Ch 5: Keberuntungan yang rendah

“Oh, mau jadi pahlawan kesiangan!“ ucap preman itu tidak senang saat aksinya mendapat gangguan.

Si preman menyerang Yayan tanpa belas kasih, melancarkan pukulan yang dapat dirasakan bahwa itu sangat bertenaga. Yayan hanya bisa terus menghindari, dia tidak punya kemampuan bela diri, memang cuma itu yang bisa dilakukannya.

Yayan memancing di preman menjauh dari area pedagang kaki lima.

“Hahaha … ayo, ayo. Silahkan pukul aku jika bisa?“ ucap Yayan percaya diri, dia merasa di atas angin.

Si preman rupanya hanya berkelahi menggunakan otot tanpa memakai otaknya sama sekali.

Namun, sepertinya Yayan memang ditakdirkan kalah dan berkahir bonyok. Dia terpeleset kulit pisang dan tersungkur jatuh. Kesempatan itu dimanfaatkan si preman dengan memukuli Yayan secara membabi buta.

'Bangsat! Siapa yang buang sampah sembarangan?' maki Yayan dalam hati, dia jelas sangat kesal. Namun, terlambat … dia keburu jatuh.

Si preman langsung memukuli Yayan tanpa ampun, dia sudah dipastikan kalah.

Vina lantas berteriak untuk menarik perhatian, usahanya berhasil. Seorang satpam keluar. Si preman pun lari saat banyak orang telah berdatangan, tepatnya para pria muncul. Tadi kebanyakan wanita.

Vina mendekati Yayan yang tersungkur.

“Akhhh … sial!“ Yayan bangkit seraya memegangi bagian wajahnya yang lebam. Vina membantunya berdiri.

“Kau tak apa-apa——ahh, tidak. Apa yang aku tanyakan?! Yayan, tunggu di sini sebentar, aku akan membawa sesuatu.“ Vina beranjak pergi dengan terburu-buru menuju ke gedung kantor.

Sementara itu, Yayan terduduk lemas. Dia melihat para pedagang kaki lima membereskan gerobak jualannya yang porak poranda. Mereka nampak sedih.

“Maafkan saya.“ ucap Yayan lesu, tertunduk.

“Apa yang kau katakan? Ini bukan salahmu. Malah kami yang harus berterimakasih karena sudah membela kami.“ balas seorang penjual ketoprak menampilkan senyum tipis, meski hatinya sedih.

“Tapi, andai saja saya menang.“

“Itu mustahil. Nasib melarangmu menang!?“ sangkal si penjual ketoprak.

'Keberuntungan cuma 2!' Yayan harus mengakui, dia salah satu orang paling sial.

“Yayan!“

Vina datang kembali bersama beberapa pria lagi, Mereka adalah atasan Yayan dan Vina. Di tangan wanita itu sudah ada kotak P3GK.

“Wajahmu benar-benar bonyok!? Apa sangat sakit?“ tanya Vina membuka kotak P3GK-nya, lalu mengambil kapas untuk membersihkan darah di sudut bibir dan hidung Yayan. Ah, pria itu mimisan cukup banyak.

“Akhhh … perih!?“ erang Yayan ketika bersentuhan dengan kapas yang ditetesi obat.

“Ah, maaf. Tapi, tahan rasa sakitnya, ya?“

Vina selesai membersihkan darah di wajah Yayan, terlihat di beberapa bagian muka nampak sudah membiru.

'Sangat parah! Aku tak akan menyangka bahwa Yayan akan seberani ini!' batin Vina menatap Yayan selama beberapa saat.

Pria itu tentu bisa mendengar suara hatinya. Dia bingung harus merespon seperti apa.

“Kau tadi seperti pahlawan! Kenapa kau tiba-tiba bertindak seperti itu? Bukan untuk membuatku terkesan, 'kan?“ ucap Vina bergurau, lalu tersenyum lebar.

“Kau masih saja narsis!“ balas Yayan memalingkan muka. Digoda seperti itu membuatnya sedikit malu.

“Yayan, kau tak apa-apa?“ tanya atasan Yayan, berniat menjulurkan tangannya untuk membantunya berdiri.

“Bonyok, tapi tak apa-apa.“ balasnya canggung.

“Sepertinya lebih parah dari dugaan. Tapi, tenang saja. Perusahaan akan membawa perkara ini ke jalur hukum. Tindakan premanisme harus diberantas!“ ucap tegas atasan Yayan, Hardi namanya, dia selalu nampak berwibawa dan tenang.

