaakk tenaaann 🤔🙄😝😄💪👍👍👍
2023-05-04
0