“Terima kasih.“

“Perusahaan memberikanmu asuransi, pulanglah dan segera berobat.“

Yayan terkejut mendengarnya, dia melongo sebentar sebab belum sepenuhnya mencerna ucapan dari bosnya, pak Hardi.

“M-maaf, pak. Tapi, sepertinya terlalu berlebihan. Es mungkin sudah menyembuhkannya.“ kilah Yayan, dia menatap Vina.

Plak ….

“Akhhh … sakit, woi!“ jerit lelaki itu saat punggungnya dihantam dengan telapak tangan.

“Nah, sudah. Silahkan pergi ke rumah sakit, perusahaan yang akan menanggungnya.“ ucap Vina.

Pak Hardi dan para bawahannya kembali ke kantor, meninggalkan Yayan yang kebingungan. Bukannya apa-apa, dia hanya merasa tak enak. Musibah yang dialami pun Karena salahnya sendiri.

“Sudahlah, Yan. Syukuri aja, jarang-jarang bisa pulang cepet. Hmm … aku buat bonyok saja wajahku kali, ya——”

“Woi!“

“Ah, nggak-nggak! Cuma bercanda.“ Wanita itu tersenyum.

'Huh, bicara dengan Yayan selalu bikin tenang!?' batin Vina.

Yayan mengerutkan kening karena suara hati dari Vina.

'Apa maksudnya?'

“Selamat dinikmati libur setengah harinya?“ Vina kemudian kembali masuk ke gedung kantor.

“Hah …!? Ini bisa disebut sial atau beruntung? Awww ….“ Yayan kesakitan saat memegang lebam di pipinya. “Tentu saja ini kesialan!“

Yayan akhirnya benar-benar pulang.

[Misi dikonfirmasi]

[Pulang ke rumah dengan berjalan kaki]

[Reward: 1 poin kesehatan]

“Huh, sepertinya System benar-benar ingin aku melakukan aktifitas fisik?! Hmm … kali ini aku tak terburu-buru, sepertinya bisa!“

Yayan memutuskan untuk berjalan kaki sambil mendorong motornya. Orang-orang pasti menyangka bahwa dia kehabisan bensin atau mogok.

“Kenapa motornya, Mas?“ tanya seorang pengendara motor yang berhenti.

“Oh, nggak kenapa-kenapa. Cuman ingin jalan kaki!?“ jawab Yayan tersenyum pahit, dia bingung mencari alasan, jadi memilih menjawab Jujur.

Dia otomatis disangka aneh.

“Ahh … hitung-hitung olahraga, ya?“ Pengendara motor itu menatap Yayan dari atas ke bawah.

'Kenapa dia menatapku sampai seperti itu? pria ini bukan golongan pelangi, 'kan?' batin Yayan merasa takut.

“Maling! Maling! Ada maling motor!“ teriak si pengendara motor tiba-tiba. Yayan lantas terkejut bukan main.

“HAH?“ Dia menganga lebar.

Tak berselang lama, belasan pria sudah mendekatinya. Yayan bingung harus berbuat apa.

“Apa-apaan ini? Kenapa aku hari ini sangat sial!“

.

.

.

.

“Ugh, disangka maling motor milik sendiri. Yah, memang sangat tak masuk akal, memilih berjalan berkilo-kilo meter sambil mendorong motor. Pantas disebut sebagai orang dengan kelainan.“ Yayan berbicara sendiri.

Dia sangat kesal dengan apa yang terjadi padanya hari ini. Siapa juga yang tidak kesal setelah dikeroyok, wajahnya bonyok?!

Lelaki masih setia menjalankan misi dari System, motor matic-nya masih tetap didorong. Dia rela bermandikan keringat untuk hadiah yang tidak pasti.

Yayan akhirnya sampai setelah hampir satu jam lebih mendorong motornya. Dia langsung tepar di depan halaman kos-kosan. Sementara itu, hari sudah berubah gelap.

[Selamat, host mendapatkan 1 poin kesehatan]

“Hah … hah … hah … usahaku tidak sia-sia. System, sembuhkan luka di wajahku!“

[1 poin kesehatan digunakan]

Tak berselang lama, rasa nyeri dan perih di wajah Yayan perlahan pergi. Pria itu seketika bangkit terduduk, menjamah sudut wajahnya.

“Eh? Hilang dalam sekejap? Lebam dan bengkak benar-benar sudah pergi?“ dia jelas belum bisa percaya, memang sulit dipercaya. System memang Menentang akal sehat.

Dia lalu masuk ke dalam kos-kosannya, bersiap mandi, badannya sudah lengket karena keringat.

“Hmm … malam ini kencan saja kali, ya? Mencari uang!“

Hanya butuh waktu beberapa menit agar pria itu keluar dari kamar mandi. Memang butuh berapa lama? Yeyen tidak melakukan hal yang rata-rata dilakukan oleh lelaki.

Terpopuler

Comments

SweetiePancake

SweetiePancake

terlalu gengnisme!

2024-03-01

0

Harman LokeST

Harman LokeST

next author

2023-09-24

0

Nanik Purba

Nanik Purba

apes bgt hidup mc 😏

2023-08-29

0

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Ch 1: Dua eksistensi
3 Ch 2: Pengembalian uang pertama
4 Ch 3: Pertemuan yang tidak disengaja
5 Ch 4: Status System
6 Ch 5: Keberuntungan yang rendah
7 Ch 6: Sudah kelewatan
8 Ch 7: Bawahan pertama
9 Ch 8: Wanita keturunan Jepang
10 Ch 8.5
11 Ch 9: Tidak bisa dibeli dengan uang
12 Ch 10: Hutang yang mencekik
13 Ch 11: Membalas budi
14 Ch 12: Pengakuan?
15 Ch 13: Malam yang panjang
16 Ch 14: Butuh keberuntungan
17 Ch 15: Kenalan lama
18 Ch 16: Membeli HP baru
19 Ch 17: Pengekos baru
20 Ch 18: Rencana kencan
21 Ch 19: Kencan yang gagal
22 Ch 20: Mengejar
23 Ch 21: Kegagalan
24 Ch 22: Penyelidikan
25 Ch 23: Tidak menerima beban!
26 Ch 24: Pengalaman pertama
27 Ch 25: Kau ingin beli sesuatu?
28 Ch 26: Kau mau juga?
29 Ch 27: Penghuni kos yang lain
30 Ch 28: Makan-makan
31 Ch 29: Pesanan
32 Ch 29.5
33 Ch 30: Salah langkah
34 Ch 31: Berhasil lolos
35 Ch 31.5
36 Ch 32: Lembur
37 Ch 33: Menjadi guru yang baik
38 Ch 34: Liburan
39 Ch 35: Liburan II
40 Ch 36: Deklarasi resmi
41 Ch 37: Tantangan
42 Ch 38: Duel
43 Ch 39: Tidak terlihat
44 Ch 40: Menang
45 Ch 41: Rumah untuk Mikha
46 Ch 42: Kedatangan sang ibu
47 Ch 43: Vina vs Mikha
48 Ch 44: Mencari bawahan
49 Ch 45: Isi Mistery Box
50 Ch 46: Pertemuan kedua
51 Ch 47: Sisi lain si rambut perak
52 Ch 48: Misi berhadiah besar
53 Ch 49: Anak yang malang
54 Ch 50: Membantu anak-anak pemulung
55 Ch 51: Mencoba menaklukkan si stalker
56 Ch 52: Jadikan aku yang pertama di hatimu!
57 Ch 52.5
58 Ch 53: Sebuah fakta, benang merah!
59 Ch 54: Bonus dari System
60 Ch 55: Dua kesadaran yang menyatu
61 Ch 55.5: Penjelasan dunia
62 Ch 56: Tiga calon pengantin wanita
63 Ch 57: Hari tenang
64 Ch 58: Pernikahan
65 Ch 59: Kalah start
66 Ch 60: Memang tidak mudah
67 Ch 61: Orang random yang tidak tahu apa-apa
68 Ch 62: Bug System
69 Ch 63: Terbebas
70 Ch 64: Shop System
71 Ch 65: Hari tenang II
72 Ch 66: Kau mengenalinya?
73 Ch 67: Dia istriku!
74 Ch 68: Membuat organisasi
75 Ch 69: Penjarahan
76 Ch 70: Hybrid
77 Ch 71: Permintaan tanpa kesadaran
78 Ch 72: Kau yang menyerang duluan!
79 Ch 73: NTR
80 Ch 74: Masih sesuai rencana
81 Ch 75: Semuanya terlalu mudah
82 Ch 76: Negara Rugia
83 Ch 77: Menambah istri?
84 Ch 78: Tantangan duel pedang
85 Ch 79: Tidak mempengaruhi apa pun!
86 Ch 80: Turnamen dimulai
87 Ch 81: Strategi yang berbeda-beda
88 Ch 82: Si paling menderita
89 Ch 83: Insiden di bis
90 Ch 84: Orang aneh!
91 Ch 85: Boneka!
92 Ch 86: Klub penggemar
93 Ch 87: Babak 32 besar
94 Ch 88: Bakat penggoda
95 Ch 89: Chaos
96 Ch 90: Buronan?
97 Ch 91: Tidak ada harapan
98 Ch 92: Hibernasi
Episodes

Updated 98 Episodes

1
Prolog
2
Ch 1: Dua eksistensi
3
Ch 2: Pengembalian uang pertama
4
Ch 3: Pertemuan yang tidak disengaja
5
Ch 4: Status System
6
Ch 5: Keberuntungan yang rendah
7
Ch 6: Sudah kelewatan
8
Ch 7: Bawahan pertama
9
Ch 8: Wanita keturunan Jepang
10
Ch 8.5
11
Ch 9: Tidak bisa dibeli dengan uang
12
Ch 10: Hutang yang mencekik
13
Ch 11: Membalas budi
14
Ch 12: Pengakuan?
15
Ch 13: Malam yang panjang
16
Ch 14: Butuh keberuntungan
17
Ch 15: Kenalan lama
18
Ch 16: Membeli HP baru
19
Ch 17: Pengekos baru
20
Ch 18: Rencana kencan
21
Ch 19: Kencan yang gagal
22
Ch 20: Mengejar
23
Ch 21: Kegagalan
24
Ch 22: Penyelidikan
25
Ch 23: Tidak menerima beban!
26
Ch 24: Pengalaman pertama
27
Ch 25: Kau ingin beli sesuatu?
28
Ch 26: Kau mau juga?
29
Ch 27: Penghuni kos yang lain
30
Ch 28: Makan-makan
31
Ch 29: Pesanan
32
Ch 29.5
33
Ch 30: Salah langkah
34
Ch 31: Berhasil lolos
35
Ch 31.5
36
Ch 32: Lembur
37
Ch 33: Menjadi guru yang baik
38
Ch 34: Liburan
39
Ch 35: Liburan II
40
Ch 36: Deklarasi resmi
41
Ch 37: Tantangan
42
Ch 38: Duel
43
Ch 39: Tidak terlihat
44
Ch 40: Menang
45
Ch 41: Rumah untuk Mikha
46
Ch 42: Kedatangan sang ibu
47
Ch 43: Vina vs Mikha
48
Ch 44: Mencari bawahan
49
Ch 45: Isi Mistery Box
50
Ch 46: Pertemuan kedua
51
Ch 47: Sisi lain si rambut perak
52
Ch 48: Misi berhadiah besar
53
Ch 49: Anak yang malang
54
Ch 50: Membantu anak-anak pemulung
55
Ch 51: Mencoba menaklukkan si stalker
56
Ch 52: Jadikan aku yang pertama di hatimu!
57
Ch 52.5
58
Ch 53: Sebuah fakta, benang merah!
59
Ch 54: Bonus dari System
60
Ch 55: Dua kesadaran yang menyatu
61
Ch 55.5: Penjelasan dunia
62
Ch 56: Tiga calon pengantin wanita
63
Ch 57: Hari tenang
64
Ch 58: Pernikahan
65
Ch 59: Kalah start
66
Ch 60: Memang tidak mudah
67
Ch 61: Orang random yang tidak tahu apa-apa
68
Ch 62: Bug System
69
Ch 63: Terbebas
70
Ch 64: Shop System
71
Ch 65: Hari tenang II
72
Ch 66: Kau mengenalinya?
73
Ch 67: Dia istriku!
74
Ch 68: Membuat organisasi
75
Ch 69: Penjarahan
76
Ch 70: Hybrid
77
Ch 71: Permintaan tanpa kesadaran
78
Ch 72: Kau yang menyerang duluan!
79
Ch 73: NTR
80
Ch 74: Masih sesuai rencana
81
Ch 75: Semuanya terlalu mudah
82
Ch 76: Negara Rugia
83
Ch 77: Menambah istri?
84
Ch 78: Tantangan duel pedang
85
Ch 79: Tidak mempengaruhi apa pun!
86
Ch 80: Turnamen dimulai
87
Ch 81: Strategi yang berbeda-beda
88
Ch 82: Si paling menderita
89
Ch 83: Insiden di bis
90
Ch 84: Orang aneh!
91
Ch 85: Boneka!
92
Ch 86: Klub penggemar
93
Ch 87: Babak 32 besar
94
Ch 88: Bakat penggoda
95
Ch 89: Chaos
96
Ch 90: Buronan?
97
Ch 91: Tidak ada harapan
98
Ch 92: Hibernasi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